Masjid dengan Kategori Mushola
Masjid dengan Kategori Mushola di KOTA PEMATANGSIANTAR
Gunakan form di bawah ini, untuk mempersempit pencarian
Tentang KOTA PEMATANGSIANTAR
Kota Pematangsiantar (Surat Batak: ᯈᯩᯕᯖᯰᯙᯫᯜᯉ᯳ᯖᯓ᯳) adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan Enklave dan eksklave dari Kabupaten Simalungun. Karena letaknya yang strategis, kota ini dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatra. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km² dan berpenduduk sebanyak 278.325 jiwa pada pertengahan tahun 2024).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Kota Medan dan 50 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati, dan 268 restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor The Birminghan Small ArmsbCompany (BSA) kapasitas 500 cc buatan Inggris, model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ketiga yakni Adam Malik, lahir di kota ini pada tanggal 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota ini adalah industri besar dan sedang. Dari seluruh total kegiatan ekonomi, pada tahun 2000 kota ini mencapai Rp1,69 triliun, pangsa pasar industri mencapai 38,18% atau Rp646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77% atau Rp385 miliar.
Motto dari kota ini adalah "sapangambei manoktok hitei" yang berasal dari bahasa Batak Simalungun yang memiliki arti "saling bergotong-royong demi mencapai tujuan yang mulia".
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan wilayah dan pusat pemerintahan dari Kerajaan Siantar, yaitu satu dari tujuh kerajaan yang ada di Simalungun. Kerajaan Siantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Naualuh Damanik. Ia mulai memerintah sebagai raja di Kerajaan Siantar sejak tahun 1889 hingga tahun 1904.
Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Huluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:
Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.
Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Pematangsiantar kembali menjadi Daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-undang No.22/ 1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Wali Kota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957.
Berdasarkan UU No.1/1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5/ 1974 tentang-Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, di mana 9 desa/Kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 km² Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
Pada tanggal 23 Mei 1994, dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota Pematangsiantar menjadi seluas 79,9706 km².
Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar, yaitu:
Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak lima puluh tiga Kelurahan.
Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20”–3° 01’ 00” Lintang Utara dan 99° 1’00”–99° 6’ 35” Bujur Timur, dan merupakan enklave wilayah Kabupaten Simalungun.
Kota Pematangsiantar berupa daratan seluas 79,971 km2 yang berada pada ketinggian antara 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar.
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan daerah datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata-rata 30,3 °C dan suhu minimum rata-rata 21,1 °C pada tahun 2012.
Selama tahun 2012 kelembaban udara rata-rata 84 persen. Rata-rata tertinggi pada bulan Oktober dan Desember masing-masing mencapai 88 persen, sedangkan curah hujan rata-rata 229 mm di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yang mencapai 341 mm.
Wali kota adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kota Pematangsiantar. Wali kota Pematangsiantar bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Saat ini, kepala daerah yang menjabat di Kota Pematangsiantar adalah Wali Kota Susanti Dewayani. Sebelumnya, pada Pemilihan umum Wali Kota Pematangsiantar 2020, Susanti Dewayani merupakan calon wakil wali kota, bersama calon Wali Kota Asner Silalahi, dan pasangan tersebut menang pada pemilihan untuk periode tahun 2021—2024. Namun, Asner meninggal dunia sebelum resmi dilantik.
Susanti kemudian resmi dilantik menjadi wakil wali kota sebagai pemenang pilkada, oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, pada 22 Februari 2022 di kantor Gubernur Sumatera Utara di Kota Medan. Sementara posisi wali kota masih kosong. Selanjutnya, DPRD Kota Pematangsiantar akan mengadakan rapat untuk memilih wakil wali kota. Susanti Dewayani diangkat menjadi wali kota Pematangsiantar untuk periode 2022—2024 pada tanggal 22 Agustus 2022. Susanti Dewayani mengganti pasangan Hefriansyah–Togar Sitorus untuk periode 2017—2022.
Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 247.411 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun tersebut sebesar 3.093,86 jiwa per km2. Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2015 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 120.597 jiwa dan penduduk perempuan 126.814 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,10.
Penduduk di kota Pematangsiantar umumnya adalah suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Melayu, Batak Karo, Batak Angkola, Jawa, Minangkabau, Tionghoa dan suku lainnya. Mayoritas penduduk kota Pematangsiantar menganut agama Kristen dan Islam.
Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, yang beragama Kristen sebanyak 51,25% dimana Protestan 46,54% dan Katolik 4,71%. Selain itu agama Islam juga banyak dianut yakni mencapai 45,90%. Selebihnya agama penganut agama Buddha 4,36%, Hindu 0,11%, Konghucu 0,01% dan lainnya 0,37%. Masyarakat dari suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, dan Batak Pakpak kebanyakan beragama kristen, sementara warga dari suku Batak Mandailing, Batak Angkola, Jawa, Minangkabau, Melayu dan sebagian dari suku Batak Simalungun dan suku Batak lainnya sebagian besar beragama Islam. Keturunan Tionghoa umumnya beragama Buddha, Konghucu, dan Kristen.
Di Kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jalan Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun (disingkat USI) dan Universitas HKBP Nommensen. Selain itu juga terdapat beberapa perguruan tinggi lainnya yaitu AMIK Multicom, STIKOM Tunas Bangsa, STIE SULTAN AGUNG dan AMIK Parbina Nusantara berdiri, dan juga ada Universitas Efarina.
Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Bintang Timur, Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, SMA Kampus Nommensen, Taman Asuhan, Taman Siswa, SMK Parbina Nusantara, SMA Budi Mulia, SMA Bintang Timur, SMA Seminari dan SMA-SMK Pelita.
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional. Secara total, Pematangsiantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.
Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, di antara kantor Polres Pematangsiantar dan gereja GKPS Jl. Sudirman.
Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematangsiantar dengan kapasitas 597 tempat tidur. Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu) yang tersebar di Kelurahan dan kecamatan.
Kota Pematangsiantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematangsiantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh angkutan kota dan bus antarkota. Bus-bus yang melayani rute dari dan Ke Pematangsiantar terdapat banyak pilihan antara lain adalah ALS, PMH, INTRA, Sentosa, PMM, Sejahtera, Eldivo, Paradep dan Tiomaz Executive. Bus-bus tersebut melayani rute antara lain ke Medan, Berastagi, Pekanbaru, Padang, Tarutung, Parapat, Kotanopan, Sibolga, hingga Jakarta.
Direncanakan beroperasi pada tahun 2022 Jalan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat oleh PT Hutama Marga Waskita (HMW) dengan panjang 143,23 km dan terbagi dalam 6 seksi yang merupakan Jalan Tol Trans Sumatera kelanjutan dari Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Jalan Tol ini akan melewati Kota ini dan akan memperpendek jarak tempuh dari dan ke Kota Pematangsiantar maupun daerah-daerah disekitarnya.
Untuk sarana transportasi Kereta Api dapat diakses menggunakan Siantar Ekspres dengan relasi Stasiun Medan Ke Stasiun Siantar. Stasiun Siantar terletak dijalan Kartini No.13 Kelurahan Proklamasi Kecamatan Siantar Barat, Pematangsiantar.
Pemerintah kota Pematangsiantar melalui Perusahaan Daerah Pembangunan dan Aneka Usaha telah membuat suatu moda transportasi online, dengan sebutan Antarin Siantar. Antarin Siantar dibangun secara umum berdasarkan kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Pematangsiantar. Adapun beberapa fitur Antarin Siantar adalah: Antar jemput motor, mobil becak, makanan, belanja, obat, pijat, laundri, rental mobil, share, paket, wisata, sekolah, dan lain-lain.
Berita dari Masjid
Artikel pilihan untuk peningkatan pengetahuan dan berbagi dari seluruh masjid di Indonesia.