Masjid dengan Kategori Masjid Jami

Masjid dengan Kategori Masjid Jami di KAB. NABIRE

Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian

Tentang KAB. NABIRE

Kabupaten Nabire adalah salah satu kabupaten sekaligus juga menjadi ibu kota Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Distrik Nabire. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Papua Barat di sebelah barat. Jumlah penduduk Kabupaten Nabire pada akhir tahun 2024 berjumlah 179.174 jiwa.

Kabupaten Nabire adalah induk dari semua kabupaten di Papua Tengah, kecuali Kabupaten Mimika (yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Fakfak). Awalnya, Kabupaten Nabire bernama Kabupaten Paniai dengan ibu kota di Kelurahan Enarotali, yang terletak di wilayah Distrik Pantai Timur. Di tahun 1966, ibu kota Kabupaten Paniai dipindah ke Distrik Nabire karena lebih strategis di wilayah pantai dibandingkan dengan Kelurahan Enarotali yang berada di pedalaman. Kabupaten Paniai berubah nama menjadi Kabupaten Nabire menurut PP Nomor 52 Tahun 1996. Peraturan tersebut juga melahirkan kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Nabire, yaitu Kabupaten Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya. Ketiga kabupaten tersebut sekarang berkembang menjadi 7 kabupaten penyusun Provinsi Papua Tengah.

Kabupaten Nabire dikenal sebagai penghasil salak terbesar di Papua, dengan salak Nabire yang memiliki cita rasa manis legit dan menjadi komoditas unggulan daerah ini. Pada tanggal 6 Februari 2004, terjadi gempa bumi yang kemudian disusul pada tanggal 26 November 2004 di Kabupaten Nabire, gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang daerah ini.

“Nabire” demikian sekarang disebut, adalah suatu wilayah Pemerintahan Kabupaten yang terhampar di seputar “Leher Burung” pulau Papua. Dalam perkembangannya “Nabire” telah melampaui fase-fase: sebelum masuknya Pemerintahan Belanda, zaman Pemerintahan Belanda dan zaman Pemerintahan RI Hingga saat itu.

Paparan mengenai sejarah Pemerintahan Kabupaten Nabire ini bukanlah merupakan suatu tulisan yang sudah sempurna, sehingga masih perlu untuk dikaji dan disempurnakan bersama-sama sehingga menjadi suatu materi yang bisa dipahami dan diterima oleh semua kalangan.

Sebelum mengulas sejarah singkat Kabupaten Nabire maka terlebih dahulu akan disampaikan uraian secara singkat tentang asal usul dan arti Nabire dari beberapa sumber atau versi. Uraian mengenai cerita asal-usul dan arti Nabire ini bukanlah untuk dipertentangkan tetapi merupakan wacana untuk dibahas secara bersama, sehingga nantinya bisa diketahui asal-usul dan arti Nabire yang sebenarnya.

Berdasarkan cerita dari suku wate, bahwa kata Nabire berasal dari kata "Nawi" pada zaman dahulu dipertimbangkan dengan kondisi alam Nabire pada saat itu yang banyak terdapat binatang jangkrik, terutama disepanjang kali Nabire. Lama kelamaan kata “Nawi” mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire dan akhirnya menjadi “Nabire”. Pada tahun 1958, Konstein Waray yang menjabat sebagai Kepala Kampung Oyehe menyerahkan tempat atau lokasi kepada Pemerintah.

Menurut versi suku Yerisiam Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei muncul sebagai nama suatu tempat pada saat diadakan pesta pendamaian ganti daerah antara suku Hegure dan Yerisiam. Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk memberi nama daerah ini oleh Bupati pertama yaitu Bapak A.K.B.P. Drs. Surojotanojo, SH (Alm). Versi lain suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere menjadi Nabire.

Versi dari suku ini bahwa Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon lainnya. Akibat adanya hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire.

Pada tanggal 20 Desember 2017 presiden Joko Widodo datang meninjau lokasi lahan baru Bandar Udara Douw Aturure, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua, yang dilanjutkan dengan peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Nabire 20 MW dan PLTMG Jayapura 50 MW di Kelurahan Kali Bobo, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire.

Bandara Douw Aturure yang baru tersebut akan menjadi bandara besar dan penghubung antar kabupaten karena keberadaan Nabire yang strategis di tengah Provinsi Papua, sehingga akan menjadi simpul bagi wilayah yang berada di sekitarnya, yaitu Paniai, Dogiyai, Diyai, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak, Waropen, Wondama dan Kaimana. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah akan membangun terminal penumpang seluas 8.000 meter persegi. Pada tahap berikutnya dikembangkan menjadi 15.000 meter persegi.

Selain bandar udara, Kepala Negara juga akan memperbaiki dan memperbesar Pelabuhan Nabire, Papua. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo usai meninjau Pelabuhan Nabire, Kamis, 21 Desember 2017. Perluasan tersebut akan membuat Pelabuhan Nabire sebagai penghubung bagi enam kabupaten di sekitarnya.

Kabupaten Nabire terletak dikawasan Teluk Cendrawasih Provinsi Papua dan Samudra Pasifik, yang berada diatas 3 (tiga) lempengan bumi sehingga mengakibatkan rawan akan terjadinya bencana gempa bumi. Secara astronomis, Kabupaten Nabire terletak di antara 2°28"–3°56" Lintang Selatan dan 134°33"–136°15" Bujur Timur. Secara administrasi pada tahun 2012, luas wilayah Kabupaten Nabire adalah 12.075,00 Km² dan panjang garis pantai 473 Km² serta luas lautan 914.056,96 Ha. Kabupaten Nabire terbagi menjadi 15 distrik yang kemudian terbagi ke dalam 72 kampung dan 9 kelurahan.

Kabupaten Nabire memiliki topografi yang bervarisi yaitu wilayah datar ± 47% dari luas wilayah tersebar disepanjang Wilayah pantai dan Wilayah perbukitan ± 53% tersebar di daerah pedalaman (pegunungan). Berdasarkan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Tanah (Balai Tanah) Bogor tahun 1964, jenis-jenis tanah di Kabupaten Nabire terbagi atas:

Berdasarkan perbedaan ketinggian muka tanah, Wilayah Kabupaten Nabire dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) Zona, yaitu a. Zone Dataran rendah dengan ketinggian 0–600 mdpl. b. Zone Ketinggian sedang dengan ketinggian 600–1500 mdpl. c. Zone Dataran tinggi dengan ketinggian di atas 1500 mdpl.

Berdasarkan klasifikasi iklim, wilayah Kabupaten Nabire memiliki iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang cenderung tinggi sepanjang tahunnya. Sebagai akibat dari topografi yang bervariasi, suhu udara di Kabupaten Nabire berkisar antara 22 °C–34 °C di wilayah dataran rendah dan kurang dari 24 °C di wilayah dataran tinggi. Tingkat kelembapan di wilayah Nabire pun cenderung tinggi, yakni berkisar antara 60%–90%.

DPRD Nabire beranggotakan 25 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. DPRD Nabire periode 2019-2024 terdiri dari 13 partai politik. Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai politik dengan jumlah kursi terbanyak, yaitu 4 kursi.

Kabupaten Nabire terdiri atas 15 distrik, 9 kelurahan, dan 72 kampung dengan total luas 12.075,00 km² dan jumlah penduduk sebanyak 145.101 jiwa (2017). Kode Wilayah Kabupaten Nabire adalah 94.01. Pada tahun 2017, versi Kemendagri, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 11.112,61 km² dan jumlah penduduk 166.463 jiwa (2017).

Jumlah penduduk Kabupaten Nabire tahun 2024 sebanyak 178.006 jiwa, terdiri atas 91.674 laki-laki dan 83.684 perempuan. Rasio jenis kelamin sebesar 109,55 berarti jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 15 jiwa per kilometer persegi, dengan Distrik Nabire mencatat kepadatan tertinggi sebesar 815 jiwa per kilometer persegi. Distrik dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Distrik Nabire sebanyak 103.531 jiwa (58,16 persen dari total penduduk), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Distrik Menou dengan 935 jiwa (0,52 persen). Struktur penduduk menurut umur didominasi kelompok usia muda (0–19 tahun) yang menandakan karakteristik piramida penduduk ekspansif.

Penduduk usia kerja di Kabupaten Nabire tahun 2024 tercatat sebanyak 116.670 jiwa. Angkatan kerja berjumlah 83.409 orang atau 71,49 persen dari total usia kerja, dengan dominasi laki-laki sebanyak 51.921 orang. Jumlah penduduk yang bekerja mencapai 79.993 jiwa dan sebagian besar berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (38,96 persen). Status pekerjaan utama terbanyak adalah buruh/karyawan/pegawai sebanyak 32.781 jiwa, disusul pekerja berusaha sendiri 21.548 jiwa, dan pekerja keluarga tak dibayar 9.626 jiwa. Jumlah pencari kerja tahun 2024 mencapai 3.019 jiwa yang terdiri dari 1.444 laki-laki dan 1.575 perempuan. Sebagian besar pencari kerja adalah lulusan SMA sebanyak 1.995 jiwa, kemudian sarjana sebanyak 834 jiwa.

Penduduk kabupaten Nabire terdiri dari beragam suku bangsa dan agama. Penduduk Nabire didominasi oleh pendatang atau bukan Orang Asli Papua, banyak diantaranya berada di ibu kota kabupaten, yakni distrik Nabire. Suku bangsa asli yang berasal dari Nabire diantaranya ialah suku Moor, Dani, Wate, Yerisyam, dan Hegure. Suku Wate terdiri dari lima sub suku yakni suku Waray, Nomei, Raiki, Tawamoni dan Waii. Dalam data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penghitungan berdasarkan jenis kelamin laki-laki, penduduk asli orang Papua sebanyak 32.850 jiwa atau 47,36% dari 69.369 jiwa laki-laki. Sementara orang non asli Papua sebanyak 36.519 jiwa atau 52,64%.

Data Kementerian Dalam Negeri tahun 2024 mencatat bahwa mayoritas penduduk kabupaten Nabire memeluk agama Kekristenan yakni 62,22%, dengan persentasi Protestan sebanyak 51,36% dan Katolik sebanyak 10,86%. Sebagian besar lagi menganut agama Islam yakni sebanyak 37,38%, diikuti agama Hindu sebanyak 0,29% dan selebihnya menganut agama Buddha sebanyak 0,10% dan Konghucu serta kepercayaan lainnya 0,01%. Sementara untuk sarana rumah ibadah terdapat 349 gereja Protestan, kemudian 65 masjid, 56 gereja Katolik, 8 pura, dan 2 vihara.

Pada tahun 2024, Kabupaten Nabire mencatat garis kemiskinan sebesar Rp833.652 per kapita per bulan. Jika seseorang memiliki pendapatan di bawah angka tersebut, maka dikategorikan sebagai penduduk miskin. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret, jumlah penduduk miskin di daerah ini mencapai 36,02 ribu orang atau 24,00 persen dari total populasi. Persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 23,35 persen. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2024 tercatat sebesar 5,85, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 2,07. Kedua indeks ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2023, masing-masing dari angka 8,02 dan 3,32.

Dalam aspek kesejahteraan sosial, Dinas Sosial Kabupaten Nabire mencatat keberadaan 15 panti asuhan dengan kapasitas total 771 orang. Pada tahun 2024, jumlah anak asuh yang tinggal di panti-panti tersebut mencapai 542 anak. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2023 yang berjumlah 907 anak. Panti asuhan tersebar di berbagai distrik, namun yang memiliki data eksplisit hanya berada di Distrik Nabire. Jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Nabire pada tahun 2024 tercatat sebanyak 893 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 327 orang mengalami disabilitas fisik, 174 orang mengalami disabilitas tubuh, dan 172 orang mengalami disabilitas mental. Sebaran tertinggi terdapat di Distrik Wanggar (30 orang), Teluk Kimi (17 orang), Makimi (26 orang), serta Yaur (12 orang). Penyandang disabilitas terbagi ke dalam beberapa kategori, seperti netra, rungu/wicara, tubuh, mental, dan disabilitas ganda. Karang Taruna di Kabupaten Nabire tercatat berjumlah 46 unit pada tahun 2024. Distrik Kepulauan Moora menjadi wilayah dengan jumlah Karang Taruna terbanyak. Total anggota Karang Taruna di seluruh kabupaten mencapai 589 orang, terdiri atas 492 laki-laki dan 97 perempuan. Lembaga ini tersebar di berbagai distrik dan menjalankan fungsi sosial kemasyarakatan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Nabire tahun 2024 mencapai Rp14,97 triliun, meningkat dari Rp13,54 triliun pada tahun 2023. Berdasarkan distribusi sektoral, kontribusi terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,34 persen, diikuti perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,94 persen. konstruksi.com">Konstruksi menyumbang 16,49 persen, sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 16,02 persen. Sektor administrasi pemerintahan sebesar 8 persen, transportasi dan pergudangan 5,94 persen, serta jasa keuangan dan asuransi 1,51 persen. Sektor industri pengolahan menyumbang 1,51 persen dari total PDRB Kabupaten Nabire tahun 2024. Total produksi listrik tahun 2023 sebesar 144.520.960 KWh dengan penjualan sebesar 132.015.189 KWh, sedangkan jumlah pelanggan mencapai 54.556. Pada sektor air bersih, PDAM Kabupaten Nabire mendistribusikan air sebanyak 580.036 m³ dengan produksi air minum tiap bulan mencapai 438.999 m³. Nilai ekonomi yang tercatat dari kegiatan PDAM pada tahun tersebut mencapai Rp2.606.623.843.

Jumlah koperasi aktif di Kabupaten Nabire meningkat dari 388 unit pada tahun 2023 menjadi 461 unit pada tahun 2024. Koperasi terbanyak berada di Distrik Nabire dengan 300 unit, disusul Yaur sebanyak 27 unit, dan Napan sebanyak 27 unit. Jumlah keanggotaan koperasi pada tahun 2024 mencapai 20.500 orang. Anggota terbanyak berasal dari kelompok serba usaha sebanyak 4.523 orang, pegawai negeri 3.303 orang, dan kelompok lain 10.267 orang. Koperasi berbasis sekolah mulai tercatat sejak 2024 dengan jumlah satu unit dan sembilan anggota. Kredit perbankan di Kabupaten Nabire tahun 2024 mencapai Rp3 triliun. Sektor ekonomi yang menerima pinjaman terbesar adalah perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor. Berdasarkan sektor non-usaha, pinjaman untuk perumahan tercatat sebesar Rp47,22 miliar, untuk kendaraan bermotor sebesar Rp14,07 miliar, dan untuk rumah toko serta rumah kantor sebesar Rp935 juta. Sisanya sebesar Rp846,79 miliar dialokasikan ke kategori lainnya. Kegiatan perbankan di wilayah ini dilayani oleh kantor pusat, kantor cabang, dan unit layanan kas bank umum serta BPR.

Jumlah pelaku usaha di sektor perdagangan pada tahun 2024 tersebar di Distrik Nabire sebanyak 3.546 unit, disusul Teluk Kimi 310 unit dan Nabire Barat 222 unit. Tercatat terdapat 4.408 perusahaan perdagangan di seluruh kabupaten. Golongan usaha berdasarkan permodalan meliputi 80 perusahaan perdagangan besar dan 231 perusahaan perdagangan kecil. Golongan usaha berdasarkan bentuk hukum terdiri dari 35 perseroan terbatas, 30 CV, dan 48 perusahaan perorangan. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu menjadi institusi yang menangani pendataan legalitas usaha di wilayah ini. Selama tahun 2024, indeks harga konsumen (IHK) di Kabupaten Nabire mengalami fluktuasi dari 107,12 poin pada Februari hingga 112,28 poin pada Juni. Kenaikan signifikan IHK terjadi pada bulan April hingga Juni. Laju inflasi tahun 2024 juga bervariasi dengan rentang antara -1,58 persen pada September hingga puncak tertinggi 1,86 persen pada Maret. Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat tertinggi pada Maret sebesar 4,19 persen, sedangkan kelompok pakaian dan alas kaki tetap stabil di kisaran 0,00 hingga 0,22 persen sepanjang tahun.

Pada tahun 2024, luas panen sayuran terbanyak di Kabupaten Nabire adalah kangkung seluas 126 hektar, diikuti oleh cabai rawit seluas 121 hektar dan bayam seluas 96 hektar. Produksi tomat mencapai 27.880 kuintal dan menjadi yang tertinggi di antara sayuran semusim. Produksi cabai rawit sebesar 27.450 kuintal, disusul kacang panjang 8.900 kuintal dan bayam 7.890 kuintal. Tanaman hortikultura lainnya seperti bawang daun dan kembang kol masing-masing memiliki luas panen 14 dan 0 hektar. Pada sektor tanaman biofarmaka, produksi kunyit pada 2023 tercatat sebanyak 430 kg, jahe 312 kg, dan lengkuas 612 kg. Kecamatan Siriwo menjadi penghasil biofarmaka seperti temuireng sebanyak 1.160 kg dan kunyit 301 kg.

Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Yaur memiliki luas areal 7.553,9 hektar pada 2023, sementara kelapa tersebar di berbagai kecamatan dengan total luas 2.112,75 hektar. Produksi kelapa sawit di Kecamatan Yaur mencapai 181.687,3 ton, sedangkan produksi kelapa terbesar terdapat di Kepulauan Moora sebanyak 837 ton, disusul Makimi 547 ton, dan Napan 522 ton. Komoditas kopi tercatat hanya di Kecamatan Siriwo dengan luas tanam 108 hektar dan produksi sebesar 114 ton. Kakao terdapat di 10 kecamatan dengan luasan tertinggi di Wanggar 671 hektar dan Nabire Barat 347,5 hektar. Produksi kelapa terbesar secara keseluruhan mencapai 3.515,5 ton pada 2024.

Jumlah populasi sapi potong pada 2023 sebanyak 1.513 ekor, meningkat dari 2022 yang berjumlah 1.318 ekor. Kambing tercatat sebanyak 2.586 ekor dan babi 5.380 ekor. Produksi daging sapi yang dipotong di rumah potong hewan atau fasilitas pemotongan lainnya mencapai 1.047 ekor sapi pada 2023.

Data perikanan Kabupaten Nabire dibagi menjadi dua jenis kegiatan yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 2023, jumlah rumah tangga perikanan tangkap mencapai 1.297, sedangkan rumah tangga budidaya berjumlah 879. Produksi perikanan tangkap laut mencapai 13.250 ton dan produksi perikanan budidaya mencapai 2.350 ton. Sistem budidaya yang digunakan meliputi kolam air tawar, tambak air payau, keramba jaring apung, dan sawah. Perikanan tangkap dilakukan oleh rumah tangga yang menjual seluruh atau sebagian hasil, demikian pula perikanan budidaya yang diarahkan pada kegiatan ekonomi rumah tangga dengan tujuan penjualan hasil budidaya.

Pada tahun 2024, Kabupaten Nabire memiliki 1 rumah sakit umum yang terletak di Distrik Nabire dan tidak terdapat rumah sakit khusus di wilayah ini. Terdapat total 32 puskesmas, terdiri atas 5 puskesmas rawat inap dan 27 puskesmas non-rawat inap. Selain itu, tercatat 11 klinik pratama, 132 posyandu, dan 17 poskesdes tersebar di berbagai distrik. Terdapat 59 apotek yang didominasi oleh sebaran di Distrik Nabire sebanyak 43 apotek. Jumlah tenaga kesehatan terdiri atas 34 dokter, 4 dokter gigi, 423 perawat, 282 bidan, dan 47 tenaga kefarmasian. Tenaga kesehatan lainnya meliputi 64 tenaga kesehatan masyarakat, 21 tenaga kesehatan lingkungan, 34 tenaga gizi, dan 47 ahli teknologi laboratorium medik.

Jumlah kasus penyakit yang dilaporkan sepanjang tahun 2024 menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit terbanyak dengan 3.836 kasus, diikuti oleh TBC sebanyak 3.084 kasus, HIV/AIDS sebanyak 2.423 kasus, malaria sebanyak 1.694 kasus, DBD sebanyak 212 kasus, dan kusta sebanyak 74 kasus. Sebagian besar kasus tersebut tercatat di wilayah Puskesmas Distrik Nabire, termasuk 1.896 kasus diare dan 2.174 kasus TBC. Pemberian imunisasi juga tercatat cukup aktif, dengan jumlah imunisasi campak sebanyak 2.028, imunisasi BCG 2.465, polio dosis keempat sebanyak 1.771, serta masing-masing 2.648 untuk imunisasi DPT1 dan HB1.

Jumlah penerima jaminan kesehatan nasional (JKN-KIS), baik yang bersumber dari APBN (PBI) maupun non-PBI, tercatat mencapai 187.040 jiwa pada tahun 2023. Jumlah ini menunjukkan cakupan yang besar terhadap populasi Nabire. Sementara itu, indikator kemiskinan menunjukkan bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Nabire pada tahun 2024 mencapai Rp833.652 per kapita per bulan. Jumlah penduduk miskin mencapai 36,02 ribu orang atau setara dengan 24,00 persen dari total populasi. Indeks Kedalaman Kemiskinan tercatat 5,85 dan Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 2,07, menurun dari tahun sebelumnya yang masing-masing berada pada angka 8,02 dan 3,32.

Panjang jalan di Kabupaten Nabire tahun 2024 tercatat sepanjang 832,93 kilometer. Jalan dengan permukaan aspal sepanjang 320,77 kilometer, jalan kerikil sepanjang 94,03 kilometer, jalan tanah sepanjang 171,40 kilometer, serta jalan dengan permukaan lain seperti beton sepanjang 246,72 kilometer. Berdasarkan kondisi, jalan dalam keadaan baik hanya sepanjang 113,43 kilometer, sementara jalan dalam kondisi sedang 104,4 kilometer, rusak 84,3 kilometer, dan rusak berat 530,79 kilometer. Distribusi panjang jalan tersebut berada dalam kewenangan tiga tingkatan pemerintahan, yaitu pemerintah pusat (183,39 kilometer), pemerintah provinsi (105 kilometer), dan pemerintah kabupaten (832,93 kilometer), yang jika digabungkan menghasilkan total 1.121,32 kilometer jalan. Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di Kabupaten Nabire pada tahun 2024 sebanyak 97.789 unit. Komposisi kendaraan tersebut terdiri atas 6.123 mobil penumpang, 59 unit bus, 4.477 truk barang, 87.099 sepeda motor, dan 40 kendaraan khusus. Jumlah kendaraan terus meningkat sejak 2018, menunjukkan intensitas penggunaan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, yang menjadi moda utama mobilitas warga Nabire.

Pelabuhan Teluk Kimi di Kabupaten Nabire mencatat sebanyak 649 kunjungan kapal selama tahun 2024 dengan jumlah penumpang tiba sebanyak 83.388 orang dan penumpang berangkat 90.100 orang. Barang yang dibongkar tercatat sebanyak 540.155 ton, sementara barang yang dimuat sebanyak 82.003 ton. Jenis pelayaran yang melayani pelabuhan ini meliputi pelayaran Nusantara, Perintis, Lokal Rakyat, dan Lainnya, dengan volume terbesar berasal dari sektor Nusantara. Aktivitas pelabuhan berlangsung secara aktif sepanjang tahun, dengan kunjungan terbanyak pada bulan Oktober dan November.

Bandar Udara Nabire (UPBU Kelas II Douw Aturure) mencatat lalu lintas kedatangan pesawat sebanyak 6.509 penerbangan dan keberangkatan sebanyak 6.585 penerbangan selama tahun 2024. Jumlah penumpang yang datang tercatat sebanyak 117.009 orang, sedangkan penumpang berangkat sebanyak 231.439 orang. Angka ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, menunjukkan peran bandara sebagai penghubung utama antarwilayah di Papua.

Jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Nabire pada tahun 2024 tercatat sebanyak 694 orang. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2023 sebanyak 705 orang dan tahun 2022 sebanyak 1.766 orang. Lama tinggal rata-rata wisatawan selama tahun 2024 adalah 3 hari. Terdapat total pengeluaran wisatawan sebesar Rp466.867.500. Agen perjalanan yang beroperasi tetap berjumlah 21 unit dalam tiga tahun terakhir. Tidak terdapat biro perjalanan umum maupun cabangnya di wilayah ini.

Objek wisata alam di Kabupaten Nabire pada tahun 2024 terdiri dari 31 pantai, 11 pulau, 5 pegunungan, 3 sungai, 2 wisata suaka alam, 1 taman nasional, 11 lokasi bahari, dan 5 tanjung. Obyek wisata budaya terdiri dari 2 lokasi wisata purbakala, 3 lokasi sejarah, dan 6 toko seni budaya. Wisata minat khusus berjumlah 4 lokasi dan obyek wisata buatan terdiri dari 3 bendungan dan 7 taman atau tugu. Sarana rekreasi dan hiburan yang tersedia di antaranya adalah 47 tempat karaoke, 43 rumah makan, 22 hotel, 21 pondok wisata, 6 kafe, 5 restoran, serta 1 panti pijat. Jumlah tempat hiburan dan rekreasi secara total adalah 293 lokasi.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki luas 14.535 hektar dan tercatat sebagai satu-satunya kawasan taman nasional di wilayah ini. Jumlah pengunjung wisata domestik tahun 2024 tercatat sebanyak 43 orang sedangkan wisatawan mancanegara yang tercatat mengunjungi obyek wisata di daerah ini berjumlah 964 orang. Sarana lain yang mendukung jasa pariwisata di antaranya terdapat 25 salon kecantikan, 26 pangkas rambut, 3 rental CD/DVD, dan 2 tempat permainan Playstation. Dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Papua Tengah pada tahun 2024, Kabupaten Nabire menempati posisi menengah dalam hal jumlah penduduk miskin. Paniai memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi dengan 64,34 ribu orang, sedangkan Intan Jaya paling rendah dengan 22,25 ribu orang. Total penduduk miskin di seluruh provinsi ini mencapai 308,48 ribu orang. Kabupaten Nabire menyumbang sekitar 11,7 persen dari total penduduk miskin di provinsi tersebut.

Pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2013, kota Nabire menjadi sorotan media nasional dan internasional akibat peristiwa Tragedi Tinju Berdarah yang terjadi di Gedung Olahraga Kota Lama. Menurut Polda Papua, 17 orang meninggal, 38 orang alami luka-luka. Sedangkan pelaku kericuhan masih diselidiki.

Pada tanggal 20 Desember 2017, presiden Joko Widodo datang meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Nabire 20 MW dan PLTMG Jayapura 50 MW di Kelurahan Kali Bobo, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire, setelah meninjau lokasi lahan baru Bandar Udara Douw Aturure, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Berita dari Masjid

Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.