Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya
Ahmad subagja | Masjid At Taqwa
2023-10-27 00:30:53

Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, diyakini masyarakat sebagai masjid tiban (jatuh) peninggalan Sunan Kalijaga. Jejak dakwah salah satu wali songo itu masih bisa dilihat sampai kini.

Pantauan detikJateng, Masjid Agung Puluhan berada di tengah permukiman padat proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk. Masjid di atas lahan sekitar 600-800 meter persegi dan memiliki halaman luas.

Masjid model bangunan joglo dengan tower pengeras suara di sisi utaranya itu sekilas menyerupai Masjid Agung Demak. Di bagian teras terdapat bedug, lampu gantung, dan dua jam kayu.

Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Seluruh bangunan masjid sudah tembok dengan lantai keramik. Di bagian dalam berdiri 8 tiang kayu penyangga berbentuk silinder dengan 4 tiang utama di tengah.

Di mihrab, terdapat mimbar kayu tua yang dihias dengan ukiran sederhana yang tertutup kelambu putih. Sebuah tongkat dengan ujung besi menyerupai trisula diletakkan di depan mimbar.

Pada pojok selatan ruang utama masjid, terdapat ruang kayu kotak terbungkus kain kuning keemasan. Di dalamnya terdapat sebuah amben (tempat duduk kayu) kuno yang diletakkan mushaf Al-Qur'an lusuh di dalam kotak kaca.

Pada tempat wudhu, di bagian pojok terdapat umpak (tempat duduk) batu andesit dan padasan (tempat air wudhu dari tanah liat ) bulat berukuran cukup besar. Modelnya hampir sama dengan padasan yang pernah dilihat detikJateng di gedong utama makam Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten.

Padasan masih digunakan tetapi umpak batu sudah tidak digunakan. Di ruang sisi selatan dari ruang utama masjid, juga tersimpan mustaka (kubah masjid) terbuat dari tanah liat berukir menyerupai mahkota raja Mataram.

Imam masjid, Muhammad Munir (68) menceritakan masjid tersebut disebut masjid tiban karena dulu Desa Puluhan masih hutan. Meskipun belum jadi kampung masjid sudah berdiri.

"Disebut masjid tiban karena dulu di sini masih alas (hutan) belum ada kampung seperti sekarang. Masjid ini peninggalan Kanjeng Sunan Kalijaga saat berdakwah tahun 1450 an," ungkap Munir kepada detikJateng, Senin (27/3/2023).

Munir menceritakan dulu bangunan asli masjid tidak sebesar sekarang. bangunan masjid masih lebih banyak dari bahan papan kayu sampai direhab oleh KH As'ad dengan batu bata.

"Dulu orang bangun rumah belum berani tembok, setelah Mbah Haji As'ad mulai membangun masjid ini dengan tembok, warga baru berani membangun rumah dengan tembok," tutur Munir.

Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, diyakini masyarakat sebagai masjid tiban (jatuh) peninggalan Sunan Kalijaga. Jejak dakwah salah satu wali songo itu masih bisa dilihat sampai kini.

Pantauan detikJateng, Masjid Agung Puluhan berada di tengah permukiman padat proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk. Masjid di atas lahan sekitar 600-800 meter persegi dan memiliki halaman luas.

Masjid model bangunan joglo dengan tower pengeras suara di sisi utaranya itu sekilas menyerupai Masjid Agung Demak. Di bagian teras terdapat bedug, lampu gantung, dan dua jam kayu.

Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Gambar Ilustrasi Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Seluruh bangunan masjid sudah tembok dengan lantai keramik. Di bagian dalam berdiri 8 tiang kayu penyangga berbentuk silinder dengan 4 tiang utama di tengah.

Di mihrab, terdapat mimbar kayu tua yang dihias dengan ukiran sederhana yang tertutup kelambu putih. Sebuah tongkat dengan ujung besi menyerupai trisula diletakkan di depan mimbar.

Pada pojok selatan ruang utama masjid, terdapat ruang kayu kotak terbungkus kain kuning keemasan. Di dalamnya terdapat sebuah amben (tempat duduk kayu) kuno yang diletakkan mushaf Al-Qur'an lusuh di dalam kotak kaca.

Pada tempat wudhu, di bagian pojok terdapat umpak (tempat duduk) batu andesit dan padasan (tempat air wudhu dari tanah liat ) bulat berukuran cukup besar. Modelnya hampir sama dengan padasan yang pernah dilihat detikJateng di gedong utama makam Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten.

Padasan masih digunakan tetapi umpak batu sudah tidak digunakan. Di ruang sisi selatan dari ruang utama masjid, juga tersimpan mustaka (kubah masjid) terbuat dari tanah liat berukir menyerupai mahkota raja Mataram.

Imam masjid, Muhammad Munir (68) menceritakan masjid tersebut disebut masjid tiban karena dulu Desa Puluhan masih hutan. Meskipun belum jadi kampung masjid sudah berdiri.

"Disebut masjid tiban karena dulu di sini masih alas (hutan) belum ada kampung seperti sekarang. Masjid ini peninggalan Kanjeng Sunan Kalijaga saat berdakwah tahun 1450 an," ungkap Munir kepada detikJateng, Senin (27/3/2023).

Munir menceritakan dulu bangunan asli masjid tidak sebesar sekarang. bangunan masjid masih lebih banyak dari bahan papan kayu sampai direhab oleh KH As'ad dengan batu bata.

"Dulu orang bangun rumah belum berani tembok, setelah Mbah Haji As'ad mulai membangun masjid ini dengan tembok, warga baru berani membangun rumah dengan tembok," tutur Munir.

Tentang Penulis
 Ahmad subagja  | Masjid At Taqwa

Ahmad subagja | Masjid At Taqwa

| Citra Raya, Tangerang

At Taqwa dibangun pada tahun -. At Taqwa merupakan kategori Masjid Raya. At Taqwa beralamat di Citra Raya, Tangerang . At Taqwa memiliki luas tanah , luas bangunan dengan status tanah . At Taqwa memiliki jumlah jamaah orang jumlah muazin orang jumlah remaja orang dan Jumlah Khotib orang .