Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2023-10-27 00:29:45

Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam

Kubah atau qubbah yakni bentuk atap setengah lingkaran yang terletak di atas bangunan masjid dan pada bagian puncak tengah lingkaran kubah terdapat lambang bulan sabit dan di tengahnya terdapat bintang.

Kubah identik menjadi bagian dari bangunan masjid, bagaimana sebenarnya sejarah dan asal mula penggunaan kubah?

Alifa Aryatna dalam bukunya 125 Cerita Fakta Islam yang Unik & Menakjubkan menyebutkan pada zaman Rasulullah, kubah masjid berbeda dengan kubah zaman sekarang. Pada masa itu, kubah hanya terbuat dari tumpukan daun kurma.

Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam

Sedangkan saat ini dibentuk setengah lingkaran, sebagai simbol kebersamaan umat Islam yang terinspirasi dari budaya Persia dan Mediterania. Disebutkan pula, maristan, rumah sakit pada zaman dahulu juga memiliki kubah setengah lingkaran.

Lambang bulan dan bintang hampir terdapat pada setiap puncak bangunan masjid. Ada yang mengatakan bahwa lambang ini merupakan panji-panji (bendera) perang Islam di zaman Nabi Muhammad di saat menyebarkan agama Islam.

Oleh Khalifah Umar bin Khattab dipopulerkan sebagai lambang resmi bendera Islam. Disebutkan bahwa bulan sabit melambangkan awal pertumbuhan perkembangan agama Islam. Adapun bintang adalah lambang harapan suci, harapan yang dipenuhi keberkahan dan kecemerlangan.

Sejak awal pembangunan masjid pertama di Madinah (622 M), bentuk atapnya masih berbentuk atap datar. Belum ada pemakaian atap lengkung atau kubah. Penerapan ini baru pertama diterapkan pada bangunan Qubhat al Sakhra di Jerussalem (678 M) dan kubah pada bangunan Masjid Jamik Damaskus. Keduanya dibangun oleh Khalifah Al Walid dari Dinasti Umayyah.

Adapun menurut sejarah Islam, pemakaian bentuk kubah yang pertama kali ditemukan pada makam istri Nabi Muhammad SAW yang bernama Maimunah binti Harits, yang meninggal pada 65 H atau tahun 680 M dan dikuburkan dalam bangunan beratap setengah lingkaran.

Menurut pakar arsitektur bangunan, Jeffrey O Hill, Profesional Buildings, bentuk bangunan yang menggunakan kubah (dome) sebagai bagian dari atap bangunan jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah.

Hal ini dikarenakan atap bangunan yang memanfaatkan kubah memiliki beberapa manfaat besar. Antara lain, ruangan akan tampak menjadi lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin baik. Tentunya sangat cocok untuk masjid yang tidak hanya menjadi tempat beribadah tetapi juga bertemunya banyak umat muslim.

Menurut sebagian ahli, sejarah mencatat bahwa bangunan yang menggunakan kubah untuk pertama kalinya justru berasal dari Suku Eskimo. Berdasarkan pertimbangan fleksibilitas, manfaat, dan keunggulan kubah, pengguna kubah dianggap sebagai bangunan yang sangat ideal.

Jeffrey O Hill menyebutkan, bangunan dengan memanfaatkan kubah sebagai bagian dari atap bangunan kini juga banyak dimanfaatkan untuk bangunan komersial dan tempat tinggal (rumah).

Oleh karena itu, para ahli bangunan dan arsitektur pun kini berlomba-lomba dalam merancang dan membuat bangunan dengan memanfaatkan fasilitas kubah sebagai bagian dari arsitektur bangunan yang dibuat.

Menukil buku Sejarah Ibadah oleh Syahruddin El-Fikri, bahkan di beberapa negara, bangunan yang mengadopsi bentuk kubah. Di Malaysia, misalnya, kantor lembaga peradilannya memanfaatkan bentuk kubah sebagai ornamen dari bangunannya. Begitu pula dengan kantor Mahkamah Konstitusi (MK) RI.

Mengutip buku Jejak Seni dalam Sejarah Islam oleh Febri Yulika, pemakaian kubah pada sebuah bangunan tentunya mengikuti daerah perkembangannya. Oleh karena itu bentuknya menjadi berbeda-beda menyesuaikan dengan kultur yang berlaku sehingga akan berbeda corak khas dan bentuknya.

Setiap bentuk kubah di dunia saling mempengaruhi satu sama lain meskipun akan terlihat sedikit perbedaan dan perubahan gaya sebagai suatu ciri khas daerah. Perbedaan inilah yang memperlihatkan gaya tersendiri yang hanya dimiliki oleh negara atau daerah masing-masing.

Gaya bentuk kubah Arab memberi pengaruh gaya kepada kubah Moor. Adapun gaya kubah Persia memberi pengaruh kepada kubah India dan Turki. Sementara gambaran dari bentuk kubah tersebut paling banyak ditemukan pada bangunan masjid-masjid di Indonesia.

Hal itulah yang mendasari semua gaya menurut aliran daerah asal sudah dijadikan contoh gaya penciptaan kubah pada setiap bangunan masjid di seluruh dunia.

Demikian sejarah kubah masjid mulai dari awal mula, perubahan bentuk, filosofi, hingga arti kubah dilihat dari perspektif arsitektur.

Kubah atau qubbah yakni bentuk atap setengah lingkaran yang terletak di atas bangunan masjid dan pada bagian puncak tengah lingkaran kubah terdapat lambang bulan sabit dan di tengahnya terdapat bintang.

Kubah identik menjadi bagian dari bangunan masjid, bagaimana sebenarnya sejarah dan asal mula penggunaan kubah?

Alifa Aryatna dalam bukunya 125 Cerita Fakta Islam yang Unik & Menakjubkan menyebutkan pada zaman Rasulullah, kubah masjid berbeda dengan kubah zaman sekarang. Pada masa itu, kubah hanya terbuat dari tumpukan daun kurma.

Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam

Gambar Ilustrasi Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam

Sejarah Kubah Masjid, Bagian dari Warisan Peradaban Islam

Sedangkan saat ini dibentuk setengah lingkaran, sebagai simbol kebersamaan umat Islam yang terinspirasi dari budaya Persia dan Mediterania. Disebutkan pula, maristan, rumah sakit pada zaman dahulu juga memiliki kubah setengah lingkaran.

Lambang bulan dan bintang hampir terdapat pada setiap puncak bangunan masjid. Ada yang mengatakan bahwa lambang ini merupakan panji-panji (bendera) perang Islam di zaman Nabi Muhammad di saat menyebarkan agama Islam.

Oleh Khalifah Umar bin Khattab dipopulerkan sebagai lambang resmi bendera Islam. Disebutkan bahwa bulan sabit melambangkan awal pertumbuhan perkembangan agama Islam. Adapun bintang adalah lambang harapan suci, harapan yang dipenuhi keberkahan dan kecemerlangan.

Sejak awal pembangunan masjid pertama di Madinah (622 M), bentuk atapnya masih berbentuk atap datar. Belum ada pemakaian atap lengkung atau kubah. Penerapan ini baru pertama diterapkan pada bangunan Qubhat al Sakhra di Jerussalem (678 M) dan kubah pada bangunan Masjid Jamik Damaskus. Keduanya dibangun oleh Khalifah Al Walid dari Dinasti Umayyah.

Adapun menurut sejarah Islam, pemakaian bentuk kubah yang pertama kali ditemukan pada makam istri Nabi Muhammad SAW yang bernama Maimunah binti Harits, yang meninggal pada 65 H atau tahun 680 M dan dikuburkan dalam bangunan beratap setengah lingkaran.

Menurut pakar arsitektur bangunan, Jeffrey O Hill, Profesional Buildings, bentuk bangunan yang menggunakan kubah (dome) sebagai bagian dari atap bangunan jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah.

Hal ini dikarenakan atap bangunan yang memanfaatkan kubah memiliki beberapa manfaat besar. Antara lain, ruangan akan tampak menjadi lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin baik. Tentunya sangat cocok untuk masjid yang tidak hanya menjadi tempat beribadah tetapi juga bertemunya banyak umat muslim.

Menurut sebagian ahli, sejarah mencatat bahwa bangunan yang menggunakan kubah untuk pertama kalinya justru berasal dari Suku Eskimo. Berdasarkan pertimbangan fleksibilitas, manfaat, dan keunggulan kubah, pengguna kubah dianggap sebagai bangunan yang sangat ideal.

Jeffrey O Hill menyebutkan, bangunan dengan memanfaatkan kubah sebagai bagian dari atap bangunan kini juga banyak dimanfaatkan untuk bangunan komersial dan tempat tinggal (rumah).

Oleh karena itu, para ahli bangunan dan arsitektur pun kini berlomba-lomba dalam merancang dan membuat bangunan dengan memanfaatkan fasilitas kubah sebagai bagian dari arsitektur bangunan yang dibuat.

Menukil buku Sejarah Ibadah oleh Syahruddin El-Fikri, bahkan di beberapa negara, bangunan yang mengadopsi bentuk kubah. Di Malaysia, misalnya, kantor lembaga peradilannya memanfaatkan bentuk kubah sebagai ornamen dari bangunannya. Begitu pula dengan kantor Mahkamah Konstitusi (MK) RI.

Mengutip buku Jejak Seni dalam Sejarah Islam oleh Febri Yulika, pemakaian kubah pada sebuah bangunan tentunya mengikuti daerah perkembangannya. Oleh karena itu bentuknya menjadi berbeda-beda menyesuaikan dengan kultur yang berlaku sehingga akan berbeda corak khas dan bentuknya.

Setiap bentuk kubah di dunia saling mempengaruhi satu sama lain meskipun akan terlihat sedikit perbedaan dan perubahan gaya sebagai suatu ciri khas daerah. Perbedaan inilah yang memperlihatkan gaya tersendiri yang hanya dimiliki oleh negara atau daerah masing-masing.

Gaya bentuk kubah Arab memberi pengaruh gaya kepada kubah Moor. Adapun gaya kubah Persia memberi pengaruh kepada kubah India dan Turki. Sementara gambaran dari bentuk kubah tersebut paling banyak ditemukan pada bangunan masjid-masjid di Indonesia.

Hal itulah yang mendasari semua gaya menurut aliran daerah asal sudah dijadikan contoh gaya penciptaan kubah pada setiap bangunan masjid di seluruh dunia.

Demikian sejarah kubah masjid mulai dari awal mula, perubahan bentuk, filosofi, hingga arti kubah dilihat dari perspektif arsitektur.

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .