Informasi Masjid, Mushola dan Pondok Pesantren di KOTA PALEMBANG
Temukan Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami, Masjid Umum, Masjid Bersejarah, Masjid Kampus/Sekolah, Masjid Perumahan, Masjid di Mall/Pasar, Masjid Pesantren, Masjid Kantor, Mushola, Pondok Pesantren di KOTA PALEMBANG
Tidakkah dia menyadari bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?
Qs Al-Alaq : 14
Pondok Pesantren di KOTA PALEMBANG
Tentang KOTA PALEMBANG
Kota Palembang (Jawi: كوتا ڤاليمبڠ) adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Luas Kota Palembang dengan sekitar 352,51 km² Pada pertengahan tahun 2024, kota ini dihuni oleh 1.781.672 jiwa.
Kota Palembang juga kota terpadat dan terbesar kedua di Sumatra setelah Kota Medan, kota terpadat dan kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jabodetabekjur, Surabaya, Bandung, Medan dan kota terbesar kesembilan belas di Asia Tenggara. Kota Palembang dan beberapa kabupaten tetangganya (Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir) dikembangkan oleh pemerintah pusat sebagai wilayah metropolitan di Indonesia dengan kawasan yang disebut Patungraya Agung atau Palembang Raya.
Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kedatuan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 16 Juni 683 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur") dan Serambi Hadramaut, kota ini mendapat julukan Serambi Hadramaut dikarenakan beberapa gelar Habib yang ada disini tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Kota Palembang adalah kota tertua di Indonesia.
Asal usul nama Palembang mempunyai beberapa versi. Salah satu versi adalah pada saat penguasa Sriwijaya mendirikan sebuah Wanua (kota) yang sekarang dikenal dengan Kota Palembang; Topografi kota Palembang dikelilingi oleh air bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber dari anak sungai maupun rawa bahkan menurut data statistik 1990, Palembang masih terdapat 50% tanah yang tergenang oleh air (rawa).
Berkemungkinan karena kondisi topografi inilah nenek moyang orang Palembang menamakan kota ini sebagai Pa-lembang yang bermakna Pa atau Pe sebagai suatu tempat atau keadaan dan Lembang atau Lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa Melayu Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Salah satu versi yang lain juga mengaitkan Palembang dengan kata dalam Bahasa Jawa, "limbang", yang berarti membersihkan biji atau logam dari tanah atau benda-benda luar lain. Pemisahan dilakukan dengan bantuan alat berupa keranjang kecil untuk mengayak tanah berkandungan logam atau biji di aliran sungai. "Pa" adalah kata depan yang dipakai orang Jawa untuk menunjuk suatu tempat berlangsungnya usaha atau keadaan. Versi ini terkait erat dengan peran Palembang pada masa lalu sebagai tempat mencuci emas dan biji timah. Versi lain menghubungkan Palembang dengan kata "lemba", yang berarti tanah yang dihanyutkan air ke tepi.
Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari Kedatuan Sriwijaya, Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang. Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343.
Pada awal abad ke-15, kota Palembang diduduki perompak Chen Zuyi yang berasal dari Tiongkok. Armada bajak laut Chen Zuyi kemudian ditumpas oleh Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407.
Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang apoteker Portugis menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.
Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya. Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan permukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008". Palembang menjadi salah satu kota pelaksana pesta olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara yaitu SEA Games XXVII Tahun 2011. Pada tahun 2018, Palembang dan Jakarta menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia yaitu Asian Games 2018.
Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 400,61 km², dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatra. Palembang sendiri dapat dicapai melalui penerbangan dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bandar Lampung, Bengkulu, Pangkal Pinang, Tanjung Pandan (via Pangkal Pinang), Jambi, Lubuk Linggau, Padang, Pekanbaru, Batam, Medan, dan Denpasar-Bali. Serta dari luar negeri yaitu Singapura, Kuala Lumpur, serta Jeddah (musim haji) Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.
Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembap nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam–4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4–31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm–3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75–89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 – 20 m dpl.
Pada tahun 2002 suhu minimum kota terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei. Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan September 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %, tanah tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer.
Tropis lembap nisbi, suhu antara 22,0-32,0 celcius, curah hujan 22–428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang–Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.
Pada zaman kolonial, lambang Kota Praja (gemeente) Palembang berupa singa kembar memegang perisai bermahkota benteng, dan di bawahnya pita bertuliskan "Palembang". Pada bagian perisai terdapat gambar Singa Nassau separuh, Tongkat Caduceus, serta perahu layar di atas lautan.
Lambang daerah Kota Palembang modern dikukuhkan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Besar Palembang No. 36/DPRDK/1956. Rd. Muhammad Ikhsan, sejarawan Kota Palembang memerinci desain lambang daerah Kota Palembang menjadi 3 bagian. Bagian-bagian tersebut diperinci sebagai berikut:
Wali Kota Palembang adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Palembang. Wali kota Palembang bertanggungjawab kepada gubernur Provinsi Sumatera Selatan. Periode 2018-2023, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Palembang ialah Harnojoyo, dengan wakil wali kota Fitrianti Agustinda. Mereka menang pada Pemilihan umum Wali Kota Palembang 2018. Harnojoyo merupakan wali kota Palembang ke-12, sejak tahun 1945, dan menjabat untuk periode kedua. Harnojoyo dan Fitriani dilantik oleh gubernur Sumatera Selatan, pada 18 September 2018 di Palembang, untuk periode 2018-2023. Setelah masa jabatan Harnojoyo dan Fitriani selesai, Ratu Dewa dilantik menjadi penjabat walikota Palembang.
Kota Palembang memiliki 18 kecamatan dan 107 kelurahan (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.764 desa di seluruh Sumatera Selatan). Pada tahun 2023, jumlah penduduknya sebesar 1.570.409 jiwa dengan luas wilayahnya 369,22 km² dan sebaran penduduk 4.250.889 jiwa/km².
Masyarakat Palembang adalah masyarakat heterogen, sejak zaman Sriwijaya menepatkan kota ini sebagai pusatnya banyak suku asli Nusantara yang menetap di kota ini, selain itu juga adanya bangsa asing yang menetap. Masyarakat Palembang merupakan orang Melayu yang berasimilasi dengan suku bangsa lainnya baik suku bangsa Nusantara dan suku bangsa asing.
Selain penduduk asli, Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari etnis Jawa, Minangkabau, Melayu (di luar Melayu Palembang), Madura, Bugis, Sunda, Batak dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.
Pada Zaman kerajaan Singosari, Majapahit dan demak, banyak orang jawa yang telah bermigrasi palembang, dan terjadi banyak keturunan Jawa dari Palembang. Sehingga dalam penyebutan kata Orang menggunakan istilah WONG, yang umumnya digunakan orang jawa.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020, mencatat bahwa penduduk Kota Palembang mayoritas menganut agama Islam.
Adapun besaran penduduk Kota Palembang menurut agama yang dianut yakni agama Islam sebanyak 93,21%, kemudian agama Buddha yang umumnya warga Tionghoa sebanyak 3,50%. Warga Palembang yang menganut agama Kekristenan sebanyak 3,29%, dengan rincian Kristen Protestan sebanyak 2,02% dan Katolik 1,27%, yang umumnya dianut warga dari suku Batak, Tionghoa, Nias dan dari Indonesia Timur. Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 0,04%, Konghucu dan kepercayaan kurang dari 0,01%.
Agama Islam umumnya dianut warga dari suku Melayu Palembang, Komering, Jawa, Minangkabau, Melayu, Sunda, Batak Angkola, Batak Mandailing, Bugis, sebagian orang suku Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Toba, Tionghoa-Indonesia, India-Indonesia dan Arab-Indonesia. Agama Kristen Protestan dan Katolik, umumnya dianut warga dari suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Nias, dan sebagian Batak Angkola, Jawa dan Tionghoa-Indonesia. Sementara agama Buddha dan Konghucu umumnya dianut warga Tionghoa-Indonesia, kemudian agama Hindu umumnya dianut orang Bali dan India-Indonesia.
Bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari kota Palembang adalah Bahasa Melayu Palembang yang diucapkan hampir keseluruhan masyarakatnya. Selain hal tersebut, masyarakat pendatang juga sering menggunakan bahasa daerah masing-masing jika mereka berkomunikasi dengan sesama komunitas. Bahasa Palembang adalah bahasa yang sekaligus juga merupakan basantara (bahasa pengantara) Provinsi Sumatera Selatan. Penutur bahasa Melayu Palembang diperkirakan 3.1 juta jiwa populasi yang tersebar di kota Palembang dan provinsi terdekat.
Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kedatuan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kedatuan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang tampak lebih ceria karena menggunakan warna–warna terang dan masih mempertahankan motif–motif tradisional setempat. Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadan dan Tahun Baru Masehi.
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan.
Stadion Gelora Sriwijaya dibangun dalam rangka penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVI pada tahun 2004. Stadion ini terletak di daerah Jakabaring, di bagian selatan Palembang. Bentuk dari stadion diilhami dari bentuk layar perahu terkembang dan diberi nama berdasarkan kebesaran Kedatuan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada masa lampau. Di stadion berkapasitas 40.000 tempat duduk ini pernah digelar dua pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain serta perebutan tempat ke-tiga antara Korea Selatan dengan Jepang.
Palembang bersama Jakarta menjadi tuan rumah SEA Games 2011, yang diselenggarakan pada 11-22 November 2011. Dengan merehabilitasi venue eks Pekan Olahraga Nasional XVI dan membangun Wisma Atlet, Venue tambahan seperti lapangan Atletik, Aquatic Center, Volley Beach, Ski Air, Panjat Tebing dan Lapangan Tembak terbesar se-Asia yang digunakan untuk SEA Games 2011.
Pada tahun 2018, hanya kota Palembang yang terpilih sebagai kota pendukung Jakarta dalam menyelenggarakan Asian Games 2018. Terpilihnya Palembang sebagai tuan rumah pendamping karena pengalaman Palembang dalam menyelenggarakan pesta Olahraga baik tingkat nasional maupun internasional dan juga adanya fasilitas kompleks olahraga Jakabaring Sport City yang sering digunakan dalam perhelatan pesta olahraga.
Selain itu, stadion ini merupakan homebase bagi klub sepak bola Palembang, Sriwijaya Football Club Sriwijaya FC yang merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Palembang. Kota Palembang juga memiliki sebuah klub bola voli bernama Palembang Bank SUMSELBABEL, yang mewakili Indonesia dalam Men's Club Asian Volleyball Championship 2011 di GOR PSCC Palembang.
Kota Palembang memiliki beberapa perguruan tinggi di antaranya Universitas Sriwijaya di Bukit Besar, walaupun kampus utamanya yang memiliki luas 712 ha berada pada kawasan Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. saat ini menempati urutan ke-15 Universitas Terbaik di Indonesia versi Webometrics Juli 2010. Peringkat Universitas Sriwijaya dalam pemeringkatan World Class University versi Webometrics terus mengalami peningkatan sejak edisi Januari 2009 (peringkat ke-37), edisi Juli 2009 (peringkat ke-29) dan edisi Juli 2010 (peringkat ke-15). Untuk wilayah sumatera, Universitas Sriwijaya menempati peringkat ke-1 yang kemudian diikuti oleh Universitas Andalas (Unand), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Riau (Unri).
Warga Palembang banyak menggunakan bus dan angkutan kota sebagai sarana transportasi. Selain menggunakan bus dan angkot, moda transportasi taksi juga banyak digunakan masyarakat. Terdapat beberapa perusahaan taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai angkutan perumahan, di mana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di kota Palembang. Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut ketek. Ketek ini melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang Sungai Musi, Ogan dan Komering. telah dibuka jalur kereta komuter yang diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya yang melayani jalur Kertapati-Indralaya.
Selain itu, pada awal tahun 2010 rute angkutan kota dan bus kota di beberapa bagian kota akan digantikan oleh kendaraan umum baru berupa bus Trans Musi yang serupa dengan bus Trans Jakarta di Jakarta. Hal ini akan terus dilakukan secara bertahap di bagian kota lainnya dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan umum di Palembang yang semakin banyak dan tidak terkendali jumlahnya serta mengurangi kemacetan karena kendaraan ini memiliki jalur laju khusus yang terpisah dari kendaraan lainnya. Sejak Desember 2015, Palembang sedang membangun kereta api ringan dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II ke Jakabaring sebagai persiapan menyambut Asian Games 2018.
Palembang memiliki sebuah Bandar Udara Internasional yaitu Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Bandara ini terletak di barat laut Palembang, melayani baik penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga menjadi embarkasi haji bagi warga Sumatera Selatan. Penerbangan domestik melayani jalur Palembang ke Jakarta, Bandung, Batam, Pangkal Pinang dan kota-kota lainnya, sedangkan penerbangan internasional melayani Singapura, Kuala Lumpur, Malaka, Hongkong, China dan Thailand.
Palembang juga memiliki tiga pelabuhan utama yaitu Boom Baru, Pelabuhan 36 Ilir dan Pelabuhan Tanjung Api Api. Ketiga pelabuhan ini melayani pengangkutan penumpang menggunakan ferry ke Muntok (Bangka) dan Batam. Saat ini sedang dibangun pelabuhan Tanjung Api Api yang melayani pengangkutan penumpang dan barang masuk serta keluar Sumatera Selatan. Selain itu Palembang juga memiliki Stasiun Kertapati yang terletak di tepi sungai Ogan, Kertapati. Stasiun ini menghubungkan wilayah Palembang dengan Bandar Lampung, Tanjung Enim, Lahat, dan Lubuklinggau
Sebagai kota metropolitan di Indonesia, Pemerintah Kota Palembang juga bekerjasama dengan kota-kota lainnya di dunia sehingga terjalinnya hubungan budaya dan kontak sosial antarpenduduk. Berikut ini kota-kota kembar yang menjalin kerjasama dengan Palembang.
Berita dari Masjid
Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.
Video Tausiah Pilihan
Tingkatkan iman dengan belajar tanpa henti dari ustadz pilihan