GODAAN KEKUASAAN

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

GODAAN KEKUASAAN

بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيم

 

Allah Subhahu wa Ta'ala berfirman:

 

وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Saudaraku.......

Puncak kenikmatan dunia dipengaruhi oleh dua faktor: kekayaan dan kekuasaan. Keduanya, kekayaan dan kekuasaan, menurut Imam Ghazali, merupakan puncak kenikmatan dan kemewahan dunia. Dengan memiliki keduanya, seseorang dapat dengan mudah mencapai tujuan dan segala hal yang diinginkannya. Tidak mengherankan bila keduanya memiliki daya tarik tinggi dan selalu diperebutkan.

Dibanding harta dan kekayaan, menurut Ghazali, pangkat dan kekuasaan jauh lebih menggoda. Ini karena kekuasaan memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak terdapat pada kekayaan, terutama menyangkut tiga hal.

Pertama, kekuasaan dapat menjadi alat (wasilah) untuk memperoleh dan menumpuk kekayaan. Jadi, orang yang memiliki kekuasaan pada hakikatnya ia telah memiliki kekayaan. Tidak demikian sebaliknya. Orang yang memiliki kekayaan tidak dengan sendirinya ia dapat mencapai puncak kekuasaan.

Allah Subhahu wa Ta'ala berfirman:

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَ رْضِ فَا حْكُمْ بَيْنَ النَّا سِ بِا لْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَا بٌ شَدِيْدٌ بِۢمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَا بِ

"(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan." (QS. Sad 38: Ayat 26)

Kedua, kekuasaan melahirkan pengaruh yang luas dan relatif lebih langgeng ketimbang pengaruh harta. Harta bisa dicuri, dirampas, dan dikorupsi, sedangkan kekuasaan, dalam arti pengaruh dan loyalitas dari rakyat kepada pemimpin yang dikagumi, tidak mungkin dan sama sekali tidak bisa dicuri atau ditukar.

Allah Subhahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذِ ابْتَلٰۤى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَ تَمَّهُنَّ ۗ قَا لَ اِنِّيْ جَا عِلُكَ لِلنَّا سِ اِمَا مًا ۗ قَا لَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَا لَ لَا يَنَا لُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia. Dia (Ibrahim) berkata, Dan (juga) dari anak cucuku? Allah berfirman, (Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 124)

Ketiga, kekuasaan dapat menaikkan dan mendongkrak popularitas seseorang. Bahkan bagi penguasa yang adil, setiap orang sesungguhnya telah menjadi 'corong' dan 'media' yang setiap saat memublikasikan kebaikan-kebaikannya.

Firman Allah, yang artinya:

Apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari itu manusia teringat akan apa yang telah dia kerjakan. Dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (QS 79:34-41).

Bagi Ghazali, pangkat dan kedudukan itu tidak hanya dalam arti formal, tetapi juga dalam arti nonformal. Hakikat pangkat atau kekuasaan itu, menurutnya, adalah qiyam-u al-manzilah fi qulub al-nas (seseorang memperoleh kedudukan atau tempat yang tinggi di hati manusia), sehingga mereka tunduk dan patuh kepadanya dan selalu berada di bawah kuasa dan kendalinya. Pendeknya, kekuasaan itu pada akhirnya melahirkan pengaruh berupa kepatuhan, kesetiaan, dan loyalitas.

Meskipun begitu, kekuasaan bukanlah sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri. Seperti halnya kekayaan, kekuasaan merupakan sesuatu yang baik asal diperoleh dengan cara yang baik dan dipergunakan secara baik pula. Ini berarti kekuasaan tidak boleh dicari dengan jalan kebohongan, kecurangan, atau melanggar aturan main. Agama tidak boleh pula dijadikan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Perbuatan yang disebut terakhir ini dinilai Ghazali sebagai tindakan kriminal atau pelecehan (jarimah) terhadap agama itu sendiri.

Kekuasaan harus dicapai secara jujur dan adil dengan menunjukkan kemampuan tertentu yang secara objektif memang ada dan dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Konon, Nabi Yusuf mencalonkan diri sebagai bendaharawan negara dalam pemerintahan Mesir Kuno, karena ia merasa sanggup dan memiliki kemampuan untuk tugas itu.

Allah Subhahu wa Ta'ala berfirman:

قَا لَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَآئِنِ الْاَ رْضِ ۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

"Dia (Yusuf) berkata, Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan." (QS. Yusuf 12: Ayat 55)

Godaan kekuasaan memang sangat tinggi. Tapi, jangan karena pamrih kekuasaan, agama, dan moralitas dikesampingkan. Kekuasaan dapat dicapai dengan memberi bukti (kepada rakyat), bukan janji-janji (palsu). Wallahu a'lam.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

Jazakumullah

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid Jami' Al Khoir

Ahmad subagja | Masjid Jami' Al Khoir

| Jl. Siliwangi Raya Sepanjang Jaya Rawalumbu Bekasi Jawa Barat

Masjid Jami' Al Khoir dibangun pada tahun -. Masjid Jami' Al Khoir merupakan kategori Masjid Umum.Masjid Jami' Al Khoir beralamat di Jl. Siliwangi Raya Sepanjang Jaya Rawalumbu Bekasi Jawa Barat .Masjid Jami' Al Khoir memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . Masjid Jami' Al Khoir memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .

Tenda & Kanopi Membrane Untuk Masjid. Delivery & Pemasangan sampai di Kota Antum

Wujudkan Kenyamanan Masjid Anda, dengan Kanopi Membrane, Awet sampai 15 tahun!

kanopi-untuk-masjid ciptakonstruksi

Rekomendasi Artikel untuk Anda