Masjid dengan Kategori Masjid Agung

Masjid dengan Kategori Masjid Agung di KOTA KOTAMOBAGU

Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian

Tentang KOTA KOTAMOBAGU

Kota Kotamobagu adalah kota di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kota ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007. Kota kotamobagu sebelumnya berstatus sebagai ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow yang kemudian dipindahkan ke Lolak. Jumlah penduduk Kotamobagu pada pertengahan tahun 2024 sebanyak 121.189 jiwa. Mayoritas suku yang ada di kota ini adalah suku Mongondow.

Kota Kotamobagu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow yang bertujuan untuk memajukan daerah, membangun kesejahteraan rakyat, memudahkan pelayanan, dan memobilisasi pembangunan bagi terciptanya kesejahteraan serta kemakmuran rakyat totabuan. Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara yang pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi tempat kedudukan istana raja, sedangkan desa Mongondow terletak sekitar 2 km selatan Kotamobagu. Nama Bolaang berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut. Bolaang atau golaang dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap, sedangkan Mongondow dari kata ‘momondow’ yang berarti berseru tanda kemenangan.

Penduduk asli wilayah Bolaang Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat, yang awalnya tinggal di gunung Komasaan (Bintauna). Pada abad ke 8-9, mereka menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli', Ginolantungan sampai ke pedalaman tudu in Passi, tudu in Lolayan, tudu in Sia', tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain.

Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang Bogani (laki-laki atau perempuan) yang dipilih dari anggota kelompok dengan persyaratan: memiliki kemampuan fisik (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh. Mokodoludut adalah punu’ Molantud yang diangkat berdasarkan kesepakatan seluruh bogani. Mokodoludut tercatat sebagai raja (datu yang pertama). Sejak Tompunu’on pertama sampai ketujuh, keadaan masyarakat semakin maju dengan adanya pengaruh luar (bangsa asing).

Perubahan total mulai terlihat sejak Tadohe menjadi Tompunu’on, akibat pengaruh pedagang Belanda diubah istilah Tompunu’on menjadi Datu (Raja). Tadohe dikenal seorang Datu yang cakap, sistem bercocok tanam diatur dengan mulai dikenalnya padi, jagung dan kelapa yang dibawa bangsa Spanyol pada masa pemerintahan Mokodompit (ayah Tadohe). Tadohe melakukan penggolongan dalam masyarakat, yaitu pemerintahan (Kinalang) dan rakyat (Paloko’). Paloko’ harus patuh dan menunjang tugas Kinalang, sedangkan Kinalang mengangkat tingkat penghidupan Paloko’ melalui pembangunan di segala bidang, sedangkan kepala desa dipilih oleh rakyat.

Pada zaman pemerintahan raja Corenelius Manoppo, raja ke-16 (1832), agama Islam masuk daerah Bolaang Mongondow melalui Gorontalo yang dibawa oleh Syarif Aloewi yang kawin dengan putri raja tahun 1866. Karena keluarga raja memeluk agama Islam, maka agama itu dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar penduduk memeluk agama Islam dan turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat.

Pada tanggal 1 Januari 1901, Belanda dibawa pimpinan Controleur Anton Cornelius Veenhuizen bersama pasukannya secara paksa bahkan kekerasan berusaha masuk Bolaang Mongondow melalui Minahasa, setelah usaha mereka melalui laut tidak berhasil dan ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Riedel Manuel Manoppo dengan kedudukan istana raja di desa Bolaang. Raja Riedel Manuel Manoppo tidak mau menerima campur tangan pemerintahan oleh Belanda, maka Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja dan mendirikan komalig (istana raja) di Kotobangon pada tahun 1901. Pada tahun 1904, dilakukan perhitungan penduduk Bolaang Mongondow dan berjumlah 41.417 jiwa.

Pada tahun 1906, melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja Bolaang Mongondow, W. Dunnebier mengusahakan pembukaan Sekolah Rakyat dengan tiga kelas yang dikelola oleh zending di beberapa desa; yakni: desa Nanasi, Nonapan, Mariri Lama, Kotobangon, Moyag, Pontodon, Pasi, Popo Mongondow, Otam, Motoboi Besar, Kopandakan, Poyowa Kecil dan Pobundayan dengan total murid sebanyak 1.605 orang, sedangkan pengajarnya didatangkan dari Minahasa. Pada tahun 1937 dibuka di Kotamobagu sebuah sekolah Gubernemen, yaitu Vervolg School (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan sekolah rakyat 3 tahun.

Ibu kota Bolaang Mongondow sebelumnya terletak disalah satu tempat di kaki gunung Sia’ dekat Popo Mongondow dengan nama Kotabaru. Karena tempat itu kurang strategis sebagai tempat kedudukan controleur, maka diusahakan pemindahan ke Kotamobagu dan peresmiannya diadakan pada bulan April 1911 oleh Controleur F. Junius yang bertugas tahun 1910-1915. Pada tahun 1911 didirikan sebuah rumah sakit di ibu kota yang baru Kotamobagu. Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang masih mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat dan sampai sekarang dibudayakan secara konvensional.

Sejak semula, masyarakat Bolaang Mongondow mengenal tiga macam cara kehidupan bergotong royong yang masih terpelihara dan dilestarikan terus sampai sekarang ini, yaitu: Pogogutat (potolu adi’), Tonggolipu’, Posad (mokidulu). Tujuan kehidupan bergotong royong ini sama, namun cara pelaksanaaannya agak berbeda. Penduduk pedalaman yang memerlukan garam atau hasil hutan, akan meninggalkan desanya masuk hutan mencari damar atau ke pesisir pantai memasak garam (modapug) dan mencari ikan.

Dalam mencari rezeki itu, sering mereka tinggal agak lama di pesisir, maka disamping masak garam mereka juga membuka kebun. Tanah yang mereka tempati itulah yang disebut Totabuan yang dapat diartikan sebagai tempat mencari nafkah. Bila ada tamu yang bertandang pada masa kerajaan, biasanya disuguhi sirih pinang, tamu pria atau wanita terutama orang tua. Sirih pinang diletakkan dalam kabela' (dari kebiasaan ini diciptakan tari kabela sebagai tari penjemput tamu). Tamu terhormat terutama pejabat di jemput dengan upacara adat.

Tarian Kabela sampai saat ini tetap lestari di bumi Totabuan. Tarian yang ada di Bolaang Mongondow cukup beragam di antaranya tarian tradisional yang terdiri dari Tari Tayo, Tari Joke', Tari Mosau, Tari Rongko atau Tari Ragai, Tari Tuitan; juga tarian kreasi baru seperti Tari Kabela, Tari Kalibombang, Tari Pomamaan, Tari Monugal, Tari Mokoyut, Tari Kikoyog dan Tari Mokosambe.

Upacara monibi terakhir diadakan pada tahun 1939 di desa Kotobangon (tempat kedudukan istana raja) dan di desa Matali (tempat pemakaman raja dan keturunannya). Transmigran ke Bolaang Mongondow pertama kali datang pada tahun 1963 dengan jumlah 1.549 jiwa (349 KK) & ditempatkan di Desa Werdhi Agung. Para transmigran berikutnya ditempatkan di desa Kembang Mertha (1964), Mopuya (1972/1975), Mopugad (1973/1975), Tumokang (1971/1972), Sangkub (1981/1982), Onggunai (1983/1984), Torosik (1983/1984) dan Pusian/Serasi 1992/1993).

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Bolaang Mongondow menjadi bagian wilayah Provinsi Sulawesi yang berpusat di Makassar, kemudian tahun 1953 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1953 Sulawesi Utara dijadikan sebagai daerah otonom tingkat I.

Bolaang Mongondow dipisahkan menjadi daerah otonom tingkat II mulai tanggal 23 Maret 1954, sejak saat itu Bolaang mongondow resmi menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan PP No.24 Tahun 1954. Atas dasar itulah, mengapa setiap tanggal 23 Maret seluruh rakyat Bolaang Mongondow selalu merayakannya sebagai HUT Kabupaten Bolaang Mongondow.

Secara geografis terletak di antara 0° Lintang Utara dan membentang dari Barat ke Timur di antara 123° – 124° Bujur Timur,

Kota Kotamobagu terletak di ketinggian antara 180 - 130 meter di atas permukaan laut (dpl). Posisi Kota Kotamobagu berada di sebuah lembah yang dikelilingi pegunungan dan dilewati beberapa sungai, antara lain sungai Bonodon, sungai Yoyak, dan sungai Motoboi Besar di Kotamobagu Timur; sungai Yantaton dan sungai Kope' di Kotamobagu Selatan; sungai Kelurahan Mongkonai dan sungai Ongkaw Mongondow di Kotamobagu Barat; sungai Bilalang, sungai Toko dan sungai Kotobangon di Kotamobagu Utara.

Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil walikota, termasuk ketika posisi bupati berada dalam masa transisi.

Kota Kotamobagu terdiri dari 4 kecamatan, 18 kelurahan, dan 15 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 122.308 jiwa dengan luas wilayah 68,06 km² dan sebaran penduduk 1.797 jiwa/km².

Jumlah penduduk Kota Kotamobagu pada tahun 2023 tercatat sebanyak 123.918 jiwa terdiri dari 63.691 laki-laki dan 60.227 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,75. Angka ketergantungan sebesar 43,15 menunjukkan terdapat sekitar 43-44 penduduk usia nonproduktif per 100 penduduk usia produktif, sedangkan persentase penduduk usia produktif mencapai 73,44 persen. Penduduk usia 15 tahun ke atas berjumlah 97.896 orang terdiri atas 67.953 angkatan kerja dan 29.943 bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, sebanyak 63.648 orang bekerja dan 4.305 orang menganggur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 69,41 persen dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,34 persen. Sebaran kegiatan bukan angkatan kerja mencakup 7.399 orang sekolah, 18.269 orang mengurus rumah tangga, dan 4.275 orang melakukan kegiatan lainnya. Komposisi penduduk dalam angkatan kerja tahun 2023 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu 64,77 persen pada 2021 dan 65,87 persen pada 2022.

Distribusi tenaga kerja menurut sektor pada tahun 2023 menunjukkan sektor tersier menyerap tenaga kerja sebesar 64,51 persen, sektor primer 21,27 persen, dan sektor sekunder 14,22 persen. Jika dibandingkan tahun 2022, penyerapan tenaga kerja pada sektor primer menurun 7 persen dan sektor sekunder menurun 4 persen, sedangkan sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 11 persen. Komposisi tenaga kerja perempuan dan laki-laki tidak dijelaskan secara detail, namun dalam data PNS tahun 2023, dari total 2.465 pegawai, sebanyak 1.622 adalah perempuan dan 843 laki-laki, dengan tingkat pendidikan terbanyak pada jenjang Strata 1 atau lebih tinggi sebanyak 73,67 persen. Pekerja di Kota Kotamobagu tersebar dalam tiga sektor utama perekonomian dengan sektor tersier meliputi perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa lainnya. Sektor sekunder mencakup industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, dan bangunan, sedangkan sektor primer terdiri dari pertanian, pertambangan, dan penggalian.

Pada tahun ajaran 2023/2024 di Kota Kotamobagu tersedia 70 gedung sekolah SD, 15 gedung sekolah SMP, dan 16 gedung sekolah SMA/SMK, masing-masing dengan jumlah murid sebanyak 9.219 murid SD, 4.995 murid SMP, dan 8.923 murid SMA/SMK. Rasio murid-guru untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK berada pada kisaran antara 13 sampai 14 murid per guru. Angka melek huruf penduduk laki-laki sebesar 99,66 persen dan perempuan sebesar 99,82 persen. Angka Rata-rata Lama Sekolah pada tahun 2023 tercatat sebesar 10,33 tahun. Harapan Lama Sekolah pada tahun yang sama sebesar 12,90 tahun. Angka Partisipasi Sekolah tingkat SD dan SMP di atas 90 persen, sedangkan tingkat SMA hanya 72,28 persen.

Kotamobagu memiliki 9 perguruan tinggi, meliputi Universitas Dumoga Kotamobagu, Akademi Keperawatan Kotamobagu, Akademi Kebidanan Bunda Kotamobagu, STMIK Multicom Kotamobagu, STIE Widya Darma Kotamobagu, STIKES Graha Medika Kotamobagu, IAI Muhammadiyah Kotamobagu, STT Kotamobagu dan Institut Agama Islam IAI Kotamobagu. Data BPS menunjukkan pada tahun 2022, terdapat 5.825 mahasiswa di kota ini.

Pada tahun 2023 di Kota Kotamobagu terdapat 2.224 tenaga kesehatan, terdiri dari 1.426 perawat, 438 bidan, 213 tenaga farmasi, 101 tenaga medis, dan 46 ahli gizi. Sebagai fasilitas kesehatan utama, RSUD Kota Kotamobagu ditopang oleh 33 dokter umum dan 3 dokter gigi. Tenaga medis spesialis di rumah sakit tersebut meliputi 3 dokter penyakit dalam, 3 dokter kesehatan anak, 3 dokter bedah, 3 dokter obstetri dan ginekologi, 2 dokter anestesiologi, 2 dokter radiologi, 1 dokter patologi klinik, serta 1 dokter rehabilitasi medik. Kapasitas rawat inap di RSUD Kota Kotamobagu total 245 tempat tidur. Rincian fasilitas tersebut adalah 2 tempat tidur VVIP, 21 tempat tidur VIP, 34 tempat tidur Kelas I, 36 tempat tidur Kelas II, dan 94 tempat tidur Kelas III. Untuk perawatan intensif, tersedia 8 unit HCU, 8 unit ICU, 7 unit ICCU, 1 unit NICU, dan 1 unit PICU. Selain itu, ada 23 tempat tidur isolasi, 5 tempat tidur observasi di ruang bersalin, dan 5 tempat tidur di unit gawat darurat.

Kondisi kesehatan penduduk ditandai oleh angka harapan hidup 71,34 tahun dengan angka kesakitan sebesar 10,48 persen. Dari sisi sanitasi, jumlah rumah tangga yang punya fasilitas tempat buang air besar sendiri sebesar 86,23 persen. Rumah tangga dengan sumber air minum bersih berjarak lebih dari 10 meter dari penampungan limbah/tinja sebanyak 44,70 persen, sementara 48,24 persen berada pada jarak kurang dari 10 meter dan 7,06 persen tidak tahu. Produksi air minum oleh PDAM pada bulan tertinggi terjadi pada Mei sebanyak 226.229 m³, sedangkan produksi terendah pada April sebesar 193.321 m³. Total penyaluran air dalam setahun mencapai 349.059,70 m³ untuk 8.469 pelanggan, atau sekitar 6,83 persen dari total penduduk.

Pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2023 tercatat sebesar 5,40 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5,15 persen. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai 4.798,75 miliar rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 2.768,43 miliar rupiah. PDRB per kapita mencapai 21,67 juta rupiah. Lapangan usaha penyumbang PDRB terbesar adalah sektor jasa-jasa sebesar 35 persen, diikuti sektor administrasi pemerintahan 16,81 persen, perdagangan besar dan eceran 16,13 persen, jasa keuangan dan asuransi 8,37 persen, dan konstruksi.com">Konstruksi 12,77 persen. Industri pengolahan menyumbang 4,28 persen, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 8,06 persen, sedangkan pertambangan dan penggalian sebesar 2,84 persen. Kontribusi jasa lainnya hanya 2,18 persen. Inflasi tahun 2023 tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 0,94 persen dan terendah pada Agustus sebesar 0,04 persen, sementara deflasi tertinggi terjadi pada September sebesar minus 0,39 persen. Inflasi year on year Desember 2023 mencapai 6,03 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain bawang merah, tomat, cabai rawit, cakalang diawetkan, daun bawang, beras, ikan malalugis, daging ayam ras, pisang, dan rokok kretek filter. Pengeluaran per kapita penduduk Kota Kotamobagu tahun 2023 tercatat sebesar Rp11.452.000.

Sektor keuangan ditopang oleh 37 koperasi dan Bank Sulut dengan total 4.536 nasabah kredit serta 16.262 nasabah tabungan pada tahun 2023. Total kredit yang disalurkan mencapai 431.364 miliar rupiah, dengan dana masyarakat didominasi oleh deposito sebesar 69.179 miliar rupiah, giro 46.157 miliar rupiah, dan tabungan 45.132 miliar rupiah. Jumlah UMKM secara eksplisit tidak disebut, namun sektor tersier sebagai ruang aktivitas utama UMKM menyerap 64,51 persen tenaga kerja dari total angkatan kerja yang berjumlah 67.953 orang, dengan tingkat pengangguran 6,34 persen. Sektor sekunder menyerap 14,22 persen dan sektor primer 21,27 persen. Dari sisi perdagangan, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menjadi sektor penyumbang PDRB tertinggi ketiga dengan 16,13 persen. Dalam konteks perbandingan wilayah, pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu berada di urutan kedua tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara setelah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Indeks Pembangunan Manusia tahun 2023 mencapai 74,43.

Produksi cabai rawit di Kota Kotamobagu tahun 2023 sebesar 2.142 ton dengan luas panen 38 hektar, tomat diproduksi sebanyak 1.357 ton dari 26 hektar, dan ketimun sebanyak 441 ton dari 1 hektar. Produksi kangkung sebesar 50 ton dari 3 hektar, terung sebesar 230 ton dari 1 hektar, dan bawang merah sebesar 1.550 ton dari 21 hektar. Buah tahunan dengan produksi tertinggi adalah durian sebanyak 4.795 kuintal, alpukat 3.176 kuintal, pepaya 1.037 kuintal, sedangkan buah naga hanya 202 kuintal. Produksi ikan air tawar didominasi oleh ikan lele sebesar 744,10 ton, ikan nila 68,10 ton, dan ikan gurame 1,1 ton dengan harga tertinggi Rp100.000 per kg untuk gurame dan harga terendah Rp40.000 per kg untuk lele dan patin. Luas areal perkebunan kelapa mencapai 1.459,13 hektar, kakao/coklat 1.029,93 hektar, dan kopi seluas 287 hektar. Persentase lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB Kota Kotamobagu tahun 2023 sebesar 8,06 persen.

Berita dari Masjid

Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.