Informasi Masjid dan Mushola di KAB. KAUR

Temukan Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami, Masjid Umum, Masjid Bersejarah, Masjid Kampus/Sekolah, Masjid Perumahan, Masjid di Mall/Pasar, Masjid Pesantren, Masjid Kantor, Mushola di KAB. KAUR

Tidakkah dia menyadari bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?

Qs Al-Alaq : 14

Tentang KAB. KAUR

Koordinat: .mw-parser-output .geo-default,.mw-parser-output .geo-dms,.mw-parser-output .geo-dec{display:inline}.mw-parser-output .geo-nondefault,.mw-parser-output .geo-multi-punct{display:none}.mw-parser-output .longitude,.mw-parser-output .latitude{white-space:nowrap}4°35′21″S 103°25′00″E / 4.589298°S 103.4167585°E / -4.589298; 103.4167585

Kabupaten Kaur adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kabupaten Kaur berjarak sekitar 250 km dari Kota Bengkulu. Kabupaten ini sebelumnya merupakan sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan, dikenal dengan nama kecamatan Kaur seperti nama yang digunakan untuk nama Kabupaten Kaur. Ibu kota Kaur berada di Bintuhan. Kabupaten Kaur dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 3 tahun 2003 bersama-sama dengan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Muko Muko. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Kaur sebanyak 132.826 jiwa.

Diawal pembentukan menjadi wilayah otonom, dahulu Kabupaten Kaur memiliki 7 kecamatan, diantaranya: kecamatan Kaur Selatan, Kaur Tengah, Kinal, Kecamatan Kaur Utara. Seiring dengan semangat otonomi daerah akhirnya Kabupaten Kaur kemudian dimekarkan menjadi 15 kecamatan, yaitu;

Secara geografis Kabupaten Kaur terletak pada posisi 103° 03' - 103° 34' LS dan 04° 55' - 04° 59' BT dengan luas wilayah sekitar 5.362,08 km2 • Posisinya terletak sekitar lebih kurang 250 km dari kota Bengkulu, dan memiliki luas wilayah sekitar 2.369,05 km2 dengan jumlah penduduk lebih kurang 135.428 jiwa dengan mata pencaharian utama penduduknya mengandalkan hidup pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Penduduknya tinggal menyebar secara berkelompok di 119 desa dan tiga kelurahan, baik di lbu Kota Kabupaten maupun di wilaya-wilayah Kecamatan-kecamatan. Penduduk Kabupaten Kaur terdiri dari berbagai sukubangsa, yaitu Kaur, Lembak, Serawai, Semendo, Pasemah, Pekal, dan berbagai macam asal dan keturunan seperti Minangkabau, Palembang, Aceh, Jawa, Madura, Bugis, dan Melayu, bahkan ada juga yang dari India, Cina. Dari semua etnis yang ada, etnis Rejang dan Pasemah merupakan penduduk asli Kabupaten Kaur dan merupakan etnis terbesar. Semua penduduk ini merasakan dan menampilkan dirinya sebagai "Orang Kaur". Kabupaten Kaur menempati sebagian besar lereng bagian barat Pegunungan Bukit Barisan. Di daerah tersebut umumnya mempunyai sungai-sungai yang lebih pendek. Sungai-sungai yang mengalir ke pantai Barat dan berpangkal di daerah sekitar Bukit Kabupaten Kaur ini terbentuk menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2003 pada tahun 2003. Bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Kaur ini adalah Kabupaten Seluma dan Kabupaten Muko muko.

Sekarang Kabupaten Kaur sudah berusia 20 tahun dan selama perjalanannya sudah banyak. hal yang telah dilakukan. Pembangunan terhadap semua sektor sudah berlangsung dengan baik, seperti pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, perkebunan maupun sektor-sektor lainnya. Terutama semenjak tahun 2005 Kabupaten Kaur sudah menghasilkan buah sawit yang cukup besar, guna mendukung potensi itu dibangun industri pengolahan minyak sawit dengan sistem fermentasi yang hasilnya di ekspor ke berbagai Negara. Posisi Kabupaten Kaur lebih tepatnya berada di tepi pantai bagian barat pulau Sumatera, memiliki garis pantai yang relatif cukup panjang dengan gelombang ombak yang selalu menghantam pantainya.

Dilihat dari sisi letak Kabupaten Kaur yang berada di pesisir pantai Barat Sumatera, maka tidak salah daerahnya memiliki potensi laut yang juga sangat luar biasa. Pada zaman pemerintahan Kolonial Belanda maupun pada masa lnggris, daerah pantai Kabupaten Kaur yaitu Pelabuhan Linau pernah menjadi sebuah pelabuhan penting waktu itu. Pelabuhan itu menjadi pintu masuk utama bagi Belanda maupun lnggris untuk dapat berhubungan dengan penduduk Kaur dalam rangka menjalin hubungan dagang hasil bumi, diantaranya lada. Sebagaimana telah diuraikan di atas, Kaur tidak hanya memiliki potensi laut, tetapi juga memiliki potensi dibidang pertanian. Hal itu disebabkan karena sebagian daerahnya yaitu di bagian Timur juga berada pada dataran tinggi yang ada di Bukit Barisan. Berdasarkan kondisi letak geografis Kabupaten Kaur ini, maka dapat disimpulkan bahwa kabupaten Kaur terdiri dari dataran tinggi di sebelah Timur dan dataran rendah pada bagian Barat yaitu daerah pesisir pantai Barat Sumatera.

Sementara itu berdasarkan batas-batas administrasi, Kabupaten Kaur terletak antara Bengkulu Selatan di bagian Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan dan bagian Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Letak Kabupaten Kaur yang berada di pesisir pantai mempengaruh kondisi iklim daerah ini, pada siang hari terasa sangat panas, karena faktor angin yang berembus dari laut. Pada malam hari kondisinya sangat sejuk, karena faktor angin pegunungan yang berembus dari arah Bukit Barisan.

Kabupaten Kaur secara relief termasuk bergelombang dengan kemiringan tanah yang bervariasi wilayah Kabupaten Kaur berdasarkan kemiringan wilayah dapat dibagi dua jenis yaitu kemiringan wilayah kawasan budidaya dengan kecenderungan menempati kemiringan relative landai sedangkan kemiringan pada kawasan non budidaya sebagian besar menempati kawasan dengan lereng miring sampai curam. Pada kawasan non budidaya kemiringan di atas 15% mendominasi kawasan ini.

Berdasarkan klasifikasi tanah menurut USDA, Kabupaten Kaur didominasi oleh ordo tanah inseptisol/ultisol 42,20%, inseptisol 39,06%, ultisol/inseptisol 9,07%, inseptisol/entisol 5,34%, entisol/inseptisol 3,78% entisol 0,34 % dan inseptisol/histosol 0,20%. Tanah inseptisol/ultisol merupakan tanah dengan tekstur halus sehingga mudah mengalami erosi jika terjadi hujan. Erosi semakin besar dapat menurunkan produktivitas lahan karena unsur hara top soil larut oleh limpasan permukaan.

Secara tradisional, masyarakat Bengkulu terbentuk dalam territorialized kinship-based communfties (komunitaskomunitas yang berwilayah berdasarkan kekerabatan). Komunitas yang bercirikan seperti ini pada umumnya merupakan konfederasi dari marga-marga ataupun sukusuku.7 Wilayah-wilayah komunitas di Bengkulu pada umumnya juga menggunakan istilah kerajaan sebagai suatu kesatuan masyarakat yang memiliki adat-istiadat tersendiri. 8 Beberapa komunitas yang menggunakan kerajaan antara lain adalah Sungai Lemau, Sungai Hitam, Silebar, dan Mukomuko, 9 termasuk daerah Kabupaten Kaur sekitarnya.

Sementara itu penduduk Kaur terdiri dari berbagai suku yang berasal dari dataran tinggi yang membentang sepanjang pulau Sumatera yaitu Perbukitan Barisan, mereka itu adalah Orang Rejang dan Orang Pasernah (Palembang), Orang Lampung, dan Orang Minangkabau. Orang Minangkabau masuk melalui lndrapura terus melewati Muko muko dengan menelusuri pesisir Barat pulau Sumatera hingga ke daerah Kaur (Bengkulu). Setelah di daerah ini terjadi asimilasi (bercampur) dengan kelompok-kelompok lain yang berasal dari etnis yang berbeda. Asimilasi itu juga menyebabkan terjadinya akulturasi berbagai latarbelakang budaya, sehingga membentuk suatu identitas baru yaitu Orang Kaur. Misalnya di Marga Muara Nasal (Kaur) sebagian penduduknya berasal dari Minangkabau. Menurut cerita rakyat, daerah pesisir pantai ini mulanya dihuni oleh suku Buai Harung (Haji Harung) dari landschap Haji (Karesidenan Palembang). Sejak sekitar abad ke-18, mereka mendirikan kolonisasi pertama di Muara Sungai Sambat yang selanjutnya berkembang sampai ke Muara Nasal. Akan tetapi, pada saat daerah itu diambil alih oleh orang-orang dari Pagaruyung yang masuk melalui lndrapura, sebagian dari mereka terdesak ke Lampung. Mereka bercampur dengan penduduk setempat. sehingga dikenal sebagai orang Abung. Sedangkan suku Buai Harung yang masih tetap tinggal di Muara Nasal bercampur dengan orang Minangkabau yang kemudian juga dikenal sebagai orang Kaur. Selain terjadi percampuran (asimilasi) dengan orang Minangkabau, penduduk yang bermukim di Kaur juga merupakan percampuran antara orang dari sekitar Bengkulu dengan Orang Pasemah. Misalnya di dusun Muara Kinal (Marga Semidang), keberadaan penduduk dimulai dengan berdirinya pemukiman orang-orang disekitar Bengkulu. Pemukiman ini bergabung dengan pemukiman Orang Gumai yang berasal dari Pasemah Lebar dan menjadi satu marga,. yaitu marga Semidang Gumai. Pergerakan penduduk dari daerah sekitar menuju Bengkulu terus terjadi sampai abad ke-19, yaitu percampuran Orang Pasemah dan Orang Kaur yang dimulai dari kedatangan Orang Pasemah hingga mendirikan pemukiman di hulu Sungai Air Tetap (Marga Ulu Tetap). Selanjutnya, mereka bergabung dengan Orang Kaur yang bermukim di Marga Muara Tetap, dan gabungan dua marga ini menjadi Marga Tetap. Disamping itu penduduk Kaur juga orang-orang yang berasal dari daerah Semendo Darat dari Dataran Tinggi Palembang (Marga-marga Sindang Danau, Sungai Aro, dan Muara Sahung). Mereka bertempat di Muara Nasal, sekitar 15 kilometer ke arah mudik dari Sungai Nasal, dan bemama Marga Ulu Nasal. Penduduk Marga Ulu Nasal terbentuk dari campuran orang-orang dari daerah Semendo Darat dan Mekakau (Palembang). Kemudian di daerah Manna terdapat Orang Serawai, yang menurut legenda berasal dari Pasemah Lebar (Pagar Alam). Mereka berpindah dan bermukim di dusun Hulu Alas, Hulu Manna, Padang Guci, dan Ulu Klnal.

Kabupaten Kaur memilki 15 Kecamatan, 192 desa, dan 3 kelurahan. Adapun 15 kecamatan itu terdiri dari:

Sumber daya alam Batubara, PASIR BESI , perak, tembaga, migas, Kaur sejak tahun 2005 mulai memproduksi fermentasi alami minyak kelapa sawit yang diekspor ke luar negeri, pertanian (swasembada), batubara, pasir besi, batu, dan pasir tambang, karet, se ton cengkih, junyit, cekur, banglai, jerangau, lengkuas, lada, kopra, palawija (kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar yang cukup luas), jahe gajah, sekerebuk lada, segantang pala perikanan laut, perikanan air tawar, lobster, daun BunGe Mayang Diwe Kabupaten ini sedang merencanakan peningkatan mutu kualitas wilayahnya. Pemkab Kaur berencana membuat saluran irigasi yang juga terletak di kecamatan Kaur Utara, yang nantinya mampu mengairi lahan sawah hingga 8.789 hektare. Selain itu, pembuatan jalan tembus sepanjang 158 kilometer yang menghubungkan wilayah Kaur Utara hingga perbatasan Provinsi Lampung, juga sedang diupayakan.

Berita dari Masjid

Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.