IDUL ADHA, IKUT ARAB SAUDI ATAU PEMERINTAH ?
muhammad rofi | Masjid Ashshulaha
2022-07-04 19:21:33

IDUL ADHA, IKUT ARAB SAUDI ATAU PEMERINTAH ?

Dalam Pelakasanan idul fitri maupun idul adha, Pemerintah selalu menyelenggarakan sidang isbat, dimana pada sidang tersebut ditentukan penentuan awal bulan khususnya idul fitri maupun idul adha atas dasar penglihatan hilal di daerah Indonesia.

Pada tahun 1443 H atau 2022 M, Penentuan untuk awal bulan (tanggal 1) dzulhijjah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Juli 2022. Berbeda dari arab Saudi yang telah melihat hilal dan menetukan tanggal 1 dzulhijjah pada tanggal 30 Juni. Artinya ada perbedaan 1 hari. Lalu bagaiama dengan pelaksaanaan sholat idul adha dan amalam puasa arafah di tanggal 9 Dzulhijjah ? Mana yang harus kita ikuti ? Ikut Pemerintah Arab Saudi atau Pemerintah Kita, Indonesia ? Berikut Penjelasanyya….

--------------------------------------------------

HR Sunan At-tirmidzi No 633

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,

   الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

"Berpuasa itu pada hari kalian berpuasa dan berbuka itu pada hari dimana kalian semua berbuka, demikian juga dengan Iduladha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban." Sebagian besar ulama menafsirkan hadits ini yaitu, Sesungguhnya puasa dan berbuka itu bersama jamaah (keputusan pemimpin) dan kebanyakan manusia.

Dari hadis tersebut, saat kita berpuasa maka bersama jamaah. Jika kita sering mendengar “Ahli Sunnah Wal Jamaah” maka makna dari kata Al jamaah diantara artinya adalah pemimpin.

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذَا جَآءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَ مْنِ اَوِ الْخَـوْفِ اَذَا عُوْا بِهٖ ۚ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِ لٰۤى اُولِى الْاَ مْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِۢطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَا تَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا

"Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)."  (QS. An-Nisa' 4: Ayat 83)

Dalam  HR Shahih Muslim 3438,  Ibnu Abbas dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda,

   مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

"Barang siapa melihat pada diri pemimpinnya ada sesuatu yang ia benci hendaknya ia bersabar, sebab siapa yang memisahkan diri dari Jamaah (pemimpin) walau sejengkal kemudian dia mati, maka matinya seperti mati Jahiliyyah."

Dari Quran dan Hadist diatas,  Islam mengajar kita untuk Taat kepada pemimpin sekalipun mungkin ada perbedaan pandangan, maka hendaknya Ia mengikuti atas keputusan Pemimpin selama keputusan mengadung kebaikan.

Pada HR Shahih Muslim 1819, dimana Hadist ini  mengajarkan bahwa Rasullah memerintahkan kita untuk mengikuti pemimpin di daerah tempat kita berada dalam hal penentuan awal bulan saat melihat melihat Hilal. Dalam Hadist itu dikisahkan Kuraib di-utus pemimpinnya untuk  datang ke daerah Madinah. Kuraib sendiri adalah proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk Syam. Saat itu di Syam, Kuraib melihat Hilal pada malam Jumat. Akan tetapi proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk Madinah (Ibnu Abbas) melihat hilal pada malam sabtu. Artinya proyeksi-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">penduduk Madinah menggenapkan puasanya menjadi 30 hari. Kuraib pun bertanya kepada Ibnu Abbas: “Tidakkah cukup bagimu untuk mengikuti ru'yah Mu'awiyah dan puasanya?" Ia (Ibnu Abas) menjawab, "Tidak, beginilah Rasulullah memerintahkan kepada kami."

Sebagai informasi jarak negri Syam (Libanon, Suriya) ke Madinah adalah 1.700 Km. Apalagi kita dari Indonesia ke Arab Saudi ada perbedaan 4 jam, atau 7.897 Km waktu tempuh. Artinya ada perbedaan waktu dan jarak yang lebih besar dari contoh diatas.

Jadi kalau di suatu negara zona waktunya berbeda jauh, yang bisa melahirkan perbedaan waktu, maka waktu dan keputusan di negara tersebutlah yang diikuti.

Kecuali kalau waktunya dekat, sekitaran teluk seperti , UAE, Qatar, bahkan sampai ke Libya. Itu Saat Saudi musim haji, mereka pun ikut  waktu Saudi. Sudah jelas bahwa, jikalau pemerintah kita menetapkan waktu,  misalnya bersamaan Alhamdulillah. Kalau tidak, ikuti waktu kita,

Dalam HR Sunan At-tirmidzi 680, Dari Abu Qatadah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

    صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

"Puasa hari 'Arafah -saya berharap dari Allah- dapat menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya dan juga tahun sesudahnya."

Kata 'Yaum' diatas itu disebut 'Dzor fuzzaman. Artinya Huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya. Jadi Yaum sekali lagi menunjuk pada waktu. Maksudnya apa? Hadist ini ingin menegaskan, puasa ini dilakukan, bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya.

Rasulullah mengatakan puasa hari arafah,  bukan puasa arafah di saat para jamaah haji sedang wuquf.

Dari hadits sebelumnya maka dapat simpulkan dalam pelasanaan Puasa Arafah (9 Dzulhijjah/9 Juli 2022) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah/10 Juli 2022) mengikuti waktu kita berada dalam hal ini atas atas dasar Keputusan Pemerintah setempat dalam hal ini Keputusan Pemerintah Indonesia.

 

 

IDUL ADHA, IKUT ARAB SAUDI ATAU PEMERINTAH ?

Gambar Ilustrasi IDUL ADHA, IKUT ARAB SAUDI ATAU PEMERINTAH ?

Tentang Penulis
 muhammad rofi  | Masjid Ashshulaha

muhammad rofi | Masjid Ashshulaha

| Email : m.ashshulaha@gmail.com

Nyamannya Masjid Ashushulaha 
Masjid yang berdiri tahun 1986 ini, merupakan masjid yang sampai saat ini selalu siap untuk melayani Ummat, khususnya para jamaah yang berada di lingkungan Pondok Jatimurni. Masjid Ashulaha sudah terdaftar di Sistem Infromasi Masjid oleh Kementrian Agama dengan No Id Masjid : 01.4.13.22.12.000034
Nama "ASHSHULAHA" merupakan bentuk plural dari kata Sholeh. Yang berarti Orang Orang Sholeh. Jika masjid berarti adalah rumah ibadah. Maka Masjid Ashshulaha adalah tempatnya orang orang soleh untuk dapat beribadah. Semoga menjadi doa juga agar lingkungan masjid Ashshulaha, menjadi tempat menjadikan kita menjadi hamba yang sholeh. 
Bila dilihat sekilas, Masjid Ashshulaha terlihat besar dan gagah. Ditambah lagi terdapat pagar dan pintu masuk dari berbagai arah yang memudahkan jamaah memasuki masjid tersebut. Hampir seluruh bangunan masjid ini berwarna putih terang, yang membuat kesan suci dan bersih. Selain itu, ornamen masjid yang berwarna hijau muda tampak membuat mata menjadi segar karena enak dipandang. Pintu masuk masjid yang berada di dalam kompleks ini terbuat pintu kaca yang digeser. Sebab ruang salat diberi fasilitas pendingin ruangan sehingga jamaah tidak perlu takut kegerahan ketika menunaikan salat.  Di bagian samping masjid, terdapat tempat khusus untuk menggelar majelis atau pengajian umum kadang kala pula sebagai tempat dalam memperingati Hari Besar Islam (PHBI). Masjid Ashshulaha  cukup luas, kira-kira bisa menampung hingga ratusan jamaah. 
 
Email : m.ashshulaha@gmail.com