Masjid dengan Kategori Masjid Kantor
Masjid dengan Kategori Masjid Kantor di KAB. KEBUMEN
Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian
Tentang KAB. KEBUMEN
Kabupaten Kebumen (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦏꦼꦧꦸꦩꦺꦤ꧀, Pegon: كبومن, translit. Kebumen) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kebumen Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara di Utara, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas di sebelah Barat. Penduduk kabupaten Kebumen di tahun 2021 berjumlah 1.405.644 jiwa. Wilayah Kebumen seluas 1.581,11 km2 merupakan hasil penggabungan dua kabupaten (regenshap), yaitu Kabupaten Karanganyar (Roma) di bagian barat dengan Kabupaten Kebumen (Pandjer) di bagian timur pada 1 Januari 1936.
Letak Kabupaten Kebumen secara astronomis berada di antara 7°27'–7°50' Lintang Selatan dan 109°22'–109°50' Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten Kebumen merupakan dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan. Sementara itu di barat wilayah Gombong, terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan sebuah rangkaian pegunungan kapur yang membujur hingga pantai selatan berarah utara-selatan. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah Sungai Luk Ulo, Sungai Jatinegara, Sungai Karanganyar, Sungai Kretek, Sungai Kedungbener, Sungai Kemit, Sungai Gombong, Sungai Ijo, Sungai Kejawang, dan Kali Medono.
Kabupaten Kebumen mempunyai wilayah seluas 1.281, 12 km2. Kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, tetapi sebagian besar merupakan dataran rendah.
Pada akhir abad ke-19, Kebumen merupakan sebuah afdeling dalam wilayah Keresidenan Bagelen. Pada tanggal 13 Juni 1901, Kebumen berstatus sebagai kabupaten yang digabungkan ke dalam wilayah Keresidenan Kedu.
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram pada zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger / Pakubuwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas , karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya. Di dalam "Babad Mataram" disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/perang kendang/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta.
Peran utama Tumenggung Arungbinang I sesungguhnya adalah sebagai utusan rahasia antara Sinuhun PB II maupun PB III dengan Sri Sultan HB I (P.Mangkubumi) dan juga utusan rahasia Sinuhun PB II maupun PB III dengan P.Sambernyawa (KGPAA Mangkunegoro I). Posisi yang sangat strategis ini tentu jangan sampai ketahuan pihak Belanda. Hal ini tercatat dalam naskah-naskah yang tersimpan di Reksopustoko Mangkunegaran maupun di Sasono Pustoko Keraton Surakarta, dan juga di Museum Radyapustaka Solo.
Jabatan tertinggi yang dicapai Tumenggung Arungbinang I saat itu adalah sebagai Senapati/Panglima Besar Prajurit Keraton Surakarta. Sebenarnya beliau menjadi kandidat Patih Keraton Surakarta, karena ada yang "membocorkan" kiprah beliau sebagai penghubung rahasia antara Keraton Surakarta dengan Keraton Ngayogyakarta maupun Kadipaten Mangkunegaran maka pihak Belanda amat sangat berkeberatan.
Tanggal 31 Desember 1935 merupakan bulan kelabu bagi Kabupaten Karanganyar. Nasibnya sebagai sebuah kabupaten yang berdiri pasca berakhirnya Perang Jawa harus berakhir. Pemerintah Kolonial Belanda resmi memasukan Karanganyar ke wilayah Kabupaten Kebumen mulai 1 Januari 1936. Wilayah dari Kabupaten Karanganyar berdasarkan laporan koran De Locomotief bertanggal 21 Maret 1874, meliputi, Kecamatan Karanganyar, Gombong, Sruweng, Pejagoan, Karanggayam, Klirong, Adimulyo, Petanahan, Kuwarasan, Buayan, Puring, Sempor, Ayah, Rowokele dan Tambak (Saat ini bagian dari Kabupaten Banyumas).
Penghapusan Kabupaten Karanganyar pada kala itu menuai polemik keras dari pemangku jabatan, maupun rakyat di Karanganyar saat itu, terlebih wilayah Karanganyar lebih luas dan kaya dari Kebumen, seperti dalam artikel Een Glorieus Regentegeslacht yang berisi kata sambutan Gubernur Jawa Tengah De Vos yang mengatakan bahwa garis kepemimpinan Aroeng Binang di Kebumen tidak bisa ganggu gugat oleh kekuatan manapun maka Kebumen tidak dapat dihapuskan, meskipun Karanganyar lebih luas dan kaya dari Kebumen. Selain itu, banyak hipotesis dari para sejarawan menyebut penghapusan ini banyak dipengaruhi unsur politik, mengingat Karanganyar menjadi basis perlawanan yang paling kuat terhadap Belanda di Jawa Tengah sejak Perang Jawa era Pangeran Diponegoro, juga banyak melahirkan tokoh-tokoh cerdas sekaligus progresif. Bahkan salah satu Bupati Katanya yaitu R.A.A Tirtokoesoemo merupakan ketua pertama dari gerakan Boedi Oetomo.
Tirtokoesoemo adalah Bupati Karanganyar kedua setelah sebelumnya dipimpin oleh bupati pertama Karanganyar bernama K.R.M.A.A. Djodjodiningrat. Sosok Tirtokoesoemo dapat tergambar dalam harian De Telegraaf bertanggal 07 November 1924. Koran tersebut menyebutkan bahwa Tirtokeosoemo adalah merkwaardigen man (pria yang luar biasa) yang telah mengabdikan dirinya demi kepentingan pemerintah dan rakyat.
Peninggalan dari Kabupaten Karanganyar yang paling menonjol adalah Alun-Alun Karanganyar yang saat ini merupakan alun-alun dengan diameter terbesar di Kabupaten Kebumen. Disekeliling alun-alun juga terdapat pendopo besar disisi Utara, Masjid Agung disisi barat, hingga bekas penjara disisi selatan. Selain itu, penataan Kota Karanganyar yang rapih dinilai merupakan warisan dari Kolonial Belanda.
Lambang Kabupaten Kebumen ditetapkan berdasarkan Perda Kabupaten Dati II Kebumen No. 30a dan 30b/DPRD-GR/1970. Pada 15 Agustus 2021, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyatakan bahwa lambang yang digunakan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kebumen telah salah dan muncul dalam bermacam-macam versi. Ia mengatakan bahwa hanya ada satu versi yang sesuai dengan Perda tersebut. Lambang tersebut adalah benda sakral yang dimiliki Kabupaten Kebumen dan "jangan sembarangan ganti-ganti tanpa aturan". Bagi Sugiyanto, ia beranggapan lambang tersebut memuat filosofi dan jatidiri masyarakat Kebumen seluruhnya dengan beragam budaya dan kearifan lokal. Dengan mengadaptasi hari jadi Kebumen yang ditetapkan setiap tanggal 21 Agustus, ia kemudian membeberkan bagaimana lambang kabupaten yang benar menurut Sugiyanto, sebagai berikut:
DPRD Kebumen pun mengusulkan sebuah raperda baru untuk lambang daerah Kabupaten Kebumen, yang akhirnya dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen No. 6 Tahun 2022, dengan perubahan pada elemen yang ada, sebagai berikut:
Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan, 11 kelurahan, dan 449 desa dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 1.930 buah dan 7.027 buah Rukun Tetangga (RT). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.362.524 dengan luas wilayah 1.211, 74 dan sebaran penduduk 1.124/km². Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kebumen. Di samping Kecamatan Kebumen, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Gombong, Karanganyar, Kutowinangun, Ayah, Petanahan serta Prembun.
Pada tahun 2008 di Kabupaten Kebumen tercatat jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Otonom sebanyak 14.321 orang dan PNS Instansi Vertikal sebanyak 1.846 orang sehingga jumlah PNS secara keseluruhan sebanyak 16.167 orang. Dari jumlah tersebut 57, 86% adalah PNS laki-laki, dan PNS perempuan sebanyak 42, 14%.
Masyarakat Kabupaten Kebumen umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika dilihat dari logat bahasanya, bahasa Jawa yang dituturkan oleh masyarakat Kabupaten Kebumen terbagi dalam beberapa logat/dialek bahasa. Sebelah timur aliran Sungai Kedungbener berbahasa dengan didominasi vokal o, dan mbandek (poko'e) atau lebih dekat dengan logat Bagelen dan Bahasa Kedu. Masyarakat yang menuturkan logat ini meliputi Kecamatan Ambal, Kecamatan Mirit, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Poncowarno, Kecamatan Padureso, Kecamatan Prembun dan Kecamatan Bonorowo. Sementara di sebelah barat aliran sungai Luk Ulo didominasi vokal a dan k medok, (pokoke) atau dikenal dengan Dialek Banyumasan.
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Kebumen menuturkan bahasa jawa dengan logat ini seperti di Kecamatan Rowokele, Kecamatan Ayah, Kecamatan Buayan, Kecamatan Sempor, Kecamatan Gombong, Kecamatan Kuwarasan, Kecamatan Puring, Kecamatan Petanahan, Kecamatan Adimulyo, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Pejagoan, Kecamatan Sruweng, dan Kecamatan Klirong. Sedangkan di antara aliran sungai Luk Ulo dan aliran Sungai Kedungbener bahasanya campur bawur, ada yang memakai poko'e, ada yang memakai pokoke. Masyarakat yang menuturkan logat ini meliputi Kecamatan Kebumen, Kecamatan Alian, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang dan Kecamatan Buluspesantren. Namun jika diperhatikan masyarakat di wilayah Kecamatan Alian, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang lebih fasih berbicara dengan logat Wonosoboan dengan memanjangkan fonem akhir.
Penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2022 tercatat 1.376.825 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 1,09% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 341.834 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 1.075 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 3.164 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 425 jiwa/km².
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 697.439 jiwa dan perempuan sebanyak 679.386 jiwa sehingga sex-ratio-nya sebesar 103. Ditinjau dari distribusi/persebaran penduduknya, penduduk terbanyak di Kecamatan Kebumen, yaitu sebesar 9,66 persen, dan penduduk paling sedikit di Kecamatan Padureso sebesar 1,55% dari seluruh penduduk Kabupaten Kebumen.
Dilihat menurut kelompok umur, penduduk di bawah 15 tahun sebesar 22,10% atau 304.228 jiwa dan penduduk usia 65 tahun ke atas berjumlah 126.630 jiwa atau 9,42 persen, sedang penduduk usia 15 – 65 tahun sebanyak 942.967 atau 68,49 persen.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Kebumen berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang, pengusaha, Politikus, Buruh tani, Ibu Rumah Tangga, Guru, Wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, Purwokerto dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti Sumatra, Bali, dan Kalimantan. Selain itu juga menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang hingga Tahun 2015 sebanyak 3.931 Orang. Bahkan terhitung sejak awal tahun 2016 jumlah TKI asal Kabupaten Kebumen yang berangkat ke luar negeri mencapai 780 orang. Negara tujuan tempat mereka bekerja rata-rata ke Jepang, Korea, Malaysia, Hong Kong, Singapura, Taiwan, dan Brunei.
Di bidang pendidikan, Kebumen memiliki sarana dari Perguruan Tinggi, SMA, SMK, SMP, SD, TK hingga PAUD.
Kebumen memiliki media massa yang relatif lengkap, baik media cetak maupun elektronik. Saat ini di wilayah Kebumen telah terbit surat kabar harian "Kebumen Ekspres", yang merupakan bagian dari Jawa Pos Group. Di samping itu juga terdapat "Radar Kebumen" dan Suara Merdeka (Suara Kedu). Untuk media elektronik, terdapat beberapa stasiun radio komersial dan satu radio publik milik Pemkab Kebumen, serta sebuah stasiun televisi lokal Kebumen TV.
Kabupaten Kebumen berada di jalur tengah dan selatan Pulau Jawa. Angkutan umum antarkota dilayani oleh bus dan kereta api. Stasiun Kebumen adalah satu-satunya stasiun terbesar di kabupaten ini, selain itu ada stasiun lainnya yang juga tidak kalah penting di Kabupaten ini, yaitu Stasiun Gombong dan Stasiun Karanganyar, di samping itu terdapat stasiun kecil lainnya seperti Prembun, Kutowinangun, Wonosari, Sruweng dan Ijo.
Selain itu untuk menuju Bandara Internasional Yogyakarta, Maguwoharjo, Yogyakarta, dapat ditempuh dengan menggunakan Bus Damri tujuan Bandara. Moda Transportasi Bus lainnya adalah PO Efisiensi, PO Mulyo, PO Tetap Merdeka, PO Selera Masa ,PO Ikan MAS dan PO Putra Bangsa.
Banjar Ke buka di Kebumen Dengan Pagedongan Dengan kabupaten Kebumen masih kalah untuk du dalam Kabupaten Kebumen sendiri masih nunggu dana dari pemprov Jateng
Kabupaten Kebumen juga mempunyai tim sepak bola, dengan nama Persak Kebumen yang merupakan singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Kebumen dan Sekitarnya. Tim ini pada periode 2008-2011 menjalani kompetisi pertandingan di Divisi Tiga Liga Indonesia. Persak Kebumen sempat mengalami vakum hingga kemudian pada periode 2014-2015 bermain di kompetisi Liga Nusantara. Setelah bergulirnya kembali Liga Indonesia, Persak Kebumen bermain di Liga 3 pada tahun 2019. Stadion Chandradimuka merupakan kandang dari Persak Kebumen.
Selain klub sepak bola, Kabupaten Kebumen memiliki klub futsal yaitu SKN FC Kebumen. SKN FC Kebumen bermain di Liga Futsal Profesional Indonesia sejak tahun 2018 sebagai runner up. Kompetisi lain yang diikuti adalah Kejuaraan Futsal AFF 2018 sebagai semifinalis.
Kabupaten Kebumen memiliki beberapa titik lokasi tujuan pariwisata populer. Terdapat tiga kawasan tujuan populer di Kabupaten Kebumen yaitu Kota Kebumen sebagai pusat pemerintahan sekaligus gerbang utama wisatawan yang akan berwisata di Kabupaten Kebumen. Di sebelah wilayah barat terdapat Kota Gombong sebagai kota tua dan kota bisnis di Kabupaten Kebumen dengan Benteng Van der Wijck sebagai destinasi utamanya. Kabupaten Kebumen juga memiliki kawasan geopark yaitu Taman Bumi Karangsambung-Karangbolong. Pada akhir 2018, geopark ini resmi ditetapkan sebagai geopark nasional di Bogor oleh Deputi Kemaritiman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Terdapat lebih dari 50 tempat wisata yang tersebar di Kabupaten Kebumen. Berikut daftar tempat wisata yang sering dikunjungi wisatawan:
Gua Jatijajar dibentuk oleh alam selama ribuan tahun dan menjadi tempat berpetualang indah di perut bumi, terletak 21 kilometer ke arah selatan Gombong, atau 42 kilometer arah barat Kebumen. Gua Jatijajar berada di kaki pegunungan kapur. Pegunungan kapur ini memanjang dari utara dan ujungnya di selatan menjorok ke laut berupa sebuah tanjung.
Sebagaimana umumnya objek wisata lain di Indonesia, Gua Jatijajar menyimpan legenda. Kata yang punya cerita, Gua Jatijajar ini pada zaman dahulu merupakan tempat bersemedi Raden Kamandaka, yang kemudian mendapat wangsit. Cerita Raden Kamandaka ini kemudian dikenal dengan legenda Lutung Kasarung. Visualisasi dari legenda tersebut dapat dilihat dalam diorama yang ada di dalam gua itu.
Masuk ke dalam gua ini, seperti merasa seperti masuk ke dalam mulut binatang purba Dinosaurus. Ruangan di dalam gua diterangi oleh lampu listrik dari ujung ke ujung. Meski mulut gua cukup lebar, tetapi ruang perut dinosaurus lebih lebar lagi. Pada langit-langit terdapat sebuah lubang sebagai ventilasi. Di tengah-tengah terdapat kursi melingkar tempat duduk pengunjung sambil menikmati indahnya ornamen stalagtit dan stalagnit serta diorama legenda Lutung Kasarung.
Perjalanan dapat dilanjutkan dengan menuruni tangga menuju ruang yang merupakan bagian "ekor dari dinosaurus" tersebut. Di dalam ruang ini, dapat dilihat sumber mata air yang disebut "Sendang". Jumlah sendang tersebut ada 4 buah, yaitu "Sendang Mawar", "Kantil", "Jombor" dan "Puserbumi". Sendang Mawar dipercayai mempunyai kekuatan gaib yang bisa membuat seseorang tetap awet muda, karenanya setiap pengunjung selalu menyempatkan diri untuk membasuh muka dengan air Sendang Mawar tersebut.
Dipenuhi oleh rasa kagum dan terpesona, tanpa terasa telah menempuh jarak 250 meter menyusuri perut dinosaurus. Bukan itu saja, bahkan tanpa disadari, telah masuk ke perut bumi sedalam 40 meter.
Objek wisata Gua Jatijajar dilengkapi taman yang asri yang dilengkapi dengan taman bermain. Taman ini diberi nama Pulau Kera, karena di taman ini terdapat banyak patung kera. Di gerbang mulut Gua Jatijajar, terdapat lubang di antara stalagnit, sehingga bila cahaya matahari masuk terlihat sangat indah. Gua Jatijajar merupakan bukti dari legenda Kamandaka (Lutung Kasarung), di mana kisah ini secara tersirat dikisahkan melalui patung-patung yang ada di dalam Gua Jatijajar. Di dalam Gua Jatijajar terdapat sebuah mata air (sendang) yang konon kabarnya akan membuat awet muda bagi yang mencuci muka di sana.
Terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong, atau 42 km sebelah barat daya kota Kebumen. Legenda di dalam gua menggambarkan legenda Raden Kamandaka atau legenda Lutung Kasarung. Panjang gua adalah 250 meter. Di area Gua Jatijajar ini juga terdapat beberapa gua lainnya, seperti Gua Intan dan Gua Dempok serta tersedia taman dan Pulau Kera. Untuk menuju ke objek wisata ini telah tersedia sarana dan prasara transportasi, penginapan serta rumah makan yang relatif representatif. Patung Dinosaurus yang seolah memuntahkan air dalam lokasi wisata ini sebenarnya merupakan muara dari mata air dari dalam Gua Jatijajar yang tiada pernah berhenti walau musim kemarau sekalipun.
Stalagtit yang terdapat di dalam Gua Dempok terbentuk secara alami selama ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Hingga kini masih terjaga keasliannya. Gua Intan berada satu lokasi dengan objek wisata Gua Jatijajar. Gua ini memiliki keunikan tersendiri dengan langit gua yang relatif tidak terlalu tinggi.
Terletak 7 km selatan Gua Jatijajar. Nama "Petruk" diturunkan dari nama pengikut setia Pandawa dalam cerita pewayangan "Mahabharata". Gua ini sangat mempesona. Tetesan air kapur terdengar bagaikan kebisingan yang tiada henti. Banyak stalaktit yang menyerupai bentuk kehidupan di dunia, seperti halnya stalaktit seperti anjing duduk ini. Stalaktit ini sangat memukau pengunjung karena menyerupai tokoh Semar dalam cerita pewayangan. Gorden raksasa akan mengingatkan betapa Maha Kuasanya Tuhan YME dan segala ciptaannya di bumi dan di langit.
Boneka-boneka mungil terdapat di dalam Gua Petruk di antara aliran air dalam gua yang sejuk. Stalaktit ini sangat mirip dengan payudara yang tidak terdapat di tempat lain. Tangan anda dapat menyentuhnya karena dinding gua yang tidak terlalu tinggi.
Pantai ini berada di Ayah. Terletak 9 km dari Gua Jatijajar. Pantai ini berada di dekat muara Sungai Bodo. Wisatawan dapat menyewa perahu sambil menatap indahnya perbukitan. Pantai Ayah juga digunakan sebagai Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga wisawatan bisa membeli ikan dan menikmati sajian seafood di kawasan ini. Di sini dapat disaksikan matahari tenggelam yang mengagumkan karena pantai ini mengarah ke arah barat.
Pantai Karangbolong terletak di Desa Karangbolong. Nuansa pantai yang dipagari perbukitan yang asri dan lambaian pohon kelapa serasa menyejukkan hati. Pantai Karangbolong menyimpan berbagai keindahan. Di samping pantai yang menawan, Pantai Karangbolong juga menyimpan keindahan karang yang bolong (berlubang) dengan sarang burung waletnya.
Terletak di Tambakmulyo, Kecamatan Puring. Untuk menuju ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. pantai ini terletak 22 km sebelah selatan Gombong dan dapat ditempuh sekitar 45 menit, terletak sekitar 35 km sebelah barat daya Kota Karanganyar dapat ditempuh lebih dari 1 Jam, dan terletak 50 km dari Kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk menuju pantai suwuk. Bagi anda yang berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju pantai suwuk. Pantai ini memiliki fasilitas yang lengkap serta wahana lain yang mendukung seperti kebun binatang mini dan Mini Water Boom.
Terletak di Desa Karanggadung atau 17 km Barat daya Kota Kebumen. Dengan ombak besarnya, Pantai Petanahan memiliki daya tarik tersendiri. Di lokasi ini juga dilengkapi panggung terbuka bagi acara-acara seni rakyat. Selain itu juga terdapat hutan cemara udang yang rindang hasil kerjasama penghinjauan pantai antara Pemkab Kebumen dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pantai petanahan juga merupakan pantai yang menjadi tempat bertelurnya penyu hijau.
Pantai Pasir terletak di Desa Pasir atau 24 km sebelah selatan Kota Gombong atau 7 km sebelah barat Pantai Karangbolong. Di balik keindahan alam yang memukau, Pantai Pasir diyakini masyarakat setempat sebagai pintu gerbang Istana Nyi Roro Kidul. Adapun pintu gerbang tersebut berupa batu karang yang seperti berujud beruang yang sedang minum air telaga. Di samping wisata alam pantai yang menawan, Pantai Pasir juga merupakan lokasi menarik bagi yang suka berbelanja hasil laut, karena Pantai Pasir juga merupakan tempat pelelangan ikan (TPI) utama Kabupaten Kebumen. Pemandangan di sekeliling Pantai Pasir merupakan perpaduan antara alam laut yang indah, pegunungan yang anggun serta wilayah pertanian dan pertambakan yang subur. Pantai Pasir dipercayai sebagai pintu gerbang Nyi Roro Kidul.
Pantai Menganti terletak di Desa Karangduwur. Pantai ini memiliki karang terjal dengan bukit serta tebing yang menjulang tinggi dibibir pantai. Pantai Menganti memiliki pasir putih yang menawan. Pantai ini juga sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga kegiatan nelayan menjadi hal lumrah di pantai ini. Keindahannya memukau siapapun yang berkunjung ke Pantai Menganti. Perpaduan ombak, pasir putih, nelayan, bukit dan tebing hijau akan menghadirkan keindahan tersendiri. Di bagian barat Pantai Menganti terdapat tebing raksasa yang memanjang. Jika musim hujan tiba, Tebing tersebut akan mengucurkan air terjun. Tak tanggung-tanggung, terdapat empat air terjun disana.
Pantai rafael terletak di Desa Karangduwur atau di sebelah timur dari Pantai Menganti. Pantai Karangbata merupakan pantai yang sempit dan dihiasi batuan vulkanik purba yang berserakan di Tanjung Karangbata. Lokasinya yang sangat dekat dengan Pantai Menganti sering kali disebut sebagai Pantai Menganti. Pantai Karangbata biasa dinikmati dari gubuk-gubuk diatas bukit. Kerasnya ombak Pantai Selatan tidak menggoyahkan tebing karang yang tegar ini. Bentuk karang laut inilah yang membuat pantai ini disebut Tanjungbata karena bentuknya yang mirip batu bata. Secara geologi Tanjung Karangbata merupakan bekas gunung api purba. Hal tersebut ditandai dengan adanya sisa lava beku yang membentuk kekar kolom
Pantai Pecaron berada di Desa Srati. Keindahan pantai ini terletak pada bukit hijau tinggi menjulang di bibir pantai yang cukup luas. Pantai ini dihiasi pasir putih keabuan dan pohon kelapa yang rapat disepanjang pantai hingga ke atas puncak bukit. Pantai Pecaron juga memiliki karang yang membatasi pasir dengan lautan sehingga ombak ganas pantai selatan bisa diredam seusai tiba ke bibir pantai. Ditempat ini juga disediakan wahan Camping Groud yang memadai. Pantai Pecaron masih sangat alami sehingga belum banyak terjamah wisatawan umum.
Pantai Karang Agung terletak di Desa Argopeni. Pantai ini berada di sebelah timur Pantai Ayah. Keindahan pantai ini terletak pada sebuah karang yang tinggi menjulang menjorok ke lautan. Pantai Karang Agung merupakan pantai berkarang sehingga tak banyak ditemui pasir pantai terlebih jika air laut pasang. Pantai Karang Agung memiliki panorama yang indah. Perpaduan birunya laut dan hijaunya pepohonan di sekitar pantai membuat pantai ini sangat istimewa. Pantai Karang Agung juga salah satu pantai paling alami dan bersih di Kebumen.
Pantai Lembupurwo terletak di Desa Lembupurwo. Pantai ini berada di batas timur Kabupaten Kebumen yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Pantai Lembupurwo memiliki garis pantai yang panjang serta berwarna hitam. Keunikan pantai ini adalah adanya Laguna serta Gumuk Pasir. Laguna yang membentuk danau air payah dibatasi hutan cemara yang rindang serta mangrove yang rapat. Pantai ini juga memiliki gumuk pasir yang masih aktif sehingga cocok untuk olahraga sandboarding.
Pantai ini berada di desa Surumanis Kecamatan Ayah Kebumen Pantai ini Menawarkan Laut yang Ombak biru laut serta Senset sinar matahari Perpaduan Alam dengan Melihat demburan ombak laut dari Tebing pantai tersebut cocok untuk melepas penat di hari minggu atau pun Di hari libur meskipun Belum ada home stay dengan konsep gazebo tapi penunjung / Wisatawan banyak liburan kesini meskipun tak setenar Pantai AYAH ataupun Suwuk
Arung Jeram ini menggunakan setengah dari panjang Sungai Padegolan yang merupakan sungai limpahan air di bawah Bendungan Wadaslintang. Jika anda petualang sejati, cobalah arungi tantangan ini dan raih kemenangan alami. Pemandangan sepanjang sungai terbilang indah dengan dipenuhi pepohonan. Karena air berasal dari Waduk, membuat air sungai ini sangat jernih. Bahkan dasar sungai bisa terlihat. Titik start petualangan Arung Jeram Padegolan berada di PLTA Wadaslintang di desa Sendangdalem dan akan berakhir di Bendung Pejengkolan yang masuk ke kawasan Jembangan Wisata Alam (JWA) di Desa Jembangan.
Pemandian Air Panas (PAP) Krakal terletak di Desa Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen. PAP Krakal memiliki mata air yang tidak pernah kering walau musin kemarau panjang sekalipun.
Terletak di dalam area ibu kota Kebumen hanya 300 m arah barat daya dari alun-alun Kebumen. Ini adalah kolam renang yang di desain sangat artistik, ada pencampuran bangunan budaya barat dan timur. Sangat cocok untuk tempat hiburan dan pembelajaran keluarga, karena di dalamnya terdapat banyak fasilitas pendukung, dari area bermain anak, cafe, mini market, tempat fitnes yang modern, hingga area aerobic. Ini benar-benar rest area yang akan membuat tubuh fress, sehat dan menghibur.
Terletak 10 kilometer utara Kutowinangun, masuk wilayah kecamatan Poncowarno. Terletak di sekitar bendungan Pejengkolan yang merupakan bagian dari sistem irigasi waduk wadaslintang. Sudah dilengkapi sarana dermaga dan perahu wisata, warung makan, sepeda air dan segera dilengkapi dengan waterboom.
Waduk Serbaguna Sempor memiliki pemandangan alam indah, dilengkapi dengan arena bermain anak-anak, tempat parkir, cottage serta panggung terbuka.
Waduk Wadaslintang mempunyai luas sembilan kali Waduk Sempor. Letaknya 34 km arah timur laut Kota Kebumen.
Terletak di Kota Gombong Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dibangun pada abad ke XVIII oleh Belanda untuk pertahanan, dan bahkan kadang-kadang untuk menyerang. Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijk, nama yang terpampang pada pintu sebelah kanan, kemungkinan nama komandan pada saat itu. Mudah dicapai dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum 21 km dari Kebumen atau 100 km dari Candi Borobudur. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius (1787–1876), seorang jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya diabadikan menjadi Benteng Generaal Cochius. Selanjutnya benteng pertahanan ini digunakan untuk sekolah militer, berikut adalah data teknis benteng:
Selain terkenal dengan wisata alamnya kebumen juga terkenal dengan wisata religinya. Hal ini dikarenakan di kebumen terdapat banyak makam para syeikh di antaranya adalah:
Makam Syekh Anom Sida Karsa Terletak di desa Grogol Beningsari di kecamatan Petanahan, Kebumen, yang berjarak sekitar 15 km dari kota Kebumen atau sekitar 6 km dari Pantai Petanahan. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah terutama pada malam Jumat, bulan Saban, dan bulan Muharram.
Syekh Anom Sida Karsa yang diketahui adalah seorang waliyullah. Ditelusuri dari silsilahnya ternyata dia masih keturunan ke-5 dari Raden Fatah. "Dullah Sidiq" adalah nama aslinya. Dia hidup pada zaman Hamengku Buwono IV. Konon dia memang keturunan darah biru, tetapi karena kecintaannya pada Sang Kholiq dia lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan pangkat.
Sebelum singgah di desa ini, Syekh Anom pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu dia juga pernah singgah di Sumpyuh tepatnya di Desa Ngadiasa, tempat lain yang pernah disinggahinya yaitu Banyumas, Setelah dari Banyumas dia kembali lagi ke Demak dengan tujuan untuk perang melawan Belanda. Kemudian dia melanjutkan dakwahnya hingga sampai desa ini dan disinilah dia tinggal sampai wafat.
Syekh Anom berguru pada Syekh Abdul Awal bersama tiga teman seperjuangannya yaitu Syekh Abdul Fatah yang saat ini makamnya terdapat di daerah Sentul, Syekh Syahrowardi yang makamnya terdapat di Desa Tanjungsari, dan salah seorang murid dari desa setempat yang bertugas untuk khutbah yang makamnya terdapat di Kuburan Panggel.
Dari sejarah Syekh Anom yang paling menarik yaitu Pada saat Syekh Abdul Awal akan menunaikan Ibadah Haji ke tanah Suci, dengan sengaja Syekh Abdul Awal tidak mengikutsertakan murid-muridnya karena Dia hanya berniat mengajak istrinya, oleh karena itu Dia memberi tugas kepada masing-masing muridnya. Tugas yang diberikan kepada Syekh Anom adalah diperintahkannya Dia untuk menunggu sepuluh beton (isi nangka) yang sedang dibenem (ditimbun dengan bara api) sampai matang untuk dibagikan kepada teman-temannya. Anehnya setelah betonnya matang hanya terdapat Sembilan buah, Hal ini menjadikan Syekh Anom ragu untuk membagikan kepada ketiga temannya. Untuk menanyakan kebimbangannya Dia berniat menyusul Sang Guru ke Tanah Suci. Disinilah terdapat karomah yang luar biasa pasalnya Syekh Anom hanya mengendarai bekong (tempat beras) untuk sampai ke Mekah, hal yang sama juga dialami oleh Gurunya yang hanya mengendarai mancung untuk mencapai tempat tujuan.
Sesampainya di Mekah Syekh Anom bertemu dengan Sang Guru dengan membawa Sembilan beton yang masih hangat, lalu Dia menanyakan mengapa beton yang ada hanya Sembilan buah padahal sebelumnya Syekh Abdul Awal mengatakan bahwa beton yang dibenem ada sepuluh buah. Pertanyaan itu diabaikan begitu saja oleh Syekh Abdul Awal, karena Syekh Anom sudah telanjur ada di Tanah Suci maka Syekh Abdul Awal mengajaknya untuk menunaikan ibadah Haji bersama.
Cerita itulah yang menjadi dasar terciptanya sebuah nama SYEKH ANOM SIDA KARSA yang mempunyai arti, kata “SIDA” berarti JADI dan “ KARSA” berarti kesampaian.
Dalam sumber di lokasi menyebutkan, nama Syeh Anom Sidakarsa tersebut diketahui dari seorang yang selama dua tahun berturut-turut melakukan riyadloh di makam tersebut pada tahun 1935. Orang itu yakni almarhum Simbah Chamid dari Kajoran Magelang.
Menurut cerita Simbah Chamid kepada murid-muridnya yang kemudian diyakini hingga sekarang, Syeh Sidakarsa adalah cucu dari Sultan Bintoro/Raden Fatah di Demak. Syeh Sidakarsa yang sering juga disebut Syeh Anom datang ke Kebumen untuk berguru atau nyantri kepada Syeh Abdul Awwal.
Keberadaan Syeh Abdul Awwal sendiri bisa dilacak dari makam kiai tersebut yang terletak di Desa Kebonsari Kecamatan Petanahan atau sekitar 1, 5 km sebelah utara makam Syeh Anom.
Begitu dekat dan cintanya Syeh Anom dengan gurunya itu, dia merasa susah sepeninggal gurunya itu ke tanah suci. Karena sangat dekatnya, rindu tidak dapat tertahankan. Syeh Anom pun kemudian bermunajah kepada Allah SWT agar dapat menyusul gurunya.
Di tengah munajahnya itu, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh. Setelah diperiksa ternyata sebuah blongkeng (mancung) pohon kelapa. Bagi Syeh Anom, kondisi itu seperti petunjuk dari Allah, maka dengan izin Allah, Syeh Anom dapat menyusul gurunya dengan naik blongkeng itu.
Syekh Anom Sida Karsa memilih tinggal di daerah ini karena mengetahui banyak orang yang masih membutuhkan pencerahan, di antaranya adalah daerah Ambal yang dihuni banyak berandal. Dia menetap di tempat ini sampai wafatnya.
Semasa hidupnya, Syekh Anon Sida Karsa terkenal memiliki kelebihan. Kabar itu akhirnya sampai ke telinga para berandal di Ambal. Mereka pun datang menyatroni rumah Syekh Anom, berjumlah 200-an orang. Sampai di lokasi mereka melihat ada keanehan, yaitu meskipun rumah Syekh Anom miring ke Utara namun justru yang di sebelah Selatan yang disangga kayu. Para berandal itu pun menganggap pemilik rumah sudah tak waras lagi.
Ketika Syekh Anom Sida Karsa mempersilahkan para begal masuk ke dalam rumah, lagi-lagi mereka menganggap tuan rumah tak waras. Bagaimana mungkin rumah sekecil itu sanggup menampung gerombolan yang berjumlah demikian banyak. Namun ketika akhirnya masuk, ternyata dalaman rumah itu luas sekali. Seluruh gerombolan hanya memenuhi satu pojok rumah saja. Barulah para berandal itu sadar bahwa Syekh Anom bukan orang sembarangan.
Berandal itu dijamu makan oleh Syekh Anom, satu hal yang selalu dilakukannya pada setiap tamu yang datang ke rumahnya. Makanan selalu ada, berapa pun tamu yang datang setiap harinya. Para berandal dipesan agar tidak membuang tulang ayam ke lantai. Namun seorang berandal sengaja membuang tulang ayam ke lantai, dan tiba-tiba tulang itu berubah menjadi ayam lagi! Akhirnya para berandal itu pun takluk kepada Syekh Anom.
Makam Syeikh Abdul Awal terletak di desa Kebon Sari kecamatan Petanahan, tidak terlalu jauh dari makam muridnya Syeikh Anom Sida Karsa. Syeikh ini dulu bernama "Mangkurat Mas", dari Yogyakarta, putra R. Pemanahan dari istri Padmi. Anak Ki Ageng Pemanahan ada 2 yaitu "Mangkurat Mas" dan "Mangkurat Kuning".
Cerita berawal saat Ki Ageng berpesan kepada anaknya, lewat adiknya Ki Ageng Giring yang bermukim di Cirebon. Ki Ageng Pemanahan memberi wangsit jika suatu saat Ki Ageng mangkat, maka kekuasaan keraton Yogyakarta diserahkan kepada anak sulungnya, Mangkurat Mas. Namun begitu ayahnya meninggal, Ki Ageng Giring malah tidak peduli dengan amanah untuk menyerahkan titipan kekuasaan kepada Mangkurat Mas. Melalui patih Martapala-Martapura, sehingga terjadi geger dan menjadikan Mangkurat Mas pergi dari keraton dengan prinsip bahwa kekuasaan hanya akan akan menjadikan seseorang bertaruh dan mungkin sampai di akhir ajal, hanya akan bertaruh dan memperebutkan kekuasaan saja. Dan akhirnya kekuasaan di Yogyakarta jatuh ke tangan Ki Ageng Giring, sedangkan Mangkurat Mas pergi dari kerajaan, menuju ke arah barat dan sampai di seputar desa yang sekarang ini disebut Kebonsari.
Pada satu saat datanglah Raden Patah putra dari Prabu Brawijaya V-Raja Majapahit terakhir ke tanah Jawa. Kedatangan R. Patah menjadikan tanah jawa geger karena dia bermisi menundukkan negara Pandawa tengah. Pada saat itu Mangkurat Mas yang juga dikenal sebagai Syech Abd. Awal sudah bermukim di Kebonsari, meski namanya belum Kebonsari. Lama-kelamaan, Di Kebonsari, Mangkurat Mas membawa ilmu para wali ibarat hanya sebulir padi/semenir, dipecah menjadi empat madzhab. Sembari bermukim disini, Mangkurat Mas memberikan wewarah kepada banyak orang tentang ilmu-ilmu para wali.
Kedatangan R. Patah ke tanah jawa diikuti dengan proses penyerangan perilaku ibadah umat-umat Islam yang merujuk pada ajaran wali, digeser dengan ilmu agama suci dari tanah Saudi-ajaran Rasul Muhammad saw. Awalnya di tanah jawa yang diamalkan ilmu Kuntadewa.
Di Kebumen, Mangkurat Mas alias Syech Abdul Awwal punya banyak murid, di antaranya di Guyangan, Syech Sidakarsa dan Syech Abdul Rosyid. Sebagai seorang pembawa ajaran Islam Jawa/sinkretik/ilmu kebatinan/ilmu ratu tanah jawa, Syech seorang diri mengajarkan ilmunya di daerah ini. Ada tokoh lain yang dikenal yaitu Syech Abdul Muhyi, tetapi dia membawa risalah Islam murni dari tanah Arab. Abdul Muhyi anak dari panembahan Sultan Imam Mahdi dari tanah Madinah.
Begitu lama merasa cukup lama bermukim di Kebumen, Syech ingat akan sebuah pesan yang tertulis di kitabnya untuk pergi ke tanah suci-naik haji. Pada saat Syech naik haji, dia menggunakan “mancung” dari pohon kelapa. Keajaiban itu bisa diwujudkan karena ilmu kebijaksanaan yang dimiliki oleh Sang Syech.
Saat mengembara ke Kebumen, Syech Abdul Awwal sudah menamatkan ilmu dari pesantren dan menikah dengan putri keraton Solo/Surakarta yang bernama Jonggrang, belum sempat bekerja mengamalkan ilmunya namun sudah didahului dengan geger perebutan kekuasaan di Yogyakarta dan pendudukan Belanda di tanah jawa. Seumur hidup, Syech Abdul Awwal hanya mempunyai satu istri yaitu Nyai Jonggrang.
Dalam ceritera, R. Patah yang membawa risalah rasul Muhammad adalah putra dari pernikahan putri Cempa-Cina dengan Raja Brawijaya-raja Majapahit yang terakhir. Versi dongeng, diberi nama Patah dari makna banyu patang wulan bali ngulon meng Cina. Dulu, ratu Sriwijaya alias sang ayah putri Cempa menciptakan Putri Cempa yang berwujud jin raksasa, dicipta menjadi putri cantik seperti putri di daerah tanah Jawa. Saat sudah menjadi cantik, ia berkeliling di seluruh tanah jawa membawakan seni lagu dan tari-tarian untuk dipertunjukkan. Ratu Brawijaya melalui Patih Gajah Mada, jatuh cinta pada putri Cempa dari Palembang dan ingin mempersunting menjadi istri sebagai istri ke-41. Setelah menikah dengan Raja Brawijaya, Putri Cempa hamil dan mengidam. Yang diinginkan Putri Cempa saat mengidam adalah rujak babi. Sebagai suami, Sang Prabu menuruti permintaan istrinya dengan memerintahkan kawulanya berburu babi dan memasaknya. Setelah makan, ternyata Putri Cempa yang cantik tiba-tiba berubah ke wujud semula, seorang raksasa. Dengan perubahan wujud itu, Sang Putri menjadi malu dan segera terbang kembali ke tanah asal, Banyu patang wulan alias R. Patah dibawa serta. Sat kembali ke negerinya, Putri Cempa dipersunting oleh Arya Damar-Raja Palembang. Disana, lahirlah R. Patah. Sebagai ayah, Prabu Brawijaya berpesan agar Arya Damar tidak menghilangkan identitas R.Patah yang merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Di kemudian hari R. Patah pergi menuntut ilmu ke Mesir sehingga ia menjadi seorang alim dan kelak menjadi penyebar ajaran Islam-Rasul di tanah jawa, bahkan menyerang ayah kandungnya sendiri yang berkuasa di Majapahit yang nota benenya pemegang tradisi dan kepercayaan Hindu. R. Patah adalah anak kandung dari putri Cempa, hasil dari pernikahan keduanya dengan Prabu Brawijaya. Sedangkan sebelumnya Putri Cempa sudah pernah menikah dan berputrakan Raden Husen.
Awal sebelum R. Patah mengetahui keberadaan ayah kandungnya, ia bertanya kepada ibunya. Setelah ibunya menceritakan sebenarnya darah siapa yang mengalir pada diri R. Patah, maka segera R. Patah ingin menyusul ayah kandungnya di Majapahit. Sebelum ia tiba di Majapahit, ia singgah dulu di Demak Bintoro dan diterima oleh Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel, R. Patah dinikahkan dengan cucunya-putri Mloko, dan dijadikan Bupati Demak Bintoro. Setelah cukup lama menetap di Bintoro, R. Patah ingin melanjutkan ke Majapahit. Di tengah jalan ia bertemu dengan Sunan Giri. Saat R. Patah menyatakan maksudnya, Sunan Giri melarang dia melanjutkan niatnya dengan alasan ilmu para wali yang sudah mengakar di tanah jawa, tidak boleh diganggu gugat, diubah atau dicampuri oleh ajaran Islam yang berasal dari tanah Arab. Namun dalam kenyataannya, R. Patah yang kemudian bertemu dengan saudara tirinya R. Husen, menegakkan agama rasul di tanah jawa. Pada saat itulah para wali pemegang ajaran sinkretik mundur agar tidak terjadi pertentangan di kalangan umat. Secara garis besarnya, agama Rasul dipandang sebagai ajaran yang mengutamakan syariat sedangkan para wali dianggap sebagai pembawa ajaran tarekat. Sedangkan idealnya seorang umat adalah mengamalkan ilmu Rasul dan meneladani perilaku wali, tetapi sekarang tidak demikian.
Di Kebumen, tempat mukim Syech Abdul Awwal adalah di pedukuhan Kedungamba, desanya Grogol Beningsari. Namun begitu direbut oleh Belanda daerah ini termasuk desa Kebonsari. Kedungamba diambil dari makna, kedung artine jero lan amba, melambangkan begitu dalam dan luasnya ilmu wali yang dibawa oleh Syech Abdul Awwal. Saat tiba di Kedungamba, Syech Abdul Awwal membawa rasa sedih karena terusir dari istananya. Saat tiba disini sudah ada sekitar 50 orang penduduk yang menghuni Kedungamba, tetapi hingga kini sulit ditelusuri siapakah mereka dan berasal dari mana.
Satu cerita lagi, pada suatu saat Ratu Yogyakarta yang merupakan permaisuri Ki Ageng Giring gering (sakit), Mangkurat Mas lah yang berhasil menyembuhkannya. Sesuai dengan janji yang diucapkan Ki Ageng Giring bahwa siapapun yang berhasil menyembuhkan istrinya akan dituruti segala permintaannya. Sebagai hadiah atas keberhasilannya, Mangkurat Mas muda meminta tanah seluas serban, yaitu bumi Mataram yang di kemudian hari di tempati, Kedungamba. Sebelumnya Ki Ageng Giring telah menawarkan tanah antara sebelah timur sungai Praga sampai Sitandu, tetapi Mangkurat Mas menolak. Karena merupakan tanah hadiah dari Sultan maka Kedungamba disebut sebagai tanah Keputihan yang tiap tahunnya tidak terkena pajak ke Mataram, namun hanya menyetorkan bulu bekti atau glondhong pengareng-pengareng berupa padi, palawija, dll saja tiap tahun pada musim panen sado ke Mataram berpakaian jarit wiru dan blangkon. Saat menyerahkan bulu bekti, yang ikut sowan 7 orang sebagai perlambang martabat desa yaitu Lurah, Congkog, Carik, Kebayan, Kaum, Polisi dan Kamituwa. Oleh Mataram yang diberi kewenangan menjadi Lurah Kedungamba adalah Mangkurat Mas atau "Syech Abdul Awwal". Begitu Belanda menyerang, barulah Kedungamba dikenai pajak. Zaman dulu, orang-orang tidak dikenai pajak.
Deretan makam yang ada di kanan-kiri Syech Abdul Awwal. Sebelah barat Syech adalah makam putranya Abdul Rauf yang konon ceritanya ia selalu ingin mengungguli ayahnya, misal jika ia menimba air, bukannya menggunakan wadah yang rapat malah menggunakan keranjang yang berlubang, angina yang berhembus juga berusaha ia kekang dengan diikat memakai selendang, dan berbagai perbuatan Abdul Rauf yang mengesankan ia ingin mengungguli kesaktian ayahnya. Informasi belum tertata dan diterjemahkan penuh ke dalam bahasa Indonesia.
Air Terjun Sudimoro terletak di Dusun Kalikumbang, Desa Donorojo, kecamatan Sempor. Air terjun ini memiliki tiga undakan dengan total ketinggian hingga 35 meter. Air terjun Sudimoro memiliki formasi melebar sehingga air yang jatuh akan membentuk tirai air yang begitu mengagumkan. Air terjun ini juga memiliki debit air yang deras dan stabil terlebih jika musim penghujan tiba. Hal tersebut dikarenakan Curug Sudimoro terdapat di aliran Kali Putih yang berhulu di wilayah perbukitan pererbatan Kabupaten Kebumen dengan Banjarnegara.
Air Terjun Sindaro terletak di Dusun Kalikecot, Desa Wadasmalang, kecamatan Karangsambung. Air terjun Sindaro memiliki ketinggian sekitar 30 meter dengan dua undak air terjun. Air terjun bertingkat ini terbuat secara alami diatas batu hitam bertingkat dua lantai dan berada di kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong. Debit airnya akan melimpah ruah di musim penghujan dan kerap kali dilanda banjir. Namun ketika musim kemarau debit airnya akan mengecil, meski tidak sampai kering.
Air Terjun Kedondong terletak di Dusun Kedondong, Desa Gunungsari, kecamatan Karanggayam. Berada di kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong, air terjun Kedondong mengalir di atas batuan andesit purba dengan ketinggian sekitar 25 meter. Air terjun ini merupakan salah satu spot utama di area wisata Bukit Comal, sebuah wisata rintisan di desa ini dengan kolam renang di tengah hamparan hutan pinus Perhutani. Terdapat dua kolam untuk dewasa berukuran 8 x 15 meter dengan kedalaman 1-1,5 meter. Air terjun ini hanya bisa dinikmati saat musim penghujan karena akan kering saat musim kemarau.
Air Terjun Gemawang terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah. Air terjun ini terdiri atas tiga undakan dengan ketinggian mencapai 25 meter. Air Terjun Gemawang berada tak jauh dari Objek Wisata Gua Petruk.
Kebumen yang kesohor akan pariwisata, sejarah dan budaya memiliki beberapa julukan yang menggambarkan karakteristiknya tersebut, berikut beberapa julukan yang tersemat pada Kebumen:
Julukan tersebut berdasarkan fakta bahwa salah satu potensi dari Kabupaten Kebumen adalah banyaknya budidaya Lawet atau Walet di Kebumen.
Kebumen sejak dahulu dikenal banyak menghasilkan tokoh - tokoh terkenal dan berpengaruh seperti, Jenderal M.Sarbini (Tokoh militer dan pejuang), Jenderal Sutoyo Siswomiharjo (Pahlawan Revolusi), Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (Begawan Ekonomi), R.A.A Tirtokoesoemo (Perintis sekaligus Ketua pertama Boedi Oetomo dan Bupati Karanganyar Kebumen), Ki Sawunggalih (Pejuang era Perang Diponegoro asal Karanganyar, Kebumen), Prabowo Subianto (Presiden Indonesia 2024 - 2029), Sri Mulyani (ekonom terkemuka yang pernah menjabat Menteri Keuangan), Syamsuridjal (Walikota Praja/Setara Gubernur Jakarta 1951 - 1953), Tasripin (Konglomerat Bumiputera/Pribumi jaman Hindia Belanda), Martha Tilaar (Pengusaha Kosmetik terkemuka Indonesia), Kartini Muljadi (Pengusaha wanita terkaya Indonesia), Martono (Menteri era Orde Baru), Ali Moertopo (Legenda Intelijen Indonesia yang orang tuanya berasal dari Kebumen), Pandji Pragiwaksono (Artis multitalenta Indonesia), Andien (Penyanyi dan Seniman Indonesia) dan masih banyak lainnya.
Kebumen juga dijuluki sebagai "Kota Seribu Pesona" karena kekayaan alam dan keindahan alam yang dimiliki. Di sini terdapat beragam tempat wisata menarik, seperti Pantai Ayah dan Pantai Karangbolong yang indah.
Kebumen juga kerap disebut sebagai Bumi Tirta Praja Mukti. Julukan ini memiliki makna bumi dan tanah yang dapat menghasilkan kesejahteraan.
Terakhir, Kebumen juga dikenal sebagai "Kota Selendang Budaya" karena warisan budayanya yang kaya dan beragam. Kota ini memiliki berbagai macam seni dan budaya tradisional, seperti tari lawet, kuda lumping, dan wayang.
Yang terbuat dari nasi yang di bulatkan Dengan tangan Dibungkus daun pisang \ Kertas minyak lauk pun beragam Tempe goreng \ Mendoan sayur pecel dan ampela ayam di goreng
Makanan khas ini terdapat didaerah kecamatan petanahan. Rasanya manis dan khas, tetapi sudah mulai jarang.
Lanthing (kadang disebut klanthing), merupakan makanan ringan sejenis kerupuk yang terbuat dari singkong berbentuk angka delapan atau lingkaran kecil seperti cincin. Asal mulanya hanya mempunyai rasa yang gurih dan asin tetapi sekarang mulai muncul aneka rasa seperti asin pedas dan rasa keju.
Makanan ini terbuat dari beras ketan ditaburi gula pasir halus, namun makanan ini mulai sulit dicari.
Sale pisang adalah makanan hasil olahan dari buah pisang yang disisir tipis kemudian dijemur. Tujuan penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air buah pisang sehingga pisang sale lebih tahan lama. Pisang sale ini bisa langsung dimakan atau digoreng dengan tepung terlebih dahulu. selain itu, saat ini sale pisang mempunyai berbagai macam rasa seperti rasa keju. Saat ini, produksi pisang sale sudah menembus pasar internasional.
Sale pisang merupakan produk pisang yang dibuat dengan proses pengeringan dan pengasapan. Sale dikenal mempunyai rasa dan aroma yang khas.
Sate ambal adalah makanan khas dari daging ayam yang berasal dari daerah Ambal, Kebumen, Jawa Tengah. Perbedaan sate Ambal dari sate Madura adalah bumbunya. Bumbunya agak lebih encer, berwarna kuning tua dan sekilas terlihat seperti kuah masakan Padang. Dan istimewanya, bumbu ini dibuat dari tempe yang dihancurkan hingga halus. Cita rasanya manis-pedas-gurih dengan aroma keharuman rempah yang menggugah selera. Tempenya memang tidak terasa lagi.
Soto petanahan sungguh berbeda dengan soto daerah lain, rasanya yang khas membuat soto petanahan sangat digemari masyarakat pada umumnya, soto petanahan berisi ketupat, toge hijau, suwiran ayam kampung dan kuah yang gurih, namun soto ini belum setenar soto bandung maupun soto daerah lainnya, jika anda mampir ke kebumen cobalah menyempatkan diri mencoba kuliner yang satu ini. Pedagang soto petanahan banyak dijumpai di desa petanahannya sendiri dan daerah disekitar desa petanahan, adapun penjual yang sudah sangat kondang yaitu soto petanahan pak kored. Letaknya diselatan pasar petanahan.
Makanan khas yang satu ini sekarang sudah sangat jarang dijumpai, bahkan makanan ini hanya tenar dikecamatan petanahan. Kalau dilihat dar, namanya mungkin kelihatan biasa saja, tetapi begitu anda mencobanya anda akan merasa ketagihan, soto ini terbuat dari tahu, engkol, toge dan tahu kebumen yang khas disiram kuah sambel kacang. rasanya segar, cocok dinikamati saat siang hari apabila anda berkunjung ke kebumen anda wajib mencoba makanan yang satu ini. makanan ini tidaklah disajikan direstoran mewah namun di pedagang kaki lima yang orang petanahan menyebutnya bango (semacam rumah berjualan terbuat dari bambu dan sederhana).
Berita dari Masjid
Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.