Masjid dengan Kategori Masjid Raya
Masjid dengan Kategori Masjid Raya di KAB. CIANJUR
Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian
Tentang KAB. CIANJUR
Kabupaten Cianjur (bahasa Sunda: ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di bagian barat dan selatan provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya berada di kecamatan Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Sukabumi. Wilayah barat laut Kabupaten ini meliputi, Kecamatan Cipanas, Pacet, Sukaresmi dan Cugenang yang merupakan bagian dari kawasan Metropolitan Jabodetabekjur atau Jabodetabekpunjur, yang disahkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine.. Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Purwakarta di sebelah Utara, kemudian Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut di sebelah Timur, dan Samudra Hindia di sebelah Selatan, serta Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di sebelah Barat.
Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Cianjur adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia.
Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.
Catatan tertua tentang nama Cianjur muncul dalam Register Harian (Dagh Register) Kastil Batavia pada masa VOC, tertanggal 20 Januari 1678. Namun demikian nama yang tertulis adalah "Santoir" beserta dengan "Simapack". Para sejarwan menafsirkan bahwa kedua nama tempat tersebut berasosiasi atau merupakan pelafalan Belanda dari wilayah yang dibatasi dengan sungai Cianjur dan Cimapag.
Sejarah perkembangan Cianjur tak lepas dari jasa Raden Jayasasana, putra Aria Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga (sekarang Majalengka selatan) dan masih keturunan Sunan Talaga. Di abad ke-17, ia membawa 100 cacah (rakyat) yang ditugaskan oleh Sultan Sepuh I dari Cirebon untuk membuka wilayah baru yang bernama Cikundul (sekarang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Cikalongkulon). Dikarenakan Cirebon saat itu merupakan vasal dari Mataram, Jayasasana ditugaskan menjaga wilayah barunya dari kemungkinan serbuan Banten yang bermusuhan dengan Mataram. Ia kemudian berhasil menahan serangan Banten terhadap mempertahankan wilayahnya sehingga ia dianugerahi gelar panglima Wira Tanu. Sehingga Jayasasana akhirnya dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu. Sementara itu Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang (berarti lautan jernih) di Subang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu nagari tempat pemukiman rakyat Jayasasana.
Setelah Jayasasana atau Aria Wira Tanu I wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya Wira Tanu II, yang memindahkan pusat nagari ke daerah Pamoyanan (kecamatan Cianjur), dimana pusat nagari ini mulai tahun 1680 disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer), yang namanya berasal dari sungai Ci Anjur yang membelah daerah ini.
Di sisi lain ada sebuah kisah yang dianggap legenda tentang asal-usul kota Cianjur, yaitu kisah Pak Kikir yang menolak untuk memberikan sedekah kepada seorang nenek tua. Akibatnya, sang Kakek terkena karma hingga seluruh kampung dan hartanya tenggelam. Namun, narasi tersebut tampaknya ditolak oleh para pemerhati sejarah dan budayawan dari Cianjur seperti dikemukakan oleh Aom Pepet (Keturunan Dalem Cikundul), Tatang Setiadi, Luki Muharam, dan Aki Dadan, karena kisah itu tidak pernah ada dalam ingatan kolektif masyarakat Cianjur.
Alih-alih legenda, kisah tersebut ternyata merupakan karangan baru (kontemporer) yang dibuat pada sekitar tahun 2007-2010 sebagai modifikasi dari kisah Situ Bagendit (berupa cekungan dengan danau kecil) di Kabupaten Garut untuk materi lomba dongeng tingkat sekolah dasar yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Modifikasi kisah Situ Bagendit menjadi legenda asal mula Cianjur dilakukan oleh seorang guru SD, sehingga bukan merupakan cerita rakyat lama atau legenda, serta tidak merepresentasikan budaya dan kondisi geografis kota Cianjur (berupa lahan miring dengan sungai besar).
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintahan Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Jawa Barat atas wilayah tersebut.
Kabupaten Cianjur memiliki 32 kecamatan, 6 kelurahan, dan 354 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 2.246.663 jiwa dengan luas wilayah 3.840,16 km² dan sebaran penduduk 585 jiwa/km².
Kabupaten Cianjur terdiri atas 32 Kecamatan, 342 Desa dan 6 Kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Cianjur.
Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun 2023 tercatat 2.535.002 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 persen. Komposisi penduduk berdasarkan umur menunjukkan kelompok usia 0–14 tahun sebanyak 691.075 jiwa, usia 15–64 tahun sebanyak 1.679.013 jiwa, dan usia 65 tahun ke atas sebanyak 164.914 jiwa, menghasilkan angka ketergantungan sebesar 50,98. Rasio jenis kelamin sebesar 105, jumlah laki-laki 1.298.946 orang dan perempuan 1.236.056 orang. Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 701 jiwa/km², dengan Kecamatan Cianjur sebagai wilayah terpadat sebesar 6.781 jiwa/km² dan Kecamatan Naringgul sebagai wilayah terendah sebesar 167 jiwa/km². Kecamatan Cianjur memiliki persentase jumlah penduduk tertinggi sebesar 6,99 persen, sedangkan Campakamulya terendah sebesar 0,93 persen. Jumlah penduduk usia kerja di atas 15 tahun sebanyak 1.922.983 orang, terdiri dari laki-laki 985.260 orang dan perempuan 937.723 orang.
Kabupaten Cianjur, menurut Sensus Penduduk 2000, berpenduduk 1.931.480 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 %. Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan Kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya di atas 100.000 jiwa adalah Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa) dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Cikadu sebanyak 36.212 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000–50.000 jiwa adalah Kecamatan Sindangbarang, Takokak, dan Sukanagara. Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur tahun 2022, jumlah penduduk kabupaten Cianjur pada tahun 2021 sebanyak 2.506.682 jiwa, dengan kepadatan 694 jiwa/km2.
Penduduk asli kabupaten Cianjur adalah orang Sunda, dan menjadi mayoritas di kabupaten ini. Suku lain yang ada di Cianjur diantaranya ialah orang Jawa, dan sebagian lagi orang Betawi, Cirebon, serta suku pendatang lainnya seperti Batak, Tionghoa, Minangkabau, Banten, dan lainnya. Dari data Sensus penduduk Indonesia tahun 2000, berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan suku bangsa;
Penduduk Kabupaten Cianjur mayoritas memeluk agama Islam yang mencapai 99,41%, sedangkan penduduk beragama lainnya mencapai 0,64%. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan agama yang dianut tahun 2025, yakni beragama Islam sebanyak 2.623.179 jiwa (99,41%). Kemudian, penduduk beragama Kristen sebanyak 13.160 jiwa (0,55%), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur, kemudian Ciranjang dan Karangtengah. Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 1.958 jiwa (0,08%), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur. Selebihnya pemeluk agama Hindu, Konghucu, dan kepercayaan sebanyak 164 orang (0,01%), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur.
Pada tahun 2023, angka kesakitan di Kabupaten Cianjur tercatat sebesar 15,95 persen, dengan proporsi penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 16,10 persen dan perempuan sebesar 15,78 persen. Sepanjang tahun 2024, tercatat 6.598 pasien tuberkulosis dinyatakan sembuh. Jumlah kelahiran di fasilitas pelayanan kesehatan pun bertambah dari 37.791 bayi pada 2023 jadi 39.631 bayi pada 2024. Adapun angka prevalensi stunting turun dari 13,6 persen pada 2022 jadi 11,4 persen pada 2023. Umur harapan hidup penduduk Cianjur pada tahun 2023 tercatat 74,61 tahun. Sebanyak 24,09 persen penduduk menggunakan jaminan kesehatan untuk berobat jalan. Fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan data BPS tahun 2023 terdiri atas 4 rumah sakit umum, 8 rumah sakit khusus, 47 puskesmas di seluruh kecamatan, serta 39 puskesmas rawat inap dan 60 puskesmas non-rawat inap. Salah satu fasilitas utama, RS Umum Daerah Sayang Cianjur, memiliki total kapasitas 467 tempat tidur, terperinci atas 52 tempat tidur Kelas I, 90 tempat tidur Kelas II, 272 tempat tidur Kelas III, 11 ruang isolasi, serta unit perawatan intensif dengan total 43 tempat tidur.
Tenaga kesehatan di Kabupaten Cianjur berjumlah 2.150 orang, terdiri dari 84 dokter umum, 32 dokter gigi, 631 perawat, 1.176 bidan, 64 tenaga kefarmasian, 47 tenaga kesehatan masyarakat, 44 tenaga kesehatan lingkungan, 35 tenaga gizi, dan 37 ahli teknologi laboratorium medik. Khusus di RS Umum Daerah Sayang Cianjur, terdapat 46 dokter umum, 1 dokter gigi, dan beberapa dokter spesialis, termasuk 5 spesialis penyakit dalam, 6 spesialis obstetri & ginekologi, 3 spesialis anak, 3 spesialis bedah, 2 spesialis anestesiologi, 2 spesialis radiologi, 1 spesialis patologi klinik, dan 1 spesialis patologi anatomi. Untuk sanitasi, rumah tangga pengguna fasilitas tempat buang air besar sendiri sebesar 81,49 persen, sedangkan 18,51 persen sisanya berstatus pengguna fasilitas bersama atau tidak menggunakan fasilitas. Penampungan akhir tinja dalam bentuk tangki septik, IPAL, atau SPAL ada pada 55,99 persen rumah tangga, sementara 44,01 persen sisanya tanpa fasilitas penampungan akhir.
Pada tahun 2023, Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD/MI di Kabupaten Cianjur mencapai 99,62 persen, SMP/MTs sebesar 78,40 persen, dan SMA/SMK/MA tercatat 55,06 persen. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Cianjur adalah 7,22 tahun, sementara harapan lama sekolah anak usia 7 tahun sebesar 12,03 tahun. Persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin mencapai 98,92 persen, dengan rincian laki-laki 98,88 persen dan perempuan 98,51 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, tingkat melek huruf tertinggi terdapat pada kelompok 40 persen menengah yaitu 99,84 persen, diikuti 20 persen teratas sebesar 98,63 persen, serta 40 persen terbawah sebesar 97,50 persen.
Persentase penduduk miskin di Kabupaten Cianjur pada tahun 2023 sebesar 9,78 persen atau sebanyak 225.350 jiwa. Garis kemiskinan tercatat sebesar Rp415.008 per kapita per bulan. Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,509 dan Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,354. Jumlah rumah tangga penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 117.081 rumah tangga, sementara jumlah rumah tangga penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebanyak 153.513 rumah tangga. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Cianjur pada tahun 2023 mencapai 67,46, dengan dimensi umur panjang dan hidup sehat sebesar 69,78, dimensi pengetahuan sebesar 57,94, dan standar hidup layak sebesar 76,69. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut status kegiatan utama pada 2023 terdiri atas bekerja sebesar 61,94 persen, sekolah 5,56 persen, mengurus rumah tangga 25,82 persen, dan lainnya 6,68 persen. Persentase penduduk usia 15–24 tahun yang termasuk dalam kategori penduduk NEET (Not in Employment, Education, or Training) sebesar 23,89 persen. Rasio Gini Kabupaten Cianjur pada 2023 sebesar 0,302.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur atas dasar harga berlaku tahun 2023 sebesar Rp58,39 triliun dengan PDRB perkapita Rp22,82 juta, mengalami peningkatan dibanding tahun 2022 sebesar Rp21,23 juta. Lapangan usaha penyumbang utama terhadap PDRB adalah sektor pertanian sebesar 32,31 persen, diikuti perdagangan sebesar 15,58 persen, konstruksi.com">Konstruksi sebesar 8,66 persen, transportasi dan pergudangan 9,97 persen, serta industri pengolahan sebesar 7,27 persen. Industri makanan dan minuman menjadi subkategori terbesar dalam industri pengolahan dengan nilai Rp1,931 triliun atau 3,31 persen dari total PDRB. Sektor UMKM terwakili dalam kategori perdagangan, jasa akomodasi dan makan minum, serta industri pengolahan skala kecil yang tersebar di berbagai kecamatan. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan tahun 2023 sebesar Rp1.040.537, meningkat dari Rp867.547 tahun sebelumnya, dengan alokasi terbesar untuk makanan sebesar 59,52 persen, terutama makanan jadi (30,92 persen) dan rokok (17,69 persen). Rata-rata konsumsi kalori harian penduduk mencapai 2.227,53 kkal, dengan 46,81 persen berasal dari kelompok makanan padi-padian. Pengeluaran per kapita tertinggi berada pada kelompok 20 persen teratas sebesar Rp2.148.132, sedangkan kelompok 40 persen terbawah sebesar Rp560.421.
Pada tahun 2023, luas panen padi sawah di Kabupaten Cianjur mencapai 70.504 hektar dengan produksi sebesar 390.138 ton Gabah Kering Giling, sedangkan luas panen padi ladang seluas 3.033 hektar menghasilkan 11.644 ton. Produksi jagung sebesar 17.597 ton dari luas panen 3.418 hektar, ubi kayu 20.140 ton dari 1.052 hektar, dan ubi jalar 1.915 ton dari 284 hektar. Luas panen kacang tanah 1.158 hektar dengan produksi 1.763 ton, kacang hijau 364 ton dari 258 hektar, dan kedelai 263 ton dari 276 hektar. Luas area perkebunan teh rakyat mencapai 4.736 hektar dengan produksi 5.293 ton, karet rakyat 2.473 hektar dengan 967 ton, kopi rakyat 3.252 hektar dengan 1.412 ton, kelapa rakyat 3.204 hektar menghasilkan 1.477 ton, cengkeh rakyat 319 hektar dengan 117 ton, dan kakao rakyat 41 hektar menghasilkan 20 ton. Populasi ternak sapi potong sebanyak 37.582 ekor, sapi perah 20.268 ekor, kerbau 2.213 ekor, kambing 59.446 ekor, domba 253.269 ekor, babi 1.206 ekor, dan kuda 23 ekor. Populasi unggas meliputi ayam pedaging 7.370.874 ekor, ayam petelur 1.202.929 ekor, ayam buras 3.643.676 ekor, dan itik 154.081 ekor. Produksi daging ayam ras pedaging sebesar 14.668 ton, ayam ras petelur 1.314 ton, ayam buras 7.424 ton, dan itik 253 ton. Produksi telur ayam ras petelur sebesar 20.014 ton, ayam buras 2.277 ton, dan itik 1.054 ton. Produksi susu segar mencapai 47.266.676 liter. Luas kolam air tenang 1.270,95 hektar dengan produksi ikan 3.990,78 ton, luas sawah ikan 361,41 hektar dengan 610,88 ton, luas tambak 5,00 hektar dengan 6,60 ton, serta luas keramba dan jaring apung masing-masing 5.600 m² dan 13.020 m² dengan produksi masing-masing 275,70 ton dan 1.333,10 ton. Jumlah rumah tangga usaha pertanian mencapai 277.747, terdiri dari subsektor tanaman pangan sebanyak 243.213 rumah tangga, hortikultura 29.045 rumah tangga, perkebunan 33.126 rumah tangga, peternakan 138.419 rumah tangga, dan perikanan 19.435 rumah tangga.
Kabupaten Cianjur dilanda gempa bumi dengan kekuatan 5.6 Mw dengan kedalaman 10 km, pada tanggal 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Gempa ini dirasakan di Kota Bandung, DKI Jakarta, hingga provinsi Lampung.
Pada 29 November 2022, Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia sebanyak 327 jiwa. Sementara kerusakan infrastruktur, sebanyak 26.237 rumah rusak berat, 14.196 rumah rusak sedang, dan 22.786 rumah rusak ringan. Kerusakan bangunan lainnya, terdapat 471 sekolah rusak, 170 rumah ibadah, 14 fasilitas kesehatan, dan 17 gedung perkantoran. Total jumlah pengungsi sebanyak 100.330 jiwa, yang tersebar di 449 titik pengungsian.
Kepala BMKG, Dwikorita Karmawati, mengatakan bahwa gempa Cianjur terjadi karena adanya pergerakan Sesar Cimandiri, yakni sesar atau patahan kapur yang membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi hingga ke arah timur laut Kabupaten Subang. Lokasi dengan kerusakan paling terdampak yakni berada di kecamatan Cugenang. Pada 24 November 2022, presiden Indonesia, Joko Widodo, mendatangi kecamatan Cugenang untuk meninjau proses evakuasi penduduk setempat.
kabupaten Cianjur memiliki beragam tempat pariwisata. Beberapa tempat wisata yang ada di ialah situs megalitikum Situs Gunung Padang yang berada di kecamatan Campaka. Sebagian wilayah Cianjur berbatasan dengan laut, wisata lain yang ada di Cianjur yakni wisata pantai. Berikut beberapa wisata yang ada di Kabupaten Cianjur:
Bubur ayam menjadi salah satu ikon kuliner Cianjur. Hal ini diperkuat dengan adanya Tugu Bubur Ayam di Cianjur. Bubur ayam telah dijual di Cianjur sejak 1975, salah satu yang terkenal ialah bubur ayam Sampurna. Bubur Cianjur terbuat dari bahan beras Pandan Wangi, beras asli Cianjur. Bagian toping, ditambahkan kerupuk dan pais. Pais merupakan olahan dari usus ayam, kunyit, bawang putih, bawang merah, bawang daun, dan juga garam, ditumis dengan menggunakan minyak. Pais ini kemudian menjadikannya sebagai bubur ayam khas Cianjur.
Ayam pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Ciri ayam Pelung, memiliki suara berkokok yang panjang mengalun, kemudian pertumbuhannya cepat, dan memiliki postur badan yang besar. Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5 – 6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm. Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara atau kokokannya dengan posisi melengkung.
Berita dari Masjid
Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.