Informasi Masjid, Mushola dan Pondok Pesantren di KOTA PAYAKUMBUH

Temukan Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami, Masjid Umum, Masjid Bersejarah, Masjid Kampus/Sekolah, Masjid Perumahan, Masjid di Mall/Pasar, Masjid Pesantren, Masjid Kantor, Mushola, Pondok Pesantren di KOTA PAYAKUMBUH

Tidakkah dia menyadari bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?

Qs Al-Alaq : 14

Tentang KOTA PAYAKUMBUH

Kota Payakumbuh (bahasa Minangkabau: Payokumbuah; Jawi, ڤايوكومبواه) adalah sebuah kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota Payakumbuh merupakan daerah kantong (enclave)' dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada pertengahan tahun 2021, jumlah penduduk kota Payakumbuh sebanyak 141.171 jiwa.

Berbagai penghargaan telah diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,38 % dan meningkat menjadi 6,79% pada tahun 2011. Payakumbuh merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat dan juga dikenal dengan branding Kota Randang (Payakumbuh City of Randang). Inovasi dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan Inovasi Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara dan sederet pengharaan lainnya.

Kota Payakumbuh terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Berada pada hamparan kaki Gunung Sago, bentang alam kota ini memiliki ketinggian yang bervariasi. Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar antara 26 °C dengan kelembapan udara antara 45–50%.

Payakumbuh berjarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, Payakumbuh merupakan kota terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini pernah menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 merupakan kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menja­di 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebe­lumnya, sementara Kota Padang diper­luas menjadi 694,96 km² dan sekaligus menjadi kota yang terluas di Sumatera Barat. Perluasan ini menye­babkan Sawahlunto menjadi kota terluas kedua dan Paya­kumbuh turun men­jadi terluas ketiga di Sumatera Barat.

Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejak keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.

Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang. Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.

Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan pendidikan terutama bagi Luhak Limo Puluah. Pada zaman pemerintahan Belanda, Payakumbuh adalah tempat kedudukan asisten residen yang menguasai wila­yah Luhak Limo Puluah, dan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah.

Kota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang menetapkan kota ini sebagai kota kecil. Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Disusul Radiogram Mendagri nomor SDP.9/6/181 menegaskan, hari peresmian Kota Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 dan saban tahun diperingati sebagai Hari Jadi Kota Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah kecamatan dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong dan terdapat di 7 kanagarian yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 Kelurahan, kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan.

Sebelum tahun 1970, Payakumbuh adalah bahagian dari Kabupaten Lima­ Pu­luh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut. Pada tahun 2008, sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan. Pada tahun 2014 dan 2016 terjadi penggabungan beberapa kelurahan yang wilayahnya kecil dengan sedikit penduduk, sehingga jumlah kelurahan menyusut menjadi 48 kelurahan.

Kota Payakumbuh memiliki 5 kecamatan dan 47 kelurahan. Luas wilayahnya mencapai 85,22 km² dan penduduk 129.751 jiwa (2017) dengan sebaran 1.522 jiwa/km².

Pada tahun 2024, jumlah penduduk Kota Payakumbuh tercatat sebanyak 146.730 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 1.825 jiwa/km² pada luas wilayah 80,43 km². Kecamatan Payakumbuh Barat menjadi kecamatan terpadat dengan 3.001 jiwa/km², sedangkan Kecamatan Payakumbuh Selatan memiliki kepadatan paling rendah yaitu 881 jiwa/km². Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan tren fluktuatif, dari 1,74 persen pada tahun 2020, turun menjadi 1,15 persen tahun 2021, naik menjadi 1,52 persen tahun 2022, kemudian menurun kembali menjadi 1,39 persen tahun 2023 dan 1,37 persen tahun 2024. Rasio ketergantungan pada tahun 2023 tercatat sebesar 48, terdiri dari rasio ketergantungan muda sebesar 37,46 dan rasio ketergantungan tua sebesar 10,46. Persentase kelompok umur menunjukkan bahwa 25,33 persen penduduk berusia 0–14 tahun, 67,60 persen berusia 15–64 tahun, dan 7,07 persen berusia di atas 65 tahun. Sex ratio tahun 2024 sebesar 101,08 menandakan bahwa terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Jumlah rumah tangga tahun 2023 tercatat 34.844, meningkat dari 34.323 pada tahun 2022, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,16 orang. Persentase penduduk beragama di Kota Payakumbuh menunjukkan dominasi pemeluk agama Islam sebesar 98,62 persen, disusul oleh Protestan 0,64 persen, Katolik 0,36 persen, Budha 0,01 persen, dan Konghucu 0,01 persen.

Tahun 2023, jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Payakumbuh mencapai 108.422 jiwa, terdiri dari 77.907 jiwa angkatan kerja dan 30.515 jiwa bukan angkatan kerja. Dari total angkatan kerja, 74.137 orang bekerja dan 3.770 orang sedang mencari pekerjaan, menghasilkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) sebesar 95,16 persen. Komposisi bukan angkatan kerja terdiri dari 9.796 jiwa yang bersekolah, 16.037 jiwa mengurus rumah tangga, dan 4.682 jiwa dengan kegiatan lain. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2023 berada pada angka 71,86 persen, naik dari 70,49 persen tahun 2022. TPAK laki-laki lebih tinggi yaitu 81,71 persen dibandingkan perempuan sebesar 62,03 persen. Berdasarkan sektor lapangan usaha, 65,81 persen pekerja berada di sektor jasa, 19,49 persen di sektor industri/manufaktur, dan 14,71 persen di sektor pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor jasa mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (66,53 persen tahun 2022), sementara sektor pertanian meningkat dari 12,85 persen menjadi 14,71 persen.

Tahun ajaran 2022/2023, Kota Payakumbuh memiliki 112 taman kanak-kanak, terdiri dari 3 TK negeri dan 109 TK swasta, dengan jumlah guru sebanyak 465 orang dan murid sebanyak 3.026 anak. Pada jenjang pendidikan dasar, terdapat 75 Sekolah Dasar (SD) dengan rincian 56 SD negeri dan 19 SD swasta. Jumlah murid SD mencapai 18.326 orang dan guru sebanyak 1.416 orang. Rasio murid terhadap guru di tingkat SD adalah 13:1. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), terdapat 24 sekolah dengan 16 SMP negeri dan 8 SMP swasta, menampung 8.195 siswa dan dilayani oleh 740 guru, sehingga rasio siswa terhadap guru mencapai 11:1. Di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat 9 unit sekolah yang terdiri dari 5 SMA negeri dan 4 SMA swasta dengan total siswa 4.170 orang dan guru 378 orang. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berjumlah 9 unit (3 negeri dan 6 swasta) dengan total 3.831 siswa dan 351 guru. Selain itu, terdapat pula 3 Madrasah Aliyah (MA) dan 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.

Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD sebesar 98,42 persen, SMP 91,62 persen, dan SMA sederajat 79,86 persen. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD sebesar 105,86 persen, SMP 102,07 persen, dan SMA sederajat 95,55 persen. Jumlah siswa inklusi di SD sebanyak 82 orang, SMP 36 orang, SMA 5 orang, dan SMK 2 orang. Kota Payakumbuh juga memiliki 1 unit pendidikan kesetaraan Paket A, 5 unit Paket B, dan 6 unit Paket C. Pada jalur pendidikan nonformal, tercatat 17 Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) serta 6 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Tenaga pendidik PAUD terdiri dari 102 orang berijazah S1, 151 orang D4/S1 Kependidikan, serta sisanya lulusan D3, SMA, atau sederajat. Sarana perpustakaan sekolah tersedia pada 57 SD, 21 SMP, 7 SMA, dan 6 SMK. Kota Payakumbuh juga memiliki 2 perguruan tinggi, yaitu 1 universitas swasta dan 1 sekolah tinggi negeri, dengan total mahasiswa mencapai 3.705 orang. Angka Melek Huruf untuk penduduk usia 15 tahun ke atas tercatat sebesar 99,85 persen, dengan rata-rata lama sekolah mencapai 10,78 tahun dan Harapan Lama Sekolah mencapai 14,30 tahun.

Pada tahun 2023, Kota Payakumbuh memiliki total 2 rumah sakit umum yang terdiri dari 1 unit milik pemerintah dan 1 unit milik swasta/yayasan, serta 2 rumah sakit khusus yang seluruhnya dikelola oleh pihak swasta. Fasilitas kesehatan lainnya mencakup 8 puskesmas non rawat inap, 23 puskesmas pembantu, 165 posyandu, 59 apotek, dan 3 toko obat. Selain itu, terdapat pula 10 praktik dokter bersama milik pemerintah, 50 praktik dokter perorangan swasta, serta 21 bidan praktik swasta. Dari segi pelayanan kesehatan ibu dan anak, 96,03 persen balita pernah diberi ASI, meningkat dari 95,37 persen pada tahun 2022. Proporsi tertinggi penolong kelahiran balita berasal dari bidan sebesar 58,09 persen dan dokter spesialis kandungan sebesar 39,79 persen. Untuk program Keluarga Berencana, pada tahun 2023 jumlah akseptor KB baru tercatat 2.218 orang, naik dari 1.498 orang pada tahun 2022, sedangkan jumlah akseptor KB keseluruhan turun dari 13.109 orang menjadi 10.093 orang. Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntikan sebesar 39,74 persen, disusul IUD 19,30 persen, kondom 14,25 persen, pil 11,82 persen, implant 8,87 persen, dan MOW/P 6,03 persen. Angka Harapan Hidup penduduk Kota Payakumbuh tahun 2023 tercatat sebesar 74,77 tahun, naik dari 74,48 tahun pada tahun 2022, dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata Provinsi Sumatera Barat yang sebesar 74,14 tahun.

Terkait angka kematian ibu, pada tahun 2023 tercatat 4 kasus kematian ibu melahirkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi indikator kesehatan secara umum di Kota Payakumbuh meliputi ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, kondisi lingkungan, serta akses terhadap makanan yang layak dan bergizi. Data penyediaan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa sektor swasta memiliki peran besar dalam pelayanan praktik individu seperti dokter perorangan dan bidan, sementara pemerintah lebih dominan dalam penyediaan sarana puskesmas dan posyandu. Angka persentase balita yang diberi ASI konsisten tinggi di atas 95 persen dalam tiga tahun terakhir, mengindikasikan tingkat kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian ASI. Komposisi penggunaan alat kontrasepsi menunjukkan preferensi yang kuat terhadap metode suntik dibandingkan metode lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh atas dasar harga berlaku tahun 2023 mencapai Rp8,26 triliun, meningkat dari Rp7,61 triliun tahun 2022 dan Rp6,84 triliun tahun 2021. PDRB atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2023 sebesar Rp5,70 triliun. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,13 persen, naik dari 4,55 persen tahun 2022 dan 3,17 persen tahun 2021. Struktur PDRB berdasarkan lapangan usaha menunjukkan dominasi oleh tiga sektor utama: perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (21,36 persen); industri pengolahan (17,16 persen); serta konstruksi.com">Konstruksi (13,42 persen). Perdagangan besar dan eceran mencatat nilai tambah bruto sebesar Rp1,76 triliun, sedangkan industri pengolahan sebesar Rp1,41 triliun. Sektor jasa pendidikan dan administrasi pemerintahan masing-masing berkontribusi sebesar 10,34 persen dan 8,08 persen. Tingkat inflasi Kota Payakumbuh tahun 2023 tercatat 2,47 persen, turun dari 6,88 persen tahun 2022. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi (6,89 persen), makanan, minuman dan tembakau (4,50 persen), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya (4,36 persen). Komoditas penyumbang inflasi utama yaitu tarif angkutan udara, cabai merah, dan rokok kretek filter.

Pada sektor industri dan UMKM, data tahun 2023 menunjukkan terdapat 3.029 unit usaha mikro, kecil, dan menengah, dengan persebaran terbanyak pada bidang makanan dan minuman. Industri pengolahan terdiri atas 27 industri besar dan sedang, serta 3.101 industri kecil dan rumah tangga. Total tenaga kerja yang terserap oleh seluruh jenis industri mencapai 10.487 orang. Sentra industri kecil menengah (IKM) yang dominan meliputi tenun, makanan ringan, serta bordir dan sulaman. Terkait perdagangan, jumlah pasar rakyat yang beroperasi sebanyak 5 unit, dan 1 pusat perbelanjaan modern. Data juga mencatat 199 unit koperasi aktif dengan total anggota 30.207 orang dan volume usaha mencapai Rp119,93 miliar. Nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 2023 tercatat sebesar Rp67,54 miliar, naik dari Rp61,96 miliar tahun 2022. Jumlah proyek PMDN mencapai 124 unit, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) tidak tercatat selama periode tersebut.

Luas lahan sawah di Kota Payakumbuh tahun 2023 tercatat sebesar 1.838,35 hektar yang terdiri dari 990,10 hektar sawah irigasi teknis, 110,50 hektar irigasi setengah teknis, 174,25 hektar irigasi sederhana, dan 563,50 hektar non irigasi. Produksi padi sawah mencapai 14.618 ton gabah kering giling (GKG), sedangkan produktivitas rata-rata 49,78 kuintal/hektar. Selain padi sawah, komoditas utama tanaman pangan lainnya meliputi jagung dengan luas panen 138 hektar dan produksi 616 ton, ubi kayu 50 hektar dengan produksi 862 ton, serta ubi jalar 50 hektar dengan produksi 382 ton. Untuk sektor hortikultura, luas panen cabai merah sebesar 84 hektar menghasilkan 634 ton, tomat 20 hektar dengan 260 ton, bawang merah 4 hektar menghasilkan 45 ton, dan sayuran daun seperti sawi dan bayam masing-masing memiliki produksi 96 dan 75 ton. Luas areal pertanian tanaman buah-buahan mencapai 84 hektar dengan produksi utama manggis 430 kuintal dan salak 60 kuintal. Komoditas tanaman perkebunan di antaranya adalah kelapa dengan luas 56 hektar dan produksi 49 ton, serta aren seluas 16 hektar menghasilkan 24 ton nira. Selain itu, terdapat 53 hektar tanaman pinang dengan produksi 32 ton dan tanaman kakao dengan luas 15 hektar menghasilkan 10 ton biji kakao kering.

Di bidang peternakan, populasi sapi potong tahun 2023 tercatat 4.133 ekor dengan produksi daging mencapai 143,44 ton. Populasi kambing sebanyak 2.581 ekor menghasilkan daging 52,65 ton, sedangkan jumlah kerbau mencapai 1.068 ekor dengan produksi daging 18,25 ton. Unggas juga menjadi sektor dominan, dengan populasi ayam ras pedaging sebanyak 1.628.570 ekor dan produksi daging 2.274,71 ton, ayam petelur 124.570 ekor menghasilkan telur 2.126,41 ton, serta ayam buras 153.852 ekor. Bebek sebanyak 16.036 ekor menghasilkan telur 53,62 ton dan daging 13,12 ton. Produksi susu sapi segar sebanyak 129.745 liter berasal dari 258 ekor sapi perah. Pada sektor perikanan, jumlah kolam ikan mencapai 1.235 unit seluas 25,58 hektar dengan produksi 638,25 ton ikan konsumsi, sedangkan kolam air deras seluas 3,36 hektar menghasilkan 195,33 ton. Jenis ikan budidaya yang paling banyak dibudidayakan adalah ikan lele dan nila. Perikanan tangkap berasal dari sungai dan perairan umum dengan total produksi sebesar 41,95 ton. Jumlah rumah tangga petani tercatat sebanyak 9.124, dengan 7.066 di antaranya bergerak di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, 1.113 di peternakan, dan 945 di sektor perikanan.

Kota ini termasuk kota penghubung antara kota Padang dengan kota Pekanbaru, dari kota ini dapat juga terhubung ke jalur lintas tengah Sumatra tanpa mesti melewati kota Bukittinggi. Terminal Koto Nan Ompek merupakan terminal angkutan darat yang terdapat di kota ini. Sebagai pusat pelayanan, Payakumbuh dulu juga mem­pu­nyai lapangan terbang, yaitu Lapangan Terbang Piobang.

Saat ini sudah dibangun jalan lingkar luar bagian utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) dikenal dengan Payakumbuh Bypass untuk memudahkan akses transportasi tanpa harus melalui pusat kota dan untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Pembangunan jalan ini berasal dari dan pinjaman pemerintah pusat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB).

Masyarakat kota ini memiliki klub sepak bola yang dikenal dengan nama Persepak Payakumbuh yang bermarkas pada Stadion Kapten Tantawi.

Olahraga pacu kuda juga merupakan pertunjukan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini dan biasa setiap tahunnya diselenggarakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama Kubu Gadang yang sekarang menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.

Kota Payakumbuh memiliki beberapa pertunjukan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan silat serta diiringi dengan nyanyian dan biasa ditampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni yang disebut dengan randai. Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah Padang Alai, yang bernama Randai Cindua Mato. Selain itu, Kota Payakumbuh terus bergiat menetapkan Objek-objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) sebagai Cagar Budaya.

Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis Talempong, yaitu sama dengan alat musik gamelan di pulau jawa, yang biasa ditampilkan dalam upacara adat, majlis perkawinan dan lain sebagainya. Selain itu alat musik lain yang masih dijumpai di kota ini adalah Saluang, yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.

Adapun kuliner yang paling terkenal di Payakumbuh yaitu rendang yang sudah memiliki lebih dari 30 varian. Sedangkan pindik dari Tiakar juga telah menjadi makanan khas daerah ini. Begitupun gulai hijau itiak dari Air Tabit juga menjadi buruan pelancong jika datang ke Payakumbuh.

Kota Payakumbuh memiliki alam yang indah dikelilingi oleh perbukitan. Selain sebagai kota yang dikenal dengan beragam kuliner, Payakumbuh juga memiliki berbagai objek wisata menarik seperti Ngalau Indah, Puncak Marajo, Panorama Ampangan, Jembatan Ratapan Ibu, dan Kawasan Taman Batang Agam. Sedangkan atraksi budaya yang paling dikenal dari Payakumbuh di antaranya Pacu Itiak, Pacu Jawi, Pacu Kuda, Payakumbuh Botuang Festival, Payakumbuh Bagodang.

Berita dari Masjid

Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.