Ahmad subagja | Masjid Agung Jawa Tengah
2021-12-09 17:27:37Pengurus Bidang Kerjasama MAJT terpilih menjadi Rais Syuriyah PCINU Tiongkok
SEMARANG – Mahasiswa Ph.D Jurusan Politik International, Central China Normal University, Ahmad Syaifuddin Zuhri dipilih menjadi Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Tiongkok masa Khidmah 2021-2023. Sedang Kaula Fahmi, mahasiswa Program S2 Jurusan Chinese Literature Chongqing University ditetapkan menjadi ketua tanfidziyah.
Pemilihan Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah dilakukan oleh tim Ahlul halli walAqdi (Ahwa) sebanyak tujuh orang yaitu Drs H Agus Fathuddin Yusuf MA, Sugiarto Pramono PhD, Ahmad Syaifuddin Zuhri, Kaula Fahmi, Nurwidiyanto, Suud at-Tasdiq dan Ahmad Syifa. Diiringi alunan shalawat dan bacaan surat Al-Fatihah, Agus Fathuddin Yusuf yang alumni Xinwen Xue Nanchang University, Jiangxi Province, menyerahkan pataka Bendera Nahdlatul Ulama kepada Ahmad Syaifuddin Zuhri. ‘’Silakan kibarkan bendera NU seluas-luasnya di Negeri Tiongkok, tebarkan ajaran Ahlussunnah walJamaah An-Nahdliyyah dan sampaikan ajaran Islam washatiyah atau moderasi beragama,’’ kata Agus.
Konferensi PCI NU Tiongkok dibuka oleh Ketua PBNU KH Robikin Emhas mewakili Ketua Umum Prof Dr KH Said Aqil Siraj secara daring. Peserta yang hadir secara langsung sebanyak 30 orang berada di aula Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jalan Gajah Raya Semarang.
Upacara pembukaan dihadiri Duta Besar RI untuk RRT Merangkap Mongolia HE Djauhari Oratmangun secara online, Ketua Baznas RI sekaligus Ketua DPP MAJT Prof Dr H Noor Ahmad MA dan Sekretaris Drs KH Muhyiddin MAg, atase pendidikan KBRI Beijing Yaya Sutarya, Pengurus DPP Masjid Agung Jawa Tengah serta Perwakilan PCINU Dunia dari berbagai negara dan tamu undangan lainnya.
Rais Syuriah PCINU Tiongkok, KH Imron Rosyadi Hamid mengatakan keberadaan PCINU di Tiongkok telah mampu memberikan warna baru terhadap mispresepsi selama ini yang dimiliki sebagian orang tentang keadaan Islam di Tiongkok dan juga mampu memberikan fakta yang kita lihat dan rasakan terkait perkembangan di negeri dengan penduduk terbesar di dunia.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Islah, Singosari Malang itu, Konferensi PCINU Tiongkok mestinya akan digelar Maret 2021. Namun karena pandemi Covid-19 dan PPKM sehingga baru terlaksana sekarang ‘’Alhamdulillah selama periode kami sudah terbentuk 8 ranting NU di Tiongkok yaitu di Ghuanzhou, Nanjing, Nanchang, Wuhanm Beijing, Chongchin, Shanghai dan Changchun,’’ kata Kiai Imron yang juga Rektor Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang. Kandidat PhD Jurusan Hubungan Internasional Jilin University, Provinsi Jilin Tiongkok itu mengatakan salah satu agenda besar yang dilakukan PCINU Tiongkok yaitu menyebarluaskan moderasi Islam dan ajaran Islam Wasathiyah. ‘’Islam yang damai bukan Islam yang ekstrem dan keras seperti digambarkan Sebagian orang,’’ katanya.
Selain memilih Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah, konferensi yang dipimpin presidium sidang terdiri Kaula Fahmi, Itsna Rahma Fitriani dan Syafingul Umam juga menyusun program kerja 2021-2023 dan rekomendasi.
Konfercab III PCINU Tiongkok mengangkat tema “Menguatkan Ukhuwah,Merekatkan Diaspora”.
Hubungan Diplomatik
Duta Besar RI untuk RRT Merangkap Mongolia HE Djauhari Oratmangun mengatakan, hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok sudah terbangun sejak lama. Kerja sama berbagai bidang juga sudah dilakukan kedua negara. Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada PCINU Tiongkok yang telah menjadi penggerak kegiatan keagamaan di Tiongkok.
Ketua MAJT yang juga Ketua Baznas RI Prof Dr H Noor Achmad MA mengharapkan pemerintah lebih meningkatkan lagi kerja sama Indonesia-Tiongkok. ‘’MAJT yang mengembangkan ajaran Islam wasathiyah sudah sejak 2011 bekerja sama dengan beberapa kampus perguruan tinggi di Tiongkok. Kami berharap pemerintah bisa membantu meningkatkan kerja sama tersebut misalnya antara masjid dengan masjid, antarta madrasah dengan sekolah di sana, antara kampus dengan kampus dan sebagainya,’’ kata Noor Achmad.
Ketua PBNU KH Robikin Emhas mewakili Ketua Umum Prof Dr KH Said Aqil Siraj secara daring mengatakan, PCINU Tiongkok mempunyai tugas yang sama mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah walJamaah an-Nahdliyyah. ‘’Tugas-tugas mengembangkan ajaran Islam moderat atau wasathiyah sudah dilakukan PCINU Tiongkok dengan baik,’’ katanya. Dia berharap rintisan kerja sama yang sudah dilakukan Kiai Imron dilanjutkan oleh pengurus periode mendatang. Tidak hanya bidang sosial budaya dan keagamaan tetapi juga memperkuat bidang ekonomi keumatan.
PCINU Tiongkok digerakkan oleh kader-kader Nahdliyyin yang menuntut ilmu baik S1,S2 maupun S3 di Tiongkok. Mereka menyusun sejumlah rekomendasi yang akan dibawa ke Muktamar NU di Lampung Desember mendatang.
Tentang Penulis
Ahmad subagja | Masjid Agung Jawa Tengah
| Jln. Gajah Raya Semarang
Kembalinya Tanah Banda Wakaf Masjid Besar Kauman Semarang menjadi momentum sejarah yang penting bagi masyarakat muslim Semarang. Momentum kembalinya banda wakaf tersebut menjadi titik klimaks perjuangan masyarakat muslim semarang dalam menyelesaikan masalah yang sebenarnya telah muncul sejak tahun 1980.Kembalinya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang tersebut inilah yang menjadi latar belakang sejarah pendirian Masjid Agung Jawa Tengah.
Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah yang terdiri atas unsur Pemerintahan Propinsi, Majelis Ulama Indonesia, Masjid Besar Kauman Semarang, Departemen Agama, Departemen Pekerjaan Umum, Organisasi Kemasyarakatan Islam, Pemerintah Kota, dan Cendekiawan.
Tim ini yang kemudian lebih dikenal sebagai Panitia Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), bekerja keras menanggulangi masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan : status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang. Adalah pemilihan lahan tapak yang banyak disoroti masyarakat, karena membutuhkan luas lahan 10 hektar. Padahal tanah wakaf yang dikembalikan ke Masjid Besar Kauman Semarang terdiri atas 6 blok terpisah-pisah, dan hanya satu yang ukurannya cukup besar, mancapai 10 hektar. Lahan di Jl. Gajah yang cukup besar ini terletak sekitar 800 m dari Jl. Arteri Soekarno Hatta yang merupakan jala besar.
Pada bulan September 2001, Panitia berhasil menerbitkan sebuah dokumen teknis yang menjadi kerangaka acuan kerja bagi para peserta sayembara. Masjid ini diharapkan menjadi pusat pelayanan ibadah dan kemasyarakatan, sekaligus pusat pelayanan ibadah dan kemasyarakatan, sekaligus pusat pendiidkan dakwah islam ,silaturahmi dan komunikasi dunia islam selain itu masjid tersebut juga diharapkan dapat menjadi pusat inovasi pemikiran islam dan pusat pemberdayaan ekonomi umat. Lingkup pelayanan yang dikehendaki adalah Jawa Tengah, bertempat di Semarang. Karena skala ukurannya tersebut, Masjid Agung Jawa Tengah harus pula menjadi tuntunan atau landmark kota. Untuk itu bentuk masjid haruslah mengikuti perkembangan jaman sekaligus menyiratkan jiwa napas Jawa Tengah.
Pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saud, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut. Sebelum dilakukan pemasangan tiang pancang tersebut, dilaksanakanlah pengajian dan mujahadah oleh kiai-kiai karismatik seperti KH. Munif Zuhri dari Girikusumo, KH. Baqoh Arifin dari Kajoran, KH. Habib Luthfi dari Pekalongan dan lain-lain.
Akhirnya umat islam di Jawa tengah patut berbangga bahwa pada akhirnya mereka dapat memiliki masjid agung yang megah dan indah, sarat keistimewaan dibanding masjid-masjid lain, yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terletak di Jl. Gajah Raya Kelurahan Sambirejo di Kota Semarang. Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektare dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bargaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani. Gaya Timur tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa tampak dari bentuk tanjungan dibawah kubah utama. Sedangkan gaya Yunani tampak pada 25 Pilar-pilar kolosium yang dipadu dengan kaligrafi yang indah.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah shalat jum’at untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah).