Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2023-10-27 00:27:03

Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi

Hampir seluruh daerah di Pulau Sumatera memiliki cerita tersendiri tentang penyebaran dan masuknya ajaran Islam. Mulai dari Aceh hingga Lampung. Termasuk pulau Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Cerita tentang penyebaran Islam di Pulau Sumatera memiliki banyak keunikan. Sebab masuknya ajaran Islam memberikan pencerahan bagi warga Sumatera.

Karena itu, hampir seluruh Provinsi juga di Sumatera memiliki peninggalan-peninggalan sejarah penyebaran islam. Termasuk di Provinsi Jambi. Provinsi yang memiliki beragam kekayaan geografis dan kekayaan hayati ini juga memiliki kekayaan budaya.

Salah satu tempat yang dijadikan pusat koleksi melihat kekayaan tersebut adalah Museum Gentala Arasy. Museum Gentala Arasy menyimpan banyak koleksi berupa manuskrip serta peninggalan seni dan budaya islam. Hampir semua koleksi itu berkaitan dengan peradaban Islam di Kota Jambi.

Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi

"Ada 100 lebih koleksi di Gentala Arasy ini, adapun terdiri dari koleksi khusus, koleksi titipan, dan koleksi titipan masyarakat seperti kitab-kitab," kata Fikri, Edukator Museum Gentala Arasy yang dilansir detikSumut.

Museum berbentuk menara ini diresmikan sejalan dengan peresmian jembatan Gentala Arasy pada 28 Maret 2015. Wisatawan yang berkunjung ke Kota Jambi datang ke museum ini dengan berjalan kaki dari Taman Tanggo Rajo menuju lokasi museum. Lokasi Jembatan Gentala Arasy sendiri tepat berada di kawasan Pasar yang merupakan wilayah tengah kota.

Dalam katalog Gentala Arasy setidaknya ada 23 kitab-kitab yang dipamerkan di sana. Kini beberapa kitab sudah dilakukan digitalisasi dan tidak dipamerkan bentuk aslinya untuk menjaga keawetan kita sendiri. Namun demikian, saat berkunjung ke sana terkadang monitor yang menampilkan digitalisasi kitab itu kerap tidak hidup.

Kitab yang dipamerkan itu berisi berupa doa-doa dan pedoman hidup. Lebih rinci dapat dikelompokkan, seperti naskah keagaamaan, kebahasaan, filsafat, pengobatan, mengenai ajaran moral, silsilah, perbintangan, sejarah, dan peraturan adat. Beberapa naskah yang ditemukan memakai aksara Arab Melayu, seperti naskah silsilah Habib Sayyid Hussain yang merupakan salah satu orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Kota Jambi pada abad 16.

Selain itu ada juga Kitab Tafsir Khawatib yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Memiliki ukuran lebar 17 cm dan panjang 27 cm. Berisi 240 halaman dengan 29 per halaman. Kitab ini berisikan tentang sarah muhtaminah yang ditulis pada 1353 Hijriah.

Mushaf Al-Qur'an Raksasa (Dimas Sanjaya/detikSumut) Foto: Museum Gentala Arasy Jambi (Dimas Sanjaya/detikSumut)Al-Qur'an Mushaf Jambi ini berukuran 125 x 180 cm. Dipamerkan tepat di sebelah kanan tak jauh dari pintu masuk museum. Al-Qur'an Mushaf Jambi ini dipajang di atas meja dengan ukiran khas Jambi, sementara di atasnya ditutup dengan kaca.

"Mushaf Al-Qur'an salah satu yang masterpiece juga di sini. Dibuat pada 2014 untuk jadi sebagai buah kebanggaan dengan memasukan unsur-unsur melayu Jambi di dalam bingkainya, ada ukuran daun, dan ukiran batik Jambi. Setiap lembar (motifnya) beda-beda itu," ujar Fikri.

Al-Qur'an yang dibuat dengan motif (ukiran) Jambi sengaja dibuat sehingga nuansa Jambinya sangat kental. Pasalnya kehidupan budaya Melayu di Jambi sangat erat kaitannya dengan sejarah Islam.

Antara sejarah Islam dan budaya Melayu tidak bisa dipisahkan, sejak abad ke-14 Islam telah mulai masuk ke Jambi di mana adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah. Keberadaan Al-Qur'an Mushaf Jambi ini menjadi penyambung tonggak sejarah penyebaran Islam yang telah mengakar kuat di wilayah seberang Kota Jambi yang menjadi lokasi museum ini.

Topi ini memiliki ukuran diameter 19 cm dan tinggi 12 cm. Topi ini biasanya dipakai oleh guru di Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Jambi. Bahan topi ini merupakan kain hitam, merah dan kuning dengan teknik anyaman sebagai proses pembuatannya.

Penutup kepala ini memiliki motif geometris dalam bentuk melati di pinggir bawah dan atas. Bagian atas topi ini dianyam dengan kain katun putih serta bagian dalam dilapisi kain satin warna ungu muda.

Beberapa syal koleksi di Gentala Arasy ini merupakan peninggalan ulama dan guru di Madrasah Nurul Iman Seberang Kota Jambi. Dalam beberapa catatan kemungkinan berasal dari awal abad 19.

Syal ini diduga berasal dari Arab atau Persia yang dipakai guru-guru saat itu yang pulang dari Mekkah. Syal ini biasanya sebagai penutup kepala oleh guru Madrasah Nurul Iman saat menjadi khotib dan mengajar.

Sentuhan kebudayaan Islam pada masyarakat Jambi sangat kuat pengaruhnya terutama dalam perlengkapan pakaian. Berbagai bentuk perlengkapan pakaian yang digunakan seperti, destar, sorban, topi trobus, jubah dan lainnya yang dipadukan dengan unsur budaya setempat, memiliki identitas dan nuansa tersendiri bagi pemakainya, terutama dalam acara ritual keagaamaan dan acara selamatan.

Uang koin masa lampau juga dipamerkan di Gentala Arasy. Uang koin ini rata-rata peninggalan mata uang zaman penjajahan Belanda dahulu. Hal ini menandakan bahwa Jambi merupakan wilayah yang diduki Belanda dahulunya. Beberapa uang koin itu bertuliskan Nederlandsch Indie dengan gambar makhota dan gandum, kemudian ada juga yang bergambar Inggeris Island of Sumatra tahun 1804.

Di beberapa dinding dalam Museum Gentala Arasy, dijejerkan pigura tokoh dalam peradaban islam di Jambi. Selain itu juga dijelaskan bagaimana awal masuk Islam di Sumatera, Provinsi Jambi hingga di wilayah Kota Jambi tepatnya di kampung Arab Melayu sebagaimana lokasi museum tersebut.

Runutan peradaban islam mulai dari masuknya saudagar kaya asal China beragama Islam, Datuk Sin Tay. Kemudian memiliki anak bernama Nyai Resih dan menikah dengan pria keturunan Arab Bernama Habib Sayyid Hussain yang juga disebut-sebut sebagai penyebar agama Islam di Jambi. Hingga saat ini makam Habib Sayyid Hussain yang berada di Kawasan Seberang Kota Jambi itu masih terus diziarahi masyarakat.

Artikel ini dilansir detiksumut dengan judul "Melihat Koleksi Peninggalan Peradaban Islam di Museum Gentala Arasy Jambi"

Hampir seluruh daerah di Pulau Sumatera memiliki cerita tersendiri tentang penyebaran dan masuknya ajaran Islam. Mulai dari Aceh hingga Lampung. Termasuk pulau Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Cerita tentang penyebaran Islam di Pulau Sumatera memiliki banyak keunikan. Sebab masuknya ajaran Islam memberikan pencerahan bagi warga Sumatera.

Karena itu, hampir seluruh Provinsi juga di Sumatera memiliki peninggalan-peninggalan sejarah penyebaran islam. Termasuk di Provinsi Jambi. Provinsi yang memiliki beragam kekayaan geografis dan kekayaan hayati ini juga memiliki kekayaan budaya.

Salah satu tempat yang dijadikan pusat koleksi melihat kekayaan tersebut adalah Museum Gentala Arasy. Museum Gentala Arasy menyimpan banyak koleksi berupa manuskrip serta peninggalan seni dan budaya islam. Hampir semua koleksi itu berkaitan dengan peradaban Islam di Kota Jambi.

Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi

Gambar Ilustrasi Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi

Yuk Lihat Beragam Koleksi Islam di Museum Gentala Arasy Jambi

"Ada 100 lebih koleksi di Gentala Arasy ini, adapun terdiri dari koleksi khusus, koleksi titipan, dan koleksi titipan masyarakat seperti kitab-kitab," kata Fikri, Edukator Museum Gentala Arasy yang dilansir detikSumut.

Museum berbentuk menara ini diresmikan sejalan dengan peresmian jembatan Gentala Arasy pada 28 Maret 2015. Wisatawan yang berkunjung ke Kota Jambi datang ke museum ini dengan berjalan kaki dari Taman Tanggo Rajo menuju lokasi museum. Lokasi Jembatan Gentala Arasy sendiri tepat berada di kawasan Pasar yang merupakan wilayah tengah kota.

Dalam katalog Gentala Arasy setidaknya ada 23 kitab-kitab yang dipamerkan di sana. Kini beberapa kitab sudah dilakukan digitalisasi dan tidak dipamerkan bentuk aslinya untuk menjaga keawetan kita sendiri. Namun demikian, saat berkunjung ke sana terkadang monitor yang menampilkan digitalisasi kitab itu kerap tidak hidup.

Kitab yang dipamerkan itu berisi berupa doa-doa dan pedoman hidup. Lebih rinci dapat dikelompokkan, seperti naskah keagaamaan, kebahasaan, filsafat, pengobatan, mengenai ajaran moral, silsilah, perbintangan, sejarah, dan peraturan adat. Beberapa naskah yang ditemukan memakai aksara Arab Melayu, seperti naskah silsilah Habib Sayyid Hussain yang merupakan salah satu orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Kota Jambi pada abad 16.

Selain itu ada juga Kitab Tafsir Khawatib yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Memiliki ukuran lebar 17 cm dan panjang 27 cm. Berisi 240 halaman dengan 29 per halaman. Kitab ini berisikan tentang sarah muhtaminah yang ditulis pada 1353 Hijriah.

Mushaf Al-Qur'an Raksasa (Dimas Sanjaya/detikSumut) Foto: Museum Gentala Arasy Jambi (Dimas Sanjaya/detikSumut)Al-Qur'an Mushaf Jambi ini berukuran 125 x 180 cm. Dipamerkan tepat di sebelah kanan tak jauh dari pintu masuk museum. Al-Qur'an Mushaf Jambi ini dipajang di atas meja dengan ukiran khas Jambi, sementara di atasnya ditutup dengan kaca.

"Mushaf Al-Qur'an salah satu yang masterpiece juga di sini. Dibuat pada 2014 untuk jadi sebagai buah kebanggaan dengan memasukan unsur-unsur melayu Jambi di dalam bingkainya, ada ukuran daun, dan ukiran batik Jambi. Setiap lembar (motifnya) beda-beda itu," ujar Fikri.

Al-Qur'an yang dibuat dengan motif (ukiran) Jambi sengaja dibuat sehingga nuansa Jambinya sangat kental. Pasalnya kehidupan budaya Melayu di Jambi sangat erat kaitannya dengan sejarah Islam.

Antara sejarah Islam dan budaya Melayu tidak bisa dipisahkan, sejak abad ke-14 Islam telah mulai masuk ke Jambi di mana adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah. Keberadaan Al-Qur'an Mushaf Jambi ini menjadi penyambung tonggak sejarah penyebaran Islam yang telah mengakar kuat di wilayah seberang Kota Jambi yang menjadi lokasi museum ini.

Topi ini memiliki ukuran diameter 19 cm dan tinggi 12 cm. Topi ini biasanya dipakai oleh guru di Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Jambi. Bahan topi ini merupakan kain hitam, merah dan kuning dengan teknik anyaman sebagai proses pembuatannya.

Penutup kepala ini memiliki motif geometris dalam bentuk melati di pinggir bawah dan atas. Bagian atas topi ini dianyam dengan kain katun putih serta bagian dalam dilapisi kain satin warna ungu muda.

Beberapa syal koleksi di Gentala Arasy ini merupakan peninggalan ulama dan guru di Madrasah Nurul Iman Seberang Kota Jambi. Dalam beberapa catatan kemungkinan berasal dari awal abad 19.

Syal ini diduga berasal dari Arab atau Persia yang dipakai guru-guru saat itu yang pulang dari Mekkah. Syal ini biasanya sebagai penutup kepala oleh guru Madrasah Nurul Iman saat menjadi khotib dan mengajar.

Sentuhan kebudayaan Islam pada masyarakat Jambi sangat kuat pengaruhnya terutama dalam perlengkapan pakaian. Berbagai bentuk perlengkapan pakaian yang digunakan seperti, destar, sorban, topi trobus, jubah dan lainnya yang dipadukan dengan unsur budaya setempat, memiliki identitas dan nuansa tersendiri bagi pemakainya, terutama dalam acara ritual keagaamaan dan acara selamatan.

Uang koin masa lampau juga dipamerkan di Gentala Arasy. Uang koin ini rata-rata peninggalan mata uang zaman penjajahan Belanda dahulu. Hal ini menandakan bahwa Jambi merupakan wilayah yang diduki Belanda dahulunya. Beberapa uang koin itu bertuliskan Nederlandsch Indie dengan gambar makhota dan gandum, kemudian ada juga yang bergambar Inggeris Island of Sumatra tahun 1804.

Di beberapa dinding dalam Museum Gentala Arasy, dijejerkan pigura tokoh dalam peradaban islam di Jambi. Selain itu juga dijelaskan bagaimana awal masuk Islam di Sumatera, Provinsi Jambi hingga di wilayah Kota Jambi tepatnya di kampung Arab Melayu sebagaimana lokasi museum tersebut.

Runutan peradaban islam mulai dari masuknya saudagar kaya asal China beragama Islam, Datuk Sin Tay. Kemudian memiliki anak bernama Nyai Resih dan menikah dengan pria keturunan Arab Bernama Habib Sayyid Hussain yang juga disebut-sebut sebagai penyebar agama Islam di Jambi. Hingga saat ini makam Habib Sayyid Hussain yang berada di Kawasan Seberang Kota Jambi itu masih terus diziarahi masyarakat.

Artikel ini dilansir detiksumut dengan judul "Melihat Koleksi Peninggalan Peradaban Islam di Museum Gentala Arasy Jambi"

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .