Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2024-03-26 23:01:16

Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus

Masjid peninggalan Sunan Muria atau Raden Umar Said cukup unik karena berada di puncak Pegunungan Muria. Warga menyebut bangunan itu sebagai 'Masjid di Atas Awan'. Seperti apa penampakannya?

Masjid Sunan Muria berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Wisatawan atau peziarah untuk sampai ke lokasi biasanya naik ojek dari pangkalan Desa Colo menuju puncak Makam Sunan Muria.

Jika tidak naik ojek, pengunjung bisa jalan kaki dengan naik ribuan anak tangga agar sampai puncak Masjid dan Makam Sunan Muria salah satu penyebar Agama Islam di Jawa.

Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus

Masjid peninggalan Raden Umar Said hingga kini masih rutin digunakan masyarakat untuk kegiatan ibadah. Lokasi masjid bersebelahan dengan makam Sunan Muria. Biasanya ramai peziarah ke makam salah satu Wali Sanga itu.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur mengatakan Masjid Sunan Muria dikenal banyak orang seperti berada di atas awan. Hal itu karena letak masjid yang berada di atas ketinggian sekitar 800-1.000 mdpl. Apalagi lokasi masjid berada di puncak Pegunungan Muria.

"Akhirnya masjid itu dibakar dan beliau mendirikan masjid yang sederhana ini. Ini ketinggian sekitar 800 mdpl. Luas tanah 19 ribu meter, ya betul kalau dilihat dari atas masjid dari atas awan," kata Mastur ditemui di lokasi, Senin (11/3/2024).

Mastur mengatakan ada banyak cerita sejarah mengenai asal usul Masjid Sunan Muria. Di antaranya konon Sunan Muria datang ke Colo mengikuti seekor kerbau. Kerbau itu berjalan membawa Sunan Muria sampai di puncak gunung.

Di puncak itulah Sunan Muria kemudian membangun masjid untuk ibadah masyarakat setempat pada abad ke 15-16 Masehi.

"Ada banyak cerita beliau Sunan Muria datang ke sini membawa kerbau, kemudian waktu itu mengikuti kerbau dan berhenti di pataka, itu balkon yang paling tinggi," jelas Mastur.

Di tempat itu Sunan Muria lalu mengumpulkan material dan membangun masjid yang begitu indah dan bercahaya. bangunan itu membuat warga sekitar kagum dan memujinya. Namun masjid itu justru kemudian dirobohkan oleh Sunan Muria.

SUnan Muria beralasan dia ingin membuat masjid untuk beribadah, bukan untuk menuai pujian. Lalu Sunan Muria kembali membangun masjid kembali dengan kondisi yang sederhana. Masjid itulah yang dipercayai masyarakat sampai sekarang.

"Beliau pertama mendirikan masjid sangat bagus, dan kelihatan dari seberang, masjidnya bercahaya, akhirnya warga lain heran, masjidnya Sunan Muria kok bercahaya. Sunan Muria merasa tidak enak saya mendirikan masjid untuk menyiarkan Agama Islam, kok saya hanya mendapatkan pujian dari manusia," jelasnya.

Lebih lanjut, Mastur menjelaskan ada beberapa keunikan bangunan masjid yang didirikan Sunan Muria. Pertama mulai dari pengimaman atau mihrab masjid. Menurutnya bentuk mihrab yang letaknya menjorok ke dalam. Menurutnya mihrab biasanya menjorok ke luar. Hal tersebut kata dia pesan kepada manusia untuk mengutamakan akhirat dan kerohanian.

"Sekarang satu-satunya sisi masjid yang masih asli, pengimaman yang ada ornamen. Terus yang pertama ini letaknya biasanya pengimaman kalau masjid letaknya keluar, tapi ini kedalam. Ini membawa pesan bahwa manusia pada umumnya dan kaumnya Mbah Sunan Muria diharapkan mengutamakan akhirat, kerohanian, karena hidup di dunia tentunya tidak lepas dunia, dunia yang sedikit sekali," terang dia.

Mastur melanjutkan tidak kalah unik ada ornamen seperti mangkuk yang ada mihrab. Konon mangkuk itu membawa pesan untuk bersedekah. Sunan Muria meminta warganya agar tidak memagari rumahnya dengan kayu atau tembok. Akan tetapi dipagari dengan mangkuk yang artinya untuk saling bersedekah sesama tetangga.

"Kemudian ada ornamen, seperti wadah makanan dan bunga, bunga ini adalah bunga wijaya kusuma, untuk mangkok pesannya Sunan Muria itu aja pageri omahmu nganggo tembok, balik pagerono omahmu nganggo mangkok, artinya kita orang jangan menutup, tapi pagari dengan mangko banyak bersedekah. Kalau punya rejeki tetangga-tetangga kita dikasih, ini otomatis menjaga keamanan penghuni rumah," terang dia.

Selain itu kata dia juga ada tulisan arab yang merupakan wirid dari Sunan Muria. Lafal wirid itupun dilantunkan warga setiap bulan sekali.

"Terus ada asmaul husna (di mihrab), ini merupakan wiridan Sunan Muria, dan alhamdulillah sebulan sekali kita amalkan di sini, untuk berkah dari Sunan Muria," ungkapnya.

Sementara itu bangunan masjid itu tampak sederhana. Di mana terdapat saka atau tiang masjid dari kayu. Dindingnya juga dari kayu. Warga menggunakan masjid itu untuk kegiatan ibadah sehari-hari.

"Masjid ini paling atas, kemudian ada makam Sunan Muria di belakang, ke bawah ada makam putranya, ke bawah ada putrinya, selanjutnya ada makam sahabat-sahabat. Kemudian di luar ada keturunan makam Sunan Muria," tambah Mastur.

Masjid peninggalan Sunan Muria atau Raden Umar Said cukup unik karena berada di puncak Pegunungan Muria. Warga menyebut bangunan itu sebagai 'Masjid di Atas Awan'. Seperti apa penampakannya?

Masjid Sunan Muria berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Wisatawan atau peziarah untuk sampai ke lokasi biasanya naik ojek dari pangkalan Desa Colo menuju puncak Makam Sunan Muria.

Jika tidak naik ojek, pengunjung bisa jalan kaki dengan naik ribuan anak tangga agar sampai puncak Masjid dan Makam Sunan Muria salah satu penyebar Agama Islam di Jawa.

Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus

Gambar Ilustrasi Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus

Melihat 'Masjid di Atas Awan' Peninggalan Sunan Muria di Kudus

Masjid peninggalan Raden Umar Said hingga kini masih rutin digunakan masyarakat untuk kegiatan ibadah. Lokasi masjid bersebelahan dengan makam Sunan Muria. Biasanya ramai peziarah ke makam salah satu Wali Sanga itu.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur mengatakan Masjid Sunan Muria dikenal banyak orang seperti berada di atas awan. Hal itu karena letak masjid yang berada di atas ketinggian sekitar 800-1.000 mdpl. Apalagi lokasi masjid berada di puncak Pegunungan Muria.

"Akhirnya masjid itu dibakar dan beliau mendirikan masjid yang sederhana ini. Ini ketinggian sekitar 800 mdpl. Luas tanah 19 ribu meter, ya betul kalau dilihat dari atas masjid dari atas awan," kata Mastur ditemui di lokasi, Senin (11/3/2024).

Mastur mengatakan ada banyak cerita sejarah mengenai asal usul Masjid Sunan Muria. Di antaranya konon Sunan Muria datang ke Colo mengikuti seekor kerbau. Kerbau itu berjalan membawa Sunan Muria sampai di puncak gunung.

Di puncak itulah Sunan Muria kemudian membangun masjid untuk ibadah masyarakat setempat pada abad ke 15-16 Masehi.

"Ada banyak cerita beliau Sunan Muria datang ke sini membawa kerbau, kemudian waktu itu mengikuti kerbau dan berhenti di pataka, itu balkon yang paling tinggi," jelas Mastur.

Di tempat itu Sunan Muria lalu mengumpulkan material dan membangun masjid yang begitu indah dan bercahaya. bangunan itu membuat warga sekitar kagum dan memujinya. Namun masjid itu justru kemudian dirobohkan oleh Sunan Muria.

SUnan Muria beralasan dia ingin membuat masjid untuk beribadah, bukan untuk menuai pujian. Lalu Sunan Muria kembali membangun masjid kembali dengan kondisi yang sederhana. Masjid itulah yang dipercayai masyarakat sampai sekarang.

"Beliau pertama mendirikan masjid sangat bagus, dan kelihatan dari seberang, masjidnya bercahaya, akhirnya warga lain heran, masjidnya Sunan Muria kok bercahaya. Sunan Muria merasa tidak enak saya mendirikan masjid untuk menyiarkan Agama Islam, kok saya hanya mendapatkan pujian dari manusia," jelasnya.

Lebih lanjut, Mastur menjelaskan ada beberapa keunikan bangunan masjid yang didirikan Sunan Muria. Pertama mulai dari pengimaman atau mihrab masjid. Menurutnya bentuk mihrab yang letaknya menjorok ke dalam. Menurutnya mihrab biasanya menjorok ke luar. Hal tersebut kata dia pesan kepada manusia untuk mengutamakan akhirat dan kerohanian.

"Sekarang satu-satunya sisi masjid yang masih asli, pengimaman yang ada ornamen. Terus yang pertama ini letaknya biasanya pengimaman kalau masjid letaknya keluar, tapi ini kedalam. Ini membawa pesan bahwa manusia pada umumnya dan kaumnya Mbah Sunan Muria diharapkan mengutamakan akhirat, kerohanian, karena hidup di dunia tentunya tidak lepas dunia, dunia yang sedikit sekali," terang dia.

Mastur melanjutkan tidak kalah unik ada ornamen seperti mangkuk yang ada mihrab. Konon mangkuk itu membawa pesan untuk bersedekah. Sunan Muria meminta warganya agar tidak memagari rumahnya dengan kayu atau tembok. Akan tetapi dipagari dengan mangkuk yang artinya untuk saling bersedekah sesama tetangga.

"Kemudian ada ornamen, seperti wadah makanan dan bunga, bunga ini adalah bunga wijaya kusuma, untuk mangkok pesannya Sunan Muria itu aja pageri omahmu nganggo tembok, balik pagerono omahmu nganggo mangkok, artinya kita orang jangan menutup, tapi pagari dengan mangko banyak bersedekah. Kalau punya rejeki tetangga-tetangga kita dikasih, ini otomatis menjaga keamanan penghuni rumah," terang dia.

Selain itu kata dia juga ada tulisan arab yang merupakan wirid dari Sunan Muria. Lafal wirid itupun dilantunkan warga setiap bulan sekali.

"Terus ada asmaul husna (di mihrab), ini merupakan wiridan Sunan Muria, dan alhamdulillah sebulan sekali kita amalkan di sini, untuk berkah dari Sunan Muria," ungkapnya.

Sementara itu bangunan masjid itu tampak sederhana. Di mana terdapat saka atau tiang masjid dari kayu. Dindingnya juga dari kayu. Warga menggunakan masjid itu untuk kegiatan ibadah sehari-hari.

"Masjid ini paling atas, kemudian ada makam Sunan Muria di belakang, ke bawah ada makam putranya, ke bawah ada putrinya, selanjutnya ada makam sahabat-sahabat. Kemudian di luar ada keturunan makam Sunan Muria," tambah Mastur.

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .