Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2023-10-27 00:27:50

Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China

Meski sama-sama beragama Islam, namun perlakuan pemerintah China kepada etnis Hui dan Uighur sungguh berbeda. Lantas, apa saja perbedaannya? Mari kita simak...

Ribuan warga etnis minoritas Muslim Hui terlibat bentrok dengan pihak berwenang China, yang akan menghancurkan kubah dan masjid mereka.

Sejak Sabtu (27/5), warga etnis Hui mengepung dan berjaga-jaga lantaran khawatir masjid mereka dihancurkan secara paksa oleh pasukan pemerintah.

Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China

"Setelah tiba di masjid, kami menyadari bahwa mereka (otoritas China) telah membawa derek ke dalam kompleks dan siap untuk penghancuran paksa," kata sumber tersebut.

Ini bukan kali pertama warga Muslim Hui yang berusaha melindungi masjid mereka, terlibat ketegangan dengan pihak berwenang di China.

Pada 2018, ribuan proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk Hui di Ningxia melakukan aksi duduk selama tiga hari untuk mencegah pihak berwenang menghancurkan masjid yang baru dibangun.

Pemerintah setempat menunda pembongkaran, namun kemudian mengganti kubah dan menara masjid menjadi pagoda bergaya tradisional Tionghoa.

Berbeda dengan etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang, etnis Muslim Hui sebenarnya masih mendapat 'perlakuan istimewa' dari pemerintah China.

Dilansir dari The Diplomat, Uighur dan Hui adalah dua kelompok etnis Muslim utama di China. Meski sama-sama menganut Islam, namun image mereka di kalangan masyarakat Tionghoa sangat berbeda.

Etnis Uighur, yang berbicara bahasa Turki dengan aksara Arab, memiliki penampilan berbeda dengan etnis mayoritas Han di China. Populasi Uighur yang berjumlah sekitar 8 juta jiwa, sebagian besar tinggal di daerah otonomi Uighur di Xinjiang.

Sementara etnis Hui yang diperkirakan terdiri atas 11 juta jiwa, tersebar di seluruh wilayah China. Tapi sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di daerah otonomi Ningxia.

Dari segi warna kulit, etnis Hui sedikit berbeda dari etnis Han. Bagi sebagian besar orang Hui, bahasa Mandarin adalah bahasa ibu mereka.

Mereka juga punya preferensi makanan yang hampir sama dengan etnis Han, meski tak makan daging babi dan minum alkohol. Namun perbedaan paling mencolok antara Uighur dan Hui yang paling mencolok adalah posisi mereka di mata pemerintah China.

Berbeda dengan etnis Hui, etnis Uighur lebih banyak mengalami diskriminasi oleh pemerintah China.

"Dengan kedok kontraterorisme dan upaya 'anti-separatisme', pemerintah mempertahankan sistem diskriminasi etnis terhadap Uighur dan dengan tajam mengekang ekspresi agama dan budaya," demikian catatan Human Rights Watch tahun 2013.

Ternyata ada dua hal di balik kesenjangan antara Uighur dan Hui bagi pemerintah China. Alasan pertama adalah budaya.

Seperti etnis mayoritas Han, Uighur juga punya keterikatan kuat dengan praktik budaya dan sangat mengutamakan sejarah panjang budaya mereka.

Etnis Uighur dianggap enggan berbaur dengan masyarakat Han, Sebagai gantinya, etnis Han menganggap Uighur sebagai 'kaum barbar' karena inferioritas mereka menimbulkan kebencian.

Sementara etnis Hui, dianggap sebagai agama minoritas yang ideal bagi pemerintah China, terutama karena mudah berasimilasi dengan etnis mayoritas Han.

Masjid-masjid Hui sebagian besar adalah perpaduan harmonis antara arsitektur dinasti Tiongkok tradisional dengan motif-motif Islami.

Aspek lainnya yang memengaruhi posisi masyarakat Uighur dan Hui adalah ras. Diskriminasi ras mewarnai hubungan Uighur dan Han di China.

Banyak orang Han merasa tidak nyaman dengan Uighur, karena meyakini mereka sebagai pencuri dan fanatik agama. Sebagian kesalahpahaman ini lantaran Han dianggap kurang mampu membedakan perbedaan antara kelompok minoritas Turki.

Akibatnya, ketika kejahatan dilakukan oleh orang Tajik, Kazakh, Kyrgyz, Uzbek, atau Tatar, Han kemungkinan besar akan menggambarkan pelaku kesalahan kepada pihak berwenang sebagai orang Uighur.

Etnis Hui yang berbaur bebas di lingkungan masyarakat serta penguasaan mereka terhadap bahasa Mandarin memberi 'legitimasi' bagi etnis Han.

Alasan kedua dan terpenting dalam kesenjangan perlakuan pemerintah bagi Uighur-Hui adalah teritorialitas. Uighur meyakini China melakukan proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">pendudukan secara tidak adil di wilayah Xinjiang.

Sementara itu, etnis Hui hampir tak pernah menantang otoritas teritorial China. Hui cenderung jarang menunjukkan minat dalam hal politik, juga tak punya banyak pengalaman dalam pemerintahan.

------

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.

Meski sama-sama beragama Islam, namun perlakuan pemerintah China kepada etnis Hui dan Uighur sungguh berbeda. Lantas, apa saja perbedaannya? Mari kita simak...

Ribuan warga etnis minoritas Muslim Hui terlibat bentrok dengan pihak berwenang China, yang akan menghancurkan kubah dan masjid mereka.

Sejak Sabtu (27/5), warga etnis Hui mengepung dan berjaga-jaga lantaran khawatir masjid mereka dihancurkan secara paksa oleh pasukan pemerintah.

Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China

Gambar Ilustrasi Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China

Meski Sama-sama Islam, tapi Etnis Hui dan Uighur Diperlakukan Beda di China

"Setelah tiba di masjid, kami menyadari bahwa mereka (otoritas China) telah membawa derek ke dalam kompleks dan siap untuk penghancuran paksa," kata sumber tersebut.

Ini bukan kali pertama warga Muslim Hui yang berusaha melindungi masjid mereka, terlibat ketegangan dengan pihak berwenang di China.

Pada 2018, ribuan proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk Hui di Ningxia melakukan aksi duduk selama tiga hari untuk mencegah pihak berwenang menghancurkan masjid yang baru dibangun.

Pemerintah setempat menunda pembongkaran, namun kemudian mengganti kubah dan menara masjid menjadi pagoda bergaya tradisional Tionghoa.

Berbeda dengan etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang, etnis Muslim Hui sebenarnya masih mendapat 'perlakuan istimewa' dari pemerintah China.

Dilansir dari The Diplomat, Uighur dan Hui adalah dua kelompok etnis Muslim utama di China. Meski sama-sama menganut Islam, namun image mereka di kalangan masyarakat Tionghoa sangat berbeda.

Etnis Uighur, yang berbicara bahasa Turki dengan aksara Arab, memiliki penampilan berbeda dengan etnis mayoritas Han di China. Populasi Uighur yang berjumlah sekitar 8 juta jiwa, sebagian besar tinggal di daerah otonomi Uighur di Xinjiang.

Sementara etnis Hui yang diperkirakan terdiri atas 11 juta jiwa, tersebar di seluruh wilayah China. Tapi sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di daerah otonomi Ningxia.

Dari segi warna kulit, etnis Hui sedikit berbeda dari etnis Han. Bagi sebagian besar orang Hui, bahasa Mandarin adalah bahasa ibu mereka.

Mereka juga punya preferensi makanan yang hampir sama dengan etnis Han, meski tak makan daging babi dan minum alkohol. Namun perbedaan paling mencolok antara Uighur dan Hui yang paling mencolok adalah posisi mereka di mata pemerintah China.

Berbeda dengan etnis Hui, etnis Uighur lebih banyak mengalami diskriminasi oleh pemerintah China.

"Dengan kedok kontraterorisme dan upaya 'anti-separatisme', pemerintah mempertahankan sistem diskriminasi etnis terhadap Uighur dan dengan tajam mengekang ekspresi agama dan budaya," demikian catatan Human Rights Watch tahun 2013.

Ternyata ada dua hal di balik kesenjangan antara Uighur dan Hui bagi pemerintah China. Alasan pertama adalah budaya.

Seperti etnis mayoritas Han, Uighur juga punya keterikatan kuat dengan praktik budaya dan sangat mengutamakan sejarah panjang budaya mereka.

Etnis Uighur dianggap enggan berbaur dengan masyarakat Han, Sebagai gantinya, etnis Han menganggap Uighur sebagai 'kaum barbar' karena inferioritas mereka menimbulkan kebencian.

Sementara etnis Hui, dianggap sebagai agama minoritas yang ideal bagi pemerintah China, terutama karena mudah berasimilasi dengan etnis mayoritas Han.

Masjid-masjid Hui sebagian besar adalah perpaduan harmonis antara arsitektur dinasti Tiongkok tradisional dengan motif-motif Islami.

Aspek lainnya yang memengaruhi posisi masyarakat Uighur dan Hui adalah ras. Diskriminasi ras mewarnai hubungan Uighur dan Han di China.

Banyak orang Han merasa tidak nyaman dengan Uighur, karena meyakini mereka sebagai pencuri dan fanatik agama. Sebagian kesalahpahaman ini lantaran Han dianggap kurang mampu membedakan perbedaan antara kelompok minoritas Turki.

Akibatnya, ketika kejahatan dilakukan oleh orang Tajik, Kazakh, Kyrgyz, Uzbek, atau Tatar, Han kemungkinan besar akan menggambarkan pelaku kesalahan kepada pihak berwenang sebagai orang Uighur.

Etnis Hui yang berbaur bebas di lingkungan masyarakat serta penguasaan mereka terhadap bahasa Mandarin memberi 'legitimasi' bagi etnis Han.

Alasan kedua dan terpenting dalam kesenjangan perlakuan pemerintah bagi Uighur-Hui adalah teritorialitas. Uighur meyakini China melakukan proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">pendudukan secara tidak adil di wilayah Xinjiang.

Sementara itu, etnis Hui hampir tak pernah menantang otoritas teritorial China. Hui cenderung jarang menunjukkan minat dalam hal politik, juga tak punya banyak pengalaman dalam pemerintahan.

------

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .