Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2024-03-26 23:02:56

Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau pernah memerintahkan para sahabat untuk membakar sebuah masjid yang menjadi perkumpulan orang munafik. Masjid tersebut dikenal dengan Masjid Dhirar.

Arti nama Masjid Dhirar adalah "masjid bahaya." Masjid ini dibangun oleh orang yang fasik dan jahat dengan tujuan untuk memecah belah umat Islam.

Dikisahkan dalam buku Ghazawat Ar-Rasul Durus Wa 'Ibar Wa Fawa'Id karya Ali Muhammad Ash-Shallabi dan diterjemahkan Masturi Irham dan M. Asmui Taman, hiduplah seorang pendeta nasrani dari kabilah Al-Khazraj di Madinah bernama Abu Amir.

Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah

Awalnya, Abu Amir adalah seorang tokoh yang terpandang di kalangan orang-orang Madinah (Anshar) karena ia adalah ahli kitab. Seiring berkembangnya pengaruh kaum muslimin dan Rasulullah SAW di Madinah, kebencian Abu Amir terhadap Islam semakin besar pula.

Pada Perang Badar, Abu Amir berperan dalam membakar amarah musuh-musuh Islam sehingga mereka lebih membenci Rasulullah SAW.

Kelicikan Abu Amir juga terlihat pada Perang Uhud. Ia menggali lubang-lubang untuk menjebak Rasulullah SAW agar terperosok di dalamnya. Lubang-lubang itu pun berhasil mematahkan gigi Rasulullah SAW dan membuat kepala beliau terluka.

Tak berhenti sampai di situ, Abu Amir juga berusaha menipu kaumnya, Anshar, untuk mengikutinya daripada mengikuti Rasulullah SAW. Tentu saja kaum Anshar menolak ajakan ini.

Abu Amir tidak kehilangan akal demi meruntuhkan Islam. Akhirnya, ia meminta dukungan dari Raja Heraklius, Raja Romawi untuk menghancurkan nabi. Raja Heraklius pun menerima Abu Amir dengan senang hati.

Kemudian Abu Amir memerintahkan orang-orang munafik Madinah untuk membangun sebuah masjid di samping Masjid Quba. Setelah pembangunan selesai, orang munafik ini meminta Rasulullah SAW untuk salat di dalamnya agar masjid itu diakui oleh umat Islam dan tujuan licik mereka memecah belah umat menjadi lebih mudah.

Diceritakan dalam buku Perobohan Masjid Dhirar di Quba' dan Wafatnya Rasulullah karya Muhammad Ridha, dkk, orang-orang munafik ini berusaha membujuk hati Rasulullah SAW dengan berkata,

"Ya Rasul Allah! Sesungguhnya kami telah membangun sebuah masjid khusus untuk orang yang sakit dan miskin, untuk melindungi mereka pada malam berangin dan malam dingin. Kami ingin engkau datang kepada kami, lalu salatlah mengimami kami di sana."

Rasulullah SAW saat itu masih sibuk sehingga beliau menjawab ajakan kaum munafik itu dengan berkata, "Sesungguhnya aku akan berangkat, tapi sedang sibuk. Kalau kami pulang nanti, insya Allah kami akan datang kepada kalian, lalu shalat mengimami kalian."

Tapi tidak semudah itu. Sebelum Rasulullah SAW salat di sana, Allah SWT sudah membuka tabir kebenaran kepada beliau tentang tujuan asli pendirian masjid itu.

Setelah memiliki waktu longgar, Rasulullah SAW berniat untuk memenuhi perkataannya tadi dengan bergegas pergi ke Masjid Dhirar untuk salat di sana. Beliau meminta diambilkan baju gamisnya yang hendak beliau pakai untuk mendatangi masjid buatan orang munafik tadi.

Sebelum Nabi Muhammad SAW sempat salat di masjid tersebut, Malaikat Jibril turun membawa wahyu dari Allah SWT, yaitu surah At-Taubah ayat 107-108 yang berbunyi,

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ١٠٧

Artinya: "(Di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), (menyebabkan) kekufuran, memecah belah di antara orang-orang mukmin, dan menunggu kedatangan orang-orang yang sebelumnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Mereka dengan pasti bersumpah, "Kami hanya menghendaki kebaikan." Allah bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta (dalam sumpahnya)." (QS At Taubah: 107)

لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ ١٠٨

Artinya: "Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri." (QS At Taubah: 108)

Mendengar pesan dari Malaikat Jibril ini, Rasulullah SAW langsung memanggil Malik bin Ad-Dukhsyum, Ma'an bin Adi bin 'Amr bin Sakan, dan Wahsyi ke hadapan beliau.

Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Pergilah ke masjid yang zalim para penghuninya itu. Hancurkan ia dan bakar!"

Mereka bertiga pun segera berangkat, sampai tiba di perkampungan Bani Salim bin 'Auf, yaitu keluarga Malik bin Ad-Dukhsyum. Maka Malik berkata kepada teman-temannya: "Tungguhlah aku sampai aku datang kepada kalian membawa api."

Malik kemudian mengambil beberapa pelepah kurma lalu menyalakannya dengan api. Selanjutnya, mereka bertiga pun bangkit dan berjalan cepat memasuki masjid.

Ketika mereka menghancurkan dan membakar masjid tersebut, orang-orang yang semula berada di dalam, berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Rasulullah SAW kemudian menyuruh agar tempat itu dijadikan pembuangan sampah dan bangkai.

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau pernah memerintahkan para sahabat untuk membakar sebuah masjid yang menjadi perkumpulan orang munafik. Masjid tersebut dikenal dengan Masjid Dhirar.

Arti nama Masjid Dhirar adalah "masjid bahaya." Masjid ini dibangun oleh orang yang fasik dan jahat dengan tujuan untuk memecah belah umat Islam.

Dikisahkan dalam buku Ghazawat Ar-Rasul Durus Wa 'Ibar Wa Fawa'Id karya Ali Muhammad Ash-Shallabi dan diterjemahkan Masturi Irham dan M. Asmui Taman, hiduplah seorang pendeta nasrani dari kabilah Al-Khazraj di Madinah bernama Abu Amir.

Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah

Gambar Ilustrasi Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah

Sejarah Berdirinya Masjid Dhirar yang Berujung Dibakar Rasulullah

Awalnya, Abu Amir adalah seorang tokoh yang terpandang di kalangan orang-orang Madinah (Anshar) karena ia adalah ahli kitab. Seiring berkembangnya pengaruh kaum muslimin dan Rasulullah SAW di Madinah, kebencian Abu Amir terhadap Islam semakin besar pula.

Pada Perang Badar, Abu Amir berperan dalam membakar amarah musuh-musuh Islam sehingga mereka lebih membenci Rasulullah SAW.

Kelicikan Abu Amir juga terlihat pada Perang Uhud. Ia menggali lubang-lubang untuk menjebak Rasulullah SAW agar terperosok di dalamnya. Lubang-lubang itu pun berhasil mematahkan gigi Rasulullah SAW dan membuat kepala beliau terluka.

Tak berhenti sampai di situ, Abu Amir juga berusaha menipu kaumnya, Anshar, untuk mengikutinya daripada mengikuti Rasulullah SAW. Tentu saja kaum Anshar menolak ajakan ini.

Abu Amir tidak kehilangan akal demi meruntuhkan Islam. Akhirnya, ia meminta dukungan dari Raja Heraklius, Raja Romawi untuk menghancurkan nabi. Raja Heraklius pun menerima Abu Amir dengan senang hati.

Kemudian Abu Amir memerintahkan orang-orang munafik Madinah untuk membangun sebuah masjid di samping Masjid Quba. Setelah pembangunan selesai, orang munafik ini meminta Rasulullah SAW untuk salat di dalamnya agar masjid itu diakui oleh umat Islam dan tujuan licik mereka memecah belah umat menjadi lebih mudah.

Diceritakan dalam buku Perobohan Masjid Dhirar di Quba' dan Wafatnya Rasulullah karya Muhammad Ridha, dkk, orang-orang munafik ini berusaha membujuk hati Rasulullah SAW dengan berkata,

"Ya Rasul Allah! Sesungguhnya kami telah membangun sebuah masjid khusus untuk orang yang sakit dan miskin, untuk melindungi mereka pada malam berangin dan malam dingin. Kami ingin engkau datang kepada kami, lalu salatlah mengimami kami di sana."

Rasulullah SAW saat itu masih sibuk sehingga beliau menjawab ajakan kaum munafik itu dengan berkata, "Sesungguhnya aku akan berangkat, tapi sedang sibuk. Kalau kami pulang nanti, insya Allah kami akan datang kepada kalian, lalu shalat mengimami kalian."

Tapi tidak semudah itu. Sebelum Rasulullah SAW salat di sana, Allah SWT sudah membuka tabir kebenaran kepada beliau tentang tujuan asli pendirian masjid itu.

Setelah memiliki waktu longgar, Rasulullah SAW berniat untuk memenuhi perkataannya tadi dengan bergegas pergi ke Masjid Dhirar untuk salat di sana. Beliau meminta diambilkan baju gamisnya yang hendak beliau pakai untuk mendatangi masjid buatan orang munafik tadi.

Sebelum Nabi Muhammad SAW sempat salat di masjid tersebut, Malaikat Jibril turun membawa wahyu dari Allah SWT, yaitu surah At-Taubah ayat 107-108 yang berbunyi,

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ١٠٧

Artinya: "(Di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), (menyebabkan) kekufuran, memecah belah di antara orang-orang mukmin, dan menunggu kedatangan orang-orang yang sebelumnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Mereka dengan pasti bersumpah, "Kami hanya menghendaki kebaikan." Allah bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta (dalam sumpahnya)." (QS At Taubah: 107)

لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ ١٠٨

Artinya: "Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri." (QS At Taubah: 108)

Mendengar pesan dari Malaikat Jibril ini, Rasulullah SAW langsung memanggil Malik bin Ad-Dukhsyum, Ma'an bin Adi bin 'Amr bin Sakan, dan Wahsyi ke hadapan beliau.

Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Pergilah ke masjid yang zalim para penghuninya itu. Hancurkan ia dan bakar!"

Mereka bertiga pun segera berangkat, sampai tiba di perkampungan Bani Salim bin 'Auf, yaitu keluarga Malik bin Ad-Dukhsyum. Maka Malik berkata kepada teman-temannya: "Tungguhlah aku sampai aku datang kepada kalian membawa api."

Malik kemudian mengambil beberapa pelepah kurma lalu menyalakannya dengan api. Selanjutnya, mereka bertiga pun bangkit dan berjalan cepat memasuki masjid.

Ketika mereka menghancurkan dan membakar masjid tersebut, orang-orang yang semula berada di dalam, berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Rasulullah SAW kemudian menyuruh agar tempat itu dijadikan pembuangan sampah dan bangkai.

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .