Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2023-10-27 00:27:03

Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam

Kubah sering kali menjadi tanda bangunan masjid. Hampir seluruh masjid di dunia memiliki kubah di atasnya. Bahkan, keberadaan kubah kerap diidentikkan dengan ciri khas arsitektur Islam.

Kenyataannya, sejarah kubah bukan berakar dari arsitektur atau peninggalan budaya Islam. Ajaran Islam tidak mengajarkan secara konkret terkait tradisi budaya fisik atau bentuk arsitektur tempat ibadah. Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal budi.

Mengutip dari arsip detikEdu, kata kubah mulanya berasal dari bahasa latin, yaitu domus yang artinya rumah. Selanjutnya, orang-orang Arab menyebut kubah sebagai qubba atau kubba yang diambil dari bahasa Suriah yang berarti bangunan setengah lingkaran.

Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam

Sebelum lahirnya Islam, kubah telah menjadi arsitektur populer yang digunakan pada bangunan-bangunan di wilayah Mediterania. Seiring berkembangnya zaman, kubah kemudian digunakan pada berbagai bangunan, termasuk masjid.

Dilansir dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, arsitektur kubah masjid pertama kali digunakan pada abad ke-7. Masjid yang pertama kalinya menggunakan arsitektur kubah ialah Masjid Qubbat as-Sakhrah.

Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Kubah Batu atau Dome of the Rock ini terletak di tengah-tengah kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid al-Aqsa, Kota Yerusalem. Pembangunan masjid ini dimulai ketika Yerusalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab.

Masjid Qubbat as-Sakhrah menjadi seni bangunan agung Islam pertama yang didirikan antara tahun 685-691 M oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Kerajaan Umayyah. Kubah masjidnya dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Dalam sejarahnya, pembangunan masjid Qubbat as-Sakhrah dikerjakan oleh dua orang muslim dari Palestina, yaitu Raja' bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem.

Pembangunan kubah masjid ini diprakarsai oleh Khalifah Abdul bin Marwan yang terdiri atas tiga tingkatan. Tingkatan pertama dan kedua tingginya mencapai 35,3 meter. Sementara secara keseluruhan, tinggi masjid itu mencapai 39,3 meter.

Bentuk kubah Masjid Qubbat as-Sakhrah banyak dipengaruhi oleh arsitektur Bizantium. Di bawah kubah tersebut, terdapat batu suci yang disebut sakhrah muqaddasah sebagai saksi Nabi Muhammad SAW melakukan Mi'raj.

Dalam sumber yang sama, menurut pakar arsitektur bangunan, Jeffrey o Hill, bentuk bangunan yang menggunakan kubah (dome) sebagai bagian dari atap bangunannnya jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah.

Alasannya, atap bangunan yang memanfaatkan kubah memiliki manfaat lebih besar, antara lain ruangan akan tampak lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin baik.

Menurut sebagian ahli sejarah, bangunan yang menggunakan kubah (dome) untuk pertama kalinya justru berasal dari Suku Eskimo. Dengan mempertimbangkan fleksibilitas, manfaat, dan keunggulan kubah, penggunaan arsitektur kubah dianggap sebagai bangunan yang sangat ideal.

Oleh sebab itu, muncul bangunan masjid-masjid lain setelah Qubbat as-Sakhrah yang menggunakan arsitektur kubah sebagai penutup atas bangunannya. Dari masa ke masa, bentuk kubah pada masjid juga berubah mengikuti perkembangan zaman.

Kini, bentuk kubah tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat memperindah bangunan tempat ibadah. Di beberapa negara, banyak bangunan yang mengadopsi bentuk kubah sebagai atapnya.

Misalnya di Malaysia, kantor lembaga peradilannya (palace of justice) juga memanfaatkan bentuk kubah untuk ornamen bangunannya. Begitu pula dengan kantor Mahkamah Konstitusi RI.

Demikianlah sejarah kubah masjid yang kini menjadi ciri khas arsitektur tempat ibadah umat Islam. Semoga menambah wawasan ya, detikers!

Kubah sering kali menjadi tanda bangunan masjid. Hampir seluruh masjid di dunia memiliki kubah di atasnya. Bahkan, keberadaan kubah kerap diidentikkan dengan ciri khas arsitektur Islam.

Kenyataannya, sejarah kubah bukan berakar dari arsitektur atau peninggalan budaya Islam. Ajaran Islam tidak mengajarkan secara konkret terkait tradisi budaya fisik atau bentuk arsitektur tempat ibadah. Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal budi.

Mengutip dari arsip detikEdu, kata kubah mulanya berasal dari bahasa latin, yaitu domus yang artinya rumah. Selanjutnya, orang-orang Arab menyebut kubah sebagai qubba atau kubba yang diambil dari bahasa Suriah yang berarti bangunan setengah lingkaran.

Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam

Gambar Ilustrasi Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam

Sejarah Kubah Masjid, Ternyata Bukan dari Peninggalan Budaya Islam

Sebelum lahirnya Islam, kubah telah menjadi arsitektur populer yang digunakan pada bangunan-bangunan di wilayah Mediterania. Seiring berkembangnya zaman, kubah kemudian digunakan pada berbagai bangunan, termasuk masjid.

Dilansir dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, arsitektur kubah masjid pertama kali digunakan pada abad ke-7. Masjid yang pertama kalinya menggunakan arsitektur kubah ialah Masjid Qubbat as-Sakhrah.

Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Kubah Batu atau Dome of the Rock ini terletak di tengah-tengah kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid al-Aqsa, Kota Yerusalem. Pembangunan masjid ini dimulai ketika Yerusalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab.

Masjid Qubbat as-Sakhrah menjadi seni bangunan agung Islam pertama yang didirikan antara tahun 685-691 M oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Kerajaan Umayyah. Kubah masjidnya dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Dalam sejarahnya, pembangunan masjid Qubbat as-Sakhrah dikerjakan oleh dua orang muslim dari Palestina, yaitu Raja' bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem.

Pembangunan kubah masjid ini diprakarsai oleh Khalifah Abdul bin Marwan yang terdiri atas tiga tingkatan. Tingkatan pertama dan kedua tingginya mencapai 35,3 meter. Sementara secara keseluruhan, tinggi masjid itu mencapai 39,3 meter.

Bentuk kubah Masjid Qubbat as-Sakhrah banyak dipengaruhi oleh arsitektur Bizantium. Di bawah kubah tersebut, terdapat batu suci yang disebut sakhrah muqaddasah sebagai saksi Nabi Muhammad SAW melakukan Mi'raj.

Dalam sumber yang sama, menurut pakar arsitektur bangunan, Jeffrey o Hill, bentuk bangunan yang menggunakan kubah (dome) sebagai bagian dari atap bangunannnya jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah.

Alasannya, atap bangunan yang memanfaatkan kubah memiliki manfaat lebih besar, antara lain ruangan akan tampak lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin baik.

Menurut sebagian ahli sejarah, bangunan yang menggunakan kubah (dome) untuk pertama kalinya justru berasal dari Suku Eskimo. Dengan mempertimbangkan fleksibilitas, manfaat, dan keunggulan kubah, penggunaan arsitektur kubah dianggap sebagai bangunan yang sangat ideal.

Oleh sebab itu, muncul bangunan masjid-masjid lain setelah Qubbat as-Sakhrah yang menggunakan arsitektur kubah sebagai penutup atas bangunannya. Dari masa ke masa, bentuk kubah pada masjid juga berubah mengikuti perkembangan zaman.

Kini, bentuk kubah tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat memperindah bangunan tempat ibadah. Di beberapa negara, banyak bangunan yang mengadopsi bentuk kubah sebagai atapnya.

Misalnya di Malaysia, kantor lembaga peradilannya (palace of justice) juga memanfaatkan bentuk kubah untuk ornamen bangunannya. Begitu pula dengan kantor Mahkamah Konstitusi RI.

Demikianlah sejarah kubah masjid yang kini menjadi ciri khas arsitektur tempat ibadah umat Islam. Semoga menambah wawasan ya, detikers!

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .