Masjid dengan Kategori Masjid Agung
Masjid dengan Kategori Masjid Agung di KAB. EMPAT LAWANG
Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian
Tentang KAB. EMPAT LAWANG
Empat Lawang (Jawi: امڤت لاواڠ) adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Ibu kotanya adalah Tebing Tinggi. Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April 2007 setelah sebelumnya disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undangnya pada 8 Desember 2006 tentang pembentukan kabupaten Empat Lawang bersama 15 kabupaten/kota baru lainnya. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lahat.
Kabupaten Empat Lawang merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian barat provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, kabupaten ini berada di antara 3°25'–4°15' Lintang Selatan dan 102°37'–103°45' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Empat Lawang adalah 2.256,44 km².
Secara topografis, wilayah Kabupaten Empat Lawang memiliki bentuk muka tanah bergelombang dan berbukit. Hal tersebut disebabkan oleh wilayah kabupaten ini yang sebagian besar merupakan daerah rangkaian Pegunungan Bukit Barisan di wilayah barat Pulau Sumatra. Kabupaten Empat Lawang terletak pada ketinggian wilayah yang bervariasi, antara 50 meter sampai dengan 2500 meter dari atas permukaan laut (dpl). Wilayah barat-timur memiliki ketinggian bervariasi antara 150 meter sampai dengan 450 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan ketinggian antara 300 meter sampai dengan 450 meter di atas permukaan laut mencakup areal seluas 64%. Wilayah selatan–timur Kabupaten Empat Lawang termasuk dalam rangkaian Pegunungan Bukit Barisan, sehingga memiliki ketinggian yang signifikan yakni antara 500–700 meter di atas permukaan laut. Wilayah utara–timur kabupaten ini cenderung cukup landai yakni berketinggian antara 150 mdpl hingga 250 mdpl. Kecamatan dengan ketinggian terendah adalah Kecamatan Saling dengan ketinggian berkisar antara 80 mdpl hingga 670 mdpl. Sementara itu, kecamatan dengan ketinggian tertinggi adalah Kecamatan Muara Pinang dengan ketinggian berkisar antara 300 mdpl hingga 2500 mdpl.
Wilayah Kabupaten Empat Lawang dilalui oleh salah satu sungai besar di selatan Pulau Sumatera, yaitu Sungai Musi. Selain itu, banyak pula aliran anak sungai Musi yang menyebar di wilayah kabupaten ini. Di wilayah Pegunungan Bukit Barisan pun banyak dijumpai mata air yang merupakan hulu dari aliran-aliran sungai.
Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Empat Lawang beriklim tropis. Tipe iklim tropisnya adalah iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang tinggi hampir sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah Kabupaten Empat Lawang bervariasi antara 18°–30 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah kabupaten ini cukup tinggi yaitu ±82%. Curah hujan tahunan di wilayah Empat Lawang berkisar antara 2700–3200 mm per tahun dengan jumlah hari hujan lebih dari 150 hari hujan per tahun. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember–Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 330 mm per bulan, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni–Juli dengan curah hujan bulanan kurang dari 140 mm per bulan.
Nama kabupaten ini, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat Lawangan, yang dalam bahasa setempat berarti "Empat Pendekar (Pahlawan)". Hal tersebut karena pada zaman dahulu terdapat empat orang tokoh yang pernah memimpin daerah ini.
Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis. Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibu kota keresidenan saat Belanda berencana membentuk Keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatra) tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi dan Palembang. Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatra.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.
Dari awal mula terbentuknya Kabupaten ini, pemerintah mencanangkan ibu kota Pemerintahan berada di Kecamatan Tebing Tinggi, Sedangkan Kota Ekonomi Dicanangkan Di Kecamatan Pendopo
Bupati Empat Lawang adalah kepala daerah yang memimpin Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan. Bupati Empat Lawang didampingi oleh Wakil Bupati Empat Lawang. Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang dipilih melalui pemilihan umum secara langsung setiap 5 tahun sekali.
Berikut daftar pelaksana tugas bupati yang menggantikan bupati petahana yang sedang cuti kampanye atau dalam masa transisi.
Artikel bertopik politik Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Kabupaten Empat Lawang memiliki 10 kecamatan, 9 kelurahan dan 147 desa (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa di seluruh Sumatera Selatan). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 327.053 jiwa dengan luas wilayahnya 2.256,44 km² dan sebaran penduduk 145 jiwa/km².
Sebagian besar penduduk bermayoritas Suku Lintang/ atau Jemo Lintang (55%, bermukim di Muara Pinang, Lintang Kanan, Pendopo, Pendopo Barat, Ulu Musi, Sikap Dalam dan Tebing Tinggi). Sedangkan Suku Asli Sumatera Selatan lainnya Suku Pasemah, (bermukim di Pasemah air keruh, Suku Saling / WANG HALENG / Wang Col (Bermukim di Saling), Suku Musi, Kisam & Kikim Tebing. (bermukim di Tebing tinggi) dan kemudian disusul dengan minoritas dari luar Sumatera Selatan 9% seperti Jawa, Minang, Batak dll. Berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Empat Lawang berdasarkan suku bangsa;
selain matapencarian petani, kabupaten empat lawang mempunyai wisata alam, yakni curug tanjung alam yang ada di kecamatan lintang kanan, air lintang di kecamatan pendopo, yang merupakan pertemuan air bayau dan air lintang.
Seperti daerah lainya, kabupaten empat lawang mempunyai kuliner yang sangat khas dan enak, selain empek-empek, ada Kelicuk, Lempeng, sanga duren, serabi, kue suba,lepat, bubur suro, gonjing, serta gulai kojo dan lempuk durian asli.
Dikir adalah arak-arakan untuk mengiring kedua mempelai menuju rumah dilakukan siang hari atau malam hari sebelum ijab qabul.
Berita dari Masjid
Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.