Masjid dengan Kategori Masjid Umum

Masjid dengan Kategori Masjid Umum di KAB. GRESIK

Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian

Tentang KAB. GRESIK

Kabupaten Gresik (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦓꦽꦱꦶꦏ꧀, Pegon: ڮرۤسيء, translit. Grêsik; pengucapan bahasa Jawa: ), sebelumnya bernama Kabupaten Surabaya, adalah sebuah wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Kecamatan Gresik meskipun Kantor Bupati Gresik terletak di Kecamatan Kebomas. Kabupaten Gresik memiliki luas sekitar 1.194 km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas Laut Jawa. Pada tahun 2020, penduduk kabupaten Gresik berjumlah 1.311.215 jiwa dengan kepadatan 1.098 jiwa/km2.

Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto di sebelah selatan. Gresik dikenal sebagai daerah tempat berdirinya Pabrik Semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik.

Pabrik Peleburan dan Pemurnian Tambang (smelter) terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia juga berada di Gresik. Bersama dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.

Thomas Stamford Raffles dalam bukunya, The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti gunung di tepi pantai, merujuk pada topografi kabupaten yang berada dipinggir pantai.

Di Gresik juga pernah dikenal sebuah nama tempat bernama Jaratan. Nama ini secara historis melekat pada peta buatan pelayar Belanda pada awal abad ke-7 M. Nama ini dianggap sebagai salah satu dari 2 buah pelabuhan yang ada di Gresik, lokasinya berada di Muara Bengawan Solo tepatnya di Pulau Mangare, Desa Watu Agung.

Kabupaten Gresik termasuk salah satu kabupaten di dalam wilayah pesisir utara Provinsi Jawa Timur. Letak Kabupaten Gresik berada di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan ibu kota provinsi. Pusat Pemerintahan Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya. Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan.

Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 112°–113° BT dan 7°–8° LS dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2–12 meter di atas permukaan air laut, kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan laut.

Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujung Pangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang lokasinya berada di Pulau Bawean. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus. Ketinggian tanah di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0 – 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada elevasi terendah terdapat di daerah sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong. Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0-2 %, 3-15 %, dan 16-40% serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0-2 % mempunyai luas + 94.613,00 Ha atau sekitar 80,59 %, sedangkan wilayah yang mempunyai kemiringan lebih dari 40 % lebih sedikit + 1.072,23 Ha atau sekitar 0,91%.

Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik pada umumnya relatif dalam, hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang mempunyai pemukaan air tanah agak dangkal.

Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan juga dilalui oleh Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini memiliki sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai Bengawan Solo mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo lebih cepat. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya tanah-tanah oloran yang sering kali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan perikanan.

Selain dialiri oleh sungai-sungai tersebut di atas, keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga ditentukan oleh adanya waduk, embung, mata air, pompa air dan sumur bor.

Kabupaten Gresik beriklim tropis seperti wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi iklim, wilayah Kabupaten Gresik termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw). Suhu rata-rata tahunan di wilayah ini adalah ±28,3 °C dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±76%. Jumlah curah hujan tahunan di wilayah Gresik adalah 1200–1600 mm per tahun dan dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun. Musim penghujan di Kabupaten Gresik biasanya berlangsung sejak bulan Desember hingga bulan Maret dengan bulan terbasah adalah Januari yang jumlah curah hujan per bulannya lebih dari 250 mm per bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus.

Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatra dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.

Pada tahun 1680 kedatuan Giri tunduk dibawah Mataram, selanjutnya Gresik dipegang oleh Kyai Puspodiwangsa pada tahun 1688, dengan nama gelar Kyai Tumenggung Pusponegoro. Tahun 1738 Gresik diambil alih oleh Madura ketika Bupati-Bupati Jawa di Mataram, kemudian Bupati Gresik merebut kembali tahta Gresik dibantu Oleh Bupati Ponorogo .

Awalnya, Gresik berstatus sebagai ibu kota dari Kabupaten Surabaya. Status itu ditetapkan Mr Assaat. Ia merupakan Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia (27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950).

Penetapan tersebut memunculkan perbedaan antara nama kabupaten dengan ibu kotanya. Nama kabupatennya Surabaya, sedangkan ibu kotanya Gresik.

Dalam perkembangannya, perbedaan nama kabupaten dengan ibu kotanya itu dirasa kurang tepat dan serasi secara psikologi. Kemudian terbit Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965, yang berisi tentang perubahan batas wilayah Kota Surabaya.

Saat itu, Kota Surabaya menambah lima kecamatan yang diambil dari Kabupaten Surabaya. Lima kecamatan itu yakni Wonocolo, Sukolilo, Rungkut, Tandes dan Karangpilang.

Kebijakan itu secara otomatis semakin menjauhkan pusat pemerintahan Kabupaten Surabaya dengan wilayah yang diperintah. Gresik begitu luas, perbatasannya hingga Lamongan, Mojokerto dan Sidoarjo.

Semula Kabupaten Gresik ini bernama Kabupaten Surabaya (masuk wilayah administrasi Surabaya). Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Kabupaten Gresik.

Usulan tersebut dikabulkan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 1974 tanggal 1 November 1974, di mana secara resmi nama Kabupaten Surabaya dihapus dan diganti dengan nama Kabupaten Gresik.

Perubahan tersebut disetujui Presiden Soeharto dan Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia, Sudarmono. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Kabupaten Surabaya resmi disebut Kabupaten Gresik pada 27 Februari 1975. Ibu kotanya Kota Gresik.

Perubahan nama kabupaten tersebut merupakan peristiwa penting bagi masyarakat Gresik. Yang memberikan pengaruh besar terhadap Kota Gresik.

Gresik yang semula berstatus sebagai kecamatan atau kawedanan, harus menggelar pembangunan sedemikian rupa, agar memiliki taraf yang sesuai dengan statusnya sebagai kabupaten.

Kabupaten Gresik terkenal sebagai Kota Walisongo, hal ini ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan dan keberadaan para wali yang makamnya berada di Kabupaten Gresik yaitu, Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Di samping itu, Kabupaten Gresik disebut sebagai Kota Santri yang berarti Kawasan Industri dengan Slogan Kota Gresik Berhias Iman yang berarti Gresik yang bersih, hijau, aman sehat, menuju kawasan industri, maritim, agama, dan niaga.

Kabupaten Gresik terdiri dari 18 kecamatan, 26 kelurahan, dan 330 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.251.754 jiwa dengan luas wilayah 1.191,25 km² dan sebaran penduduk 1.050 jiwa/km².

Kabupaten Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Kabupaten Gresik antara lain Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, Wilmar, Smelting, BHS-Tex, Industri Plywood, dan Maspion. Selain itu terdapat juga sektor penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat. Kabupaten Gresik juga terdapat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap berkapasitas 2.200 MW.

Antara Gresik dan Surabaya dihubungkan oleh Jalan Tol Surabaya-Gresik, yang terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-Gempol dan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto. Selain itu perekonomian masyarakat Kabupaten Gresik banyak ditopang dari sektor wiraswasta. Salah satunya yaitu Industri Songkok, Pengrajin Tas, Pengrajin Perhiasan Emas & Perak, Industri Garmen.

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gresik menjadi salah satu yang terbaik di Provinsi Jawa Timur yaitu mencapai 6,58% atau di atas rata-rata nasional provinsi. Meskipun demikian, kemajuan pembangunan di Gresik tidak mengabaikan sektor pelayanan publik. Demikian juga sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sampai saat ini tahun 2020 sudah mencapai Rp 83 triliun. Tingginya angka PDRB tak lepas dari geliat sektor industri dan jasa yang begitu pesat.

Fauna Identitas Kabupaten Gresik adalah Rusa Bawean yaitu Rusa yang berasal dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Rusa Bawean selain menjadi fauna identitas atau maskot Kabupaten Gresik, tetapi juga hewan kebanggaan warga Gresik.

Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai terancam punah oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas. Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau aktif mencari makan di malam hari.

Tinggi rusa bawean jantan dilaporkan sekitar 60 – 70 cm. Panjang ekor 20 cm. Panjang dari kepala dan tubuh 140 cm. Bobot dewasa 50 – 60 kg. Rusa ini berwarna coklat. Pejantannya memiliki tanduk bercabang 3 yang dapat tumbuh sepanjang 25 – 47 cm. Tanduk ini dipergunakan pejantan untuk memenangkan betina di musim kawin.

Pemberian Imunisasi untuk 703 bayi usia dibawah 1 tahun sekaligus berhasil dicatat di buku Museum Rekor Indonesia (MURI). Penciptaan Rekor baru MURI ini berhasil diselenggarakan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Gresik dengan PT Petrokimia Gresik dalam Rangka HUT PT Petrokimia Gresik ke-39 & HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 tahun 2011.

Adipura Bangunpraja merupakan lambang spremasi kebersihan kota. Dalam Rangkaian Kirab Piala Adipura ke-8 untuk Kabupaten Gresik, petugas kebersihan bernama Suwandi, warga Kembangan, dan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik Mochammad Safi'i, warga Bungah, mendapatkan doorprize umroh.

Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto menuturkan, bagi yang beruntung mendapatkan umroh diharapkan bisa menunaikannya. Hadiah itu belum sebanding dengan perannya menjaga kebersihan kota. Adipura diraih juga berkat peran serta seluruh komponen masyarakat.

Adiwiyata adalah penghargaan lingkungan hidup yang diberikan pada sekolah-sekolah yang melaksanakan program pelestarian lingkungan. Program pelestarian yang dimaksud mencakup kegiatan penghijauan, daur ulang sampah, bahkan hingga memasukkan materi lingkungan pada muatan lokal yang diajarkan pada murid-murid di sekolahnya.

Pada tahun 2012, 5 sekolah di Kabupaten Gresik juga mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata dan 1 sekolah ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri.

Di dunia Internasional pun, Kabupaten Gresik telah menerima beberapa penghargaan antara lain yaitu Asean Development Citra Award dari lembaga resmi internasional. Penghargaan Majelis Ilmu kepada Bupati Gresik dari Kerajaan Brunei Darussalam tahun 2008.

Pulau Bawean merupakan salah satu Pulau yang ada di Kabupaten Gresik. Di antara tujuan wisata Bawean adalah: Noko Gili, Pantai Bayangkara, Pantai Tanjunggaang, Pulau Cina, Pantai Selayar, Danau Kastoba, dll.

Pantai ini terletak di Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, berjarak sekitar 40 km dari ibukota Kabupaten Gresik. Dibuka untuk umum sejak tahun 2003, pantai ini sangat cocok untuk wisata pantai, lomba perahu atau memancing. Setiap bulan Agustus diadakan atraksi wisata di pantai ini, berupa perlombaan yang terkait dengan wisata bahari.

Selain itu ada tradisi yang telah cukup lama hingga sekarang masih terus berlangsung yakni tradisi Padusan, Kolak Ayam Sangring, Malem Selawe, Pasar Bandeng, Kupatan, Rebo Wekasan, dan Barikan

Kabupaten Gresik memiliki banyak peninggalan sejarah yang berpotensi sebagai pusaka. Komunitas Mataseger telah mempelopori kegiatan pelestarian pusaka ini dengan ikut membidani lahirnya Peraturan Daerah Cagar Budaya Nomor 27 tahun 2011. Beberapa situs sejarah yang ada di Kabupaten Gresik, antara lain:

Gresik Merupakan Jalur Pantura Semarang–Surabaya Banyak bus bus lewat sini, Terminal Bunder merupakan Terminal Terbesar di Gresik yang dilewati banyak angkutan kota/umum dari Kota Surabaya Dan Lamongan.

Stasiun Duduk, Stasiun Cerme, dan Stasiun Indro merupakan Stasiun aktif di wilayah Kabupaten Gresik. Untuk rel nonaktif berada di Stasiun Gresik–Stasiun Sumari.

Berita dari Masjid

Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.