Muhammad Akbar Rahmansyah | MASJID BAITUS SALAM JUNWANGI
2024-07-19 05:19:06Tips Meningkatkan Otoritas Pengurus Masjid dengan Pendekatan Spiritual
Otoritas pengurus masjid adalah elemen krusial dalam memastikan kelancaran operasional dan pelaksanaan kegiatan keagamaan di masjid. Definisi otoritas pengurus masjid mencakup kemampuan untuk memimpin, mengarahkan, dan memotivasi jamaah dalam menjalankan aktivitas keagamaan dan sosial. Untuk meningkatkan otoritas ini, pendekatan spiritual menjadi sangat penting. Pendekatan spiritual tidak hanya berfokus pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada pengembangan karakter dan integritas pribadi. Dengan pendekatan ini, pengurus masjid dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan jamaah. Artikel ini akan menguraikan berbagai cara untuk meningkatkan otoritas pengurus masjid melalui pendekatan spiritual yang efektif, termasuk pengembangan kesadaran spiritual, strategi kepemimpinan, dan cara mengatasi tantangan yang mungkin muncul.
Baca Juga: Cara Mengelola Pencahayaan Luar Ruang Masjid
Pendekatan Spiritual dalam Kepemimpinan Masjid
Konsep Kepemimpinan Spiritual
Kepemimpinan spiritual melibatkan pemimpin yang tidak hanya memimpin secara administratif tetapi juga membimbing secara spiritual. Konsep ini mencakup pengertian mendalam tentang nilai-nilai agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pengurus masjid yang menerapkan kepemimpinan spiritual akan lebih fokus pada pembinaan jamaah secara holistik, mencakup aspek fisik, emosional, dan spiritual. Pendekatan spiritual dalam kepemimpinan juga melibatkan pengembangan kemampuan untuk memotivasi dan menginspirasi jamaah dengan cara yang konsisten dengan ajaran agama. Ini termasuk memberikan contoh yang baik dalam praktik ibadah dan etika, serta menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan spiritual jamaah.Pengaruh Spiritual terhadap Otoritas
Spiritualitas memiliki dampak besar pada otoritas seseorang dalam memimpin. Ketika pengurus masjid menunjukkan integritas dan komitmen terhadap ajaran agama, mereka cenderung mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari jamaah. Pengaruh spiritual ini memperkuat otoritas mereka, membuat mereka lebih efektif dalam memimpin dan mengelola kegiatan masjid. Pengurus masjid yang mendekati kepemimpinan dengan perspektif spiritual sering kali dianggap sebagai sumber inspirasi dan motivasi. Ini berkontribusi pada penguatan posisi mereka sebagai pemimpin dan meningkatkan kualitas hubungan mereka dengan jamaah.Praktik Spiritual dalam Kepemimpinan
Praktik spiritual dalam kepemimpinan melibatkan berbagai kegiatan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan spiritual. Ini termasuk rutinitas ibadah yang konsisten, seperti shalat berjamaah dan membaca Al-Qur'an, serta melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan amal. Praktik-praktik ini membantu pengurus masjid untuk memelihara hubungan yang kuat dengan Tuhan dan dengan jamaah. Dengan menjalankan praktik spiritual secara teratur, pengurus masjid dapat menciptakan suasana yang positif dan membangun kepercayaan. Ini juga berfungsi sebagai model teladan bagi jamaah, menunjukkan bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan.Baca Juga: Gereja Kuno Bizantium Resmi Jadi Masjid, Yunani Kritik Keputusan Turki
Mengembangkan Kesadaran Spiritual Pengurus Masjid
Pembinaan Diri Melalui Ibadah
Pembinaan diri melalui ibadah adalah langkah pertama dalam mengembangkan kesadaran spiritual. Ibadah yang rutin dan mendalam, seperti shalat dan puasa, membantu pengurus masjid untuk memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas spiritual pribadi tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk memimpin dengan integritas dan dedikasi. Melalui ibadah yang konsisten, pengurus masjid dapat memperoleh ketenangan batin dan kedalaman spiritual, yang berdampak positif pada otoritas mereka. Ini juga menciptakan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas-tugas keagamaan.Pelatihan dan Pendidikan Spiritual
Pelatihan dan pendidikan spiritual sangat penting dalam meningkatkan kesadaran spiritual pengurus masjid. Program pelatihan yang berkaitan dengan ajaran agama, etika kepemimpinan, dan keterampilan komunikasi dapat memperkuat pemahaman dan kemampuan pengurus masjid dalam menjalankan tugas mereka. Pendidikan spiritual juga mencakup pengembangan pemahaman yang lebih dalam tentang teks-teks agama dan interpretasinya. Ini membantu pengurus masjid untuk memberikan bimbingan yang lebih baik kepada jamaah dan menjawab pertanyaan atau masalah yang mungkin timbul.Penerapan Ajaran Agama dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian penting dari pengembangan kesadaran spiritual. Pengurus masjid harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam setiap tindakan dan keputusan mereka, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Dengan menerapkan ajaran agama secara konsisten, pengurus masjid dapat menunjukkan keteladanan yang baik kepada jamaah. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan meningkatkan otoritas mereka sebagai pemimpin.Baca Juga: Tips Mengatasi Tantangan Keuangan dalam Pengelolaan Dana Masjid
Strategi untuk Meningkatkan Otoritas Melalui Pendekatan Spiritual
Membina Hubungan yang Kuat dengan Jamaah
Membina hubungan yang kuat dengan jamaah adalah strategi penting dalam meningkatkan otoritas melalui pendekatan spiritual. Ini melibatkan komunikasi yang efektif, empati, dan perhatian terhadap kebutuhan serta kekhawatiran jamaah. Hubungan yang kuat dapat dibangun melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan komunitas, mendengarkan dengan baik, dan memberikan dukungan spiritual. Dengan menjalin hubungan yang baik, pengurus masjid dapat meningkatkan rasa kepercayaan dan penghargaan dari jamaah.Menjadi Teladan dalam Tindakan
Menjadi teladan dalam tindakan adalah salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan otoritas. Pengurus masjid harus menunjukkan kualitas dan nilai-nilai yang mereka ajarkan melalui tindakan sehari-hari mereka. Sebagai teladan, pengurus masjid harus menjalani prinsip-prinsip agama secara konsisten dan menunjukkan komitmen terhadap tugas mereka. Ini mencakup sikap profesional, kejujuran, dan dedikasi dalam setiap aspek pekerjaan mereka.Memotivasi dengan Inspirasi Spiritual
Memotivasi jamaah dengan inspirasi spiritual adalah kunci untuk meningkatkan otoritas. Pengurus masjid dapat menggunakan berbagai metode untuk memberikan dorongan dan semangat, termasuk ceramah, diskusi, dan kegiatan spiritual. Inspirasi spiritual yang diberikan harus relevan dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi jamaah. Dengan memotivasi jamaah melalui pesan yang penuh makna, pengurus masjid dapat membangun semangat dan keterlibatan yang lebih besar.Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan kegiatan masjid adalah langkah penting dalam meningkatkan otoritas. Lingkungan ini harus inklusif, positif, dan memfasilitasi interaksi serta pembelajaran. Lingkungan yang mendukung juga mencakup menyediakan fasilitas yang memadai untuk kegiatan ibadah dan sosial. Pengurus masjid harus memastikan bahwa setiap aspek lingkungan mendukung misi dan tujuan masjid.Baca Juga: santunan 417 yatim satu desa karihkil dan kp. sekitar Masjid Jami'Al-Furqon
Mengatasi Tantangan dalam Pendekatan Spiritual
Mengelola Perbedaan Pendapat
Mengelola perbedaan pendapat adalah tantangan yang umum dalam penerapan pendekatan spiritual. Pengurus masjid harus mampu menyikapi perbedaan pendapat dengan bijaksana dan menjaga komunikasi yang terbuka serta konstruktif. Mengelola perbedaan pendapat melibatkan mendengarkan semua pihak dengan empati dan mencari solusi yang adil. Ini membantu dalam menjaga keharmonisan dan menghindari konflik yang dapat mempengaruhi otoritas pengurus masjid.Menangani Konflik Internal
Menangani konflik internal memerlukan keterampilan dan pendekatan yang hati-hati. Pengurus masjid harus dapat mengidentifikasi sumber konflik dan bekerja untuk menyelesaikannya dengan cara yang damai dan produktif. Penyelesaian konflik harus dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip keadilan. Dengan menangani konflik dengan baik, pengurus masjid dapat mempertahankan otoritas dan integritas mereka sebagai pemimpin.Menghadapi Krisis Spiritual
Menghadapi krisis spiritual merupakan tantangan yang dapat mempengaruhi otoritas pengurus masjid. Krisis ini mungkin melibatkan krisis kepercayaan, keraguan, atau masalah pribadi yang mempengaruhi kualitas kepemimpinan. Pengurus masjid perlu memiliki strategi untuk mengatasi krisis spiritual, termasuk mencari dukungan dari mentor atau konselor spiritual. Mengatasi krisis dengan cara yang tepat akan membantu dalam memulihkan otoritas dan melanjutkan tugas dengan lebih baik.Baca Juga: Panduan Praktis Memilih Pengharum Ruangan untuk Masjid yang Tahan Lama
Kesimpulan
Meningkatkan otoritas pengurus masjid melalui pendekatan spiritual adalah proses yang melibatkan pengembangan diri, penerapan nilai-nilai agama, dan penerapan strategi kepemimpinan yang efektif. Dengan membina hubungan yang kuat dengan jamaah, menjadi teladan dalam tindakan, dan memotivasi dengan inspirasi spiritual, pengurus masjid dapat memperkuat otoritas mereka secara signifikan. Mengatasi tantangan yang mungkin timbul, seperti perbedaan pendapat dan konflik internal, juga merupakan bagian penting dari proses ini. Dengan pendekatan yang konsisten dan dedikasi, pengurus masjid dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan mencapai hasil yang positif dalam kepemimpinan mereka.Tentang Penulis
Muhammad Akbar Rahmansyah | MASJID BAITUS SALAM JUNWANGI
| Jl. Raya Junwangi, Dusun Junwatu RT.02 RW.01, Desa Junwangi, Kec. Krian, Kab. Sidoarjo
SEJARAH MASJID BAITUS SALAM JUNWANGI
Pada awal pembangunannya sekitar tahun 1950-an beberapa tahun setelah kemerdekaan NKRI keberadaan tempat ibadah di Desa Junwangi masih jarang. Tercatat hanya sebuah masjid yang letaknya di Dusun Kenep milik keluarga alm. Kyai Yusuf. Sedang di Dusun lain seperti Junwatu, Kwangen dan Samben belum memiliki Masjid sama sekali. Ada dua langgar kuno di dua Dusun yakni Al Ihlas di Dusun Kwangen dan menyusul Darut Taufiq di Dusun Junwatu, Nasrullah di Dusun Samben. Maka mengingat kondisi saat itu dan inisiatif beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat di Dusun Junwatu untuk mendirikan tempat ibadah di Dusun Junwatu khususnya dan Desa Junwangi maka dibangunlah sebuah tempat ibadah berupa langgar. Langgar ini dibangun sangat sederhana terdiri dari material utama batu bata, kayu, bambu dan genting. Bangunannya masih panggung dengan model yang sangat sederhana. Lokasi bangunan berada di tanah waqof dari keluarga alm. Bpk. M. Duri (Kaur Kesra Desa Junwangi) seluas 72 meter persegi sesuai SERTIPIKAT BPN No. 12.10.11.07.1.00416 tertanggal 26 Mei 1992. Dalam perkembangannya Ta’mir Masjid periode ke IV dengan Ketua alm. Drs. H. Samad berhasil menambah luas Masjid dengan membeli sebidang tanah kering disebelah utara Masjid dengan harga beli Rp. 9.500.000 (SEMBILAN JUTA LIMA RATUR RIBU RUPIAH) pada tanggal 28 Agustus 2007 dari dana kas masjid dari kepengurusan Ta’mir Masjid periode sebelumnya.
Menurut data di Sistem Informasi Masjid Kemenag RI, Masjid Baitus Salam Junwangi telah resmi berdiri tahun 1966 dan memilik ID Masjid No. 01.4.16.10.06.000042 dengan luas 12 m2 dan menurut DKM.or.id luas tanah terakhir adalah 180 m2.
Pada kepengurusan Periode III ( sekitar tahun 1996 s/d tahun 2006) Masjid Baitus Salam sudah mulai direnovasi total menjadi bangunan sebagaimana umumnya berlantai keramik, dan memiliki dua pintu masuk. Tempat parker jama’ah berada di depan Masjid menempati tanah milik H. Zualikah dan kel. Bpk. Agus yang saat itu masih tanah lapang. Sanitair (Kamar mandi, toilet dan tempat wudlu) ditempatkan di samping kanan imaman (Pojok Barat Laut).
Pada akhir kepengurusan Periode IV Ta’mir Masjid berhasil membangun SANITAIR sebelah utara dan TEMPAT PARKIR jama’ah mengingat halaman kosong milik Hj. Zulaikah dan kel. Bpk. Agus sudah didirikan Bangunan Rumah. Tanah yang digunakan adalah dari pembelian yang dilakukan tanggal 28 Agustus 2007. Sanitair sebelah barat tidak digunakan lagi dan difungsikan sebagai GUDANG MASJID untuk menyimpan segala sarana dan prasarana ibadah seperti hambal, sajadah, banner, tikar, pompa air dll.
Pada Periode V secara singkat dapat disampaikan perkembangannya sebagai berikut :
Tahun 2010-2015 Pengurus melakukan renovasi masjid secara total mengingat semua bagian atap sudah tidak layak lagi baik genteng maupun kayu balok, usuk dan rengnya. Pada periode ini Masjid Baitus Salam mengalami perkembangan pembangunan yang luar biasa. Secara organisasi juga mengalami perkembangan terutama dari aspek komunikasi dan administrasi. Semua kegiatan administrasi dilakukan secara tertib dan dikomunikasikan secara online di situs Ta’mir Masjid Baitus Salam, email dan medsos lainnya. Pada periode ini pengurus juga telah melakukan pengadaan Bedug untuk tanda waktu shalat.
Tahun 2016-2017 Pengurus melakukan renovasi berikutnya dengan renovasi Sanitair Sebelah Utara, dan merubah tempat parkir jama’ah menjadi Tempat Shalat Serambi Utara dengan tambahan kipas angin speaker dan instalasi listrik. Selain itu juga mengganti kusen depan dari satu pintu menjadi 2 pintu utama dengan bahan kayu jati motif ukir.
Tahun 2018 Pengurus melakukan pemasangan pagar stainless steel di serambi depan dan serambi utara.
Menambah sarana prasarana masjid dengan pengadaan Almari Jama’ah Wanita, Penggantian sound system dan almarinya, vacuum cleaner.
Tahun 2019-2022 Pengurus tidak dapat melakukan kegiatan secara maksimal karena Pandemi Covid-19. Pengurus hanya melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana untuk memastikan kegiatan pelayanan ibadah dengan rutin. Sejak akhir April 2019 pengurus melakukan kegiatan ibadah sesuai Protokol Kesehatan. Untuk mendukung protocol kesehatan Pengurus mengadakan Sanitasi dengan membeli alat pijak kaki untuk cuci tangan yang diletakkan di sebelalah utara papan nama masjid. Disamping itu juga menyiapkan dokumen peraturan-peraturan pemerintah mengenai tata cara ibadah pada masa pandemic covid-19 di Masjid dan Mushola yang tersimpan di almari muazin. Dana yang dikumpulkan setiap Jum’at digunakan untuk operasional pelayanan ibadah dan sebagian besar disimpan untuk RENOVASI ATAP MASJID pada kepengurusan periode berikutnya. Renovasi akan dilakukan setelah kegiatan Shalat Jum’at dipindah ke MASJID JAMI’ JUNWANGI.
Renovasi ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Masjid Baitus Salam adalah situs masjid di Desa Junwangi yang perlu dipelihara dan dilestarikan
Dana yang ada untuk selanjutnya sangat minim mengingat pemasukan utama dari Shalat Jum’at sudah tidak ada lagi, beralih ke MASJID JAMI’ JUNWANGI
Kondisi akhir bangunan terutama atap layak untuk direnovasi untuk keamanan dan kenyamanan jama’ah sekitar masjid serta memudahkan pemeliharaan.
Masjid Baitus Salam nantinya akan dikelola oleh warga Dusun Junwatu untuk kegiatan keagamaan selain Shalat Jum’at dan Shalat Ied.